Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

30. Sebuah Kisah Masa Lalu



30. Sebuah Kisah Masa Lalu

0"... Kaulah yang mengganggu rencanaku ketika aku mengirim dua preman untuk mengganggu Hana di malam hari setengah tahun lalu! ...."     

Ingatan tentang kebenaran yang ia ketahui kemarin diputar ulang oleh otaknya. Daniel menghentikan gerakan latihan untuk sementara waktu. Napasnya tak beraturan, bulir-bulir keringat berjatuhan dari wajahnya.     

"Orang yang kuselamatkan waktu itu adalah Hana?" gumamnya dengan napas tersengal-sengal.     

Pertanyaan untuk dirinya sendiri membawa ia kembali ke ingatan setengah tahun lalu, ketika ia bertemu seorang gadis yang dihadang oleh dua preman di malam yang gelap.     

Daniel baru pulang bekerja setelah lembur hingga malam hari. Ia merasa lelah dan memutuskan untuk mengambil jalan pintas gelap yang cukup menyeramkan. Saat sampai di ujung jalan gelap tersebut, ia melihat seorang gadis sedang diganggu oleh dua preman.     

"Ayolah, Neng. Ikut kita, biar kita pesta bersama. Iya, enggak, Bro?"     

"Benar. Kita berdua jamin kamu pasti senang pesta bersama kami!"     

Ia awalnya ingin mengabaikan kejadian tersebut karena ia merasa tak cukup kuat untuk bisa membantu gadis tersebut, tetapi ketika mendengarkan dengan jelas preman-preman itu sedang menggoda seorang gadis, ia langsung merasakan rasa bersalah jika ia mengabaikan gadis itu digoda oleh preman-preman tak tahu malu itu.     

Di saat itu juga ia mengingat adik perempuannya yang ada di rumah. Jika hal yang sama terjadi dan seseorang yang ada di tempat kejadian tak menyelamatkan adiknya, ia pasti akan menyalahkan orang tersebut. Melalui pikiran semacam itu, ia pun memutuskan untuk membantu gadis itu.     

Ia melihat-lihat benda sekelilingnya, tetapi tak menemukan sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata, hanya pasir yang bisa dirasakan oleh kakinya melalui sendal jepit karet. Ia pun memikirkan bagaimana cara menyelamatkan gadis itu dari preman yang mengganggunya, tetapi ia tak bisa berpikir lama karena jeritan seorang gadis menyela waktu berpikirnya.     

Waktu tak bisa menunggunya dan ia pun segera memutuskan untuk membantu dengan tangan kosong. Ia menunduk, mengambil segenggam pasir di kedua tangannya dan kemudian menggenggamnya hingga membentuk kepalan tangan. Mengambil napas dalam-dalam, ia pun berlari menuju dua preman tersebut. Suara alas kaki menggesek jalanan terdengar jelas oleh dua preman dan gadis itu. Perhatian mereka teralihkan sementara ke arah dirinya yang berlari ke arah mereka.     

Setelah merasakan dua preman itu teralihkan perhatiannya, ia merasa kesempatannya akan segera datang. Ia melihat salah satu dari preman itu seolah mengucapkan beberapa kata dan preman lainnya terlihat meninggalkan gadis itu dengan rekannya. Jaraknya dan preman itu semakin mendekat. Segera ia pun menjalankan aksinya sesuai rencana yang telah dibuat secara singkat barusan.     

Ia terus mendekat, tangannya mengepal semakin kuat. Jantungnya terus berdegup kencang karena ini adalah pertama kalinya ia berusaha menyelamatkan seseorang dari preman-preman semacam ini dengan cara pertarungan, tetapi ia segera menenangkan dirinya. Sesaat sebelum sampai, ia langsung berteriak dengan kencang, "Tolong! Tolong! Di sini ada penculik! Tolong!"     

Teriakannya mengejutkan preman-preman itu dan juga gadis itu, ini merupakan efek yang diinginkannya. Ia melihat preman yang akan berhadapan dengannya kaget dan sempat lengah untuk beberapa waktu. Ia tak membuang kesempatan semacam ini dan langsung menggerakkan tangannya layaknya meninju seseorang.     

Gerakan tinju meleset yang disengaja segera berubah saat sudah di depan wajah preman itu. Ia membuka telapak tangannya, mengayunkan pergelangan tangannya, kemudian melemparkan debu tepat di wajah lawannya tersebut.     

Hanya dalam sekejap mata, preman itu langsung bereaksi atas serangannya. Meringis kesakitan dan berusaha mengeluarkan kotoran dari hidung merupakan reaksi yang dilakakukan oleh preman tersebut.     

"Beraninya kau menggunakan cara tak tahu malu semacam ini! Sialan kau, Bajingan!" teriak preman itu kesal dengan menahan rasa perih di matanya.     

"Sebaiknya kau melihat cermin," jawab Daniel dengan ringan meski jantungnya berdegup kencang sekali lagi.     

Ia tak lagi menghiraukan ocehan preman itu dan langsung melanjutkan langkah selanjutnya, sesuai dengan rencananya. Ia segera menggeser arah langkahnya sedikit ke sebalah kiri, kemudian kaki kanannya mengambil ancang-ancang yang cukup tinggi. Saat akan melancarkan tendangan kepada lawannya, ia mendengar preman yang lain berbicara.     

"Marli, hati-hati!"     

Daniel menoleh sekilas ke arah lain, ia menemukan preman yang lain telah melepaskan gadis itu dan bergegas ke arahnya. Ia tak lagi menunda gerakan kakinya dan langsung menendang bagian vital dari preman yang dilawannya.     

Rintihan rasa sakit yang mendalam langsung didengar oleh Daniel. Ia mengerahkan seluruh kekuatan kakinya saat menendang selangkangan preman itu dan merasakan sesuatu terasa pecah. Memikirkan kembali hal itu, bulu kuduknya merinding dan juga merasa nyilu dengan apa yang dilakukan olehnya sendiri.     

"Bajingan sialan ini!" geram preman lain dengan marah.     

Daniel mendengarkan kemarahan preman lainnya dan ia langsung menghilangkan pikiran sebelumnya. Ia menoleh pada preman tersebut dan melihat preman itu berjalan mendekatinya. Sudut mulutnya naik membentuk senyuman dan ia sekali lagi berteriak, "Tolong, ada orang cabul di sini! Tolong!"     

"Jangan hanya berdiri saja! Larilah dan cepat panggil polisi!" lanjutnya berkata kepada gadis yang tak dikenalinya tersebut. Suaranya kali ini tidak sekeras sebelumnya, setidaknya itu bisa didengarkan olehnya dan ketiga orang lainnya. Namun, ia segera merasa tak berdaya ketika melihat gadis itu bergeming dan sama sekali tidak mengindahkan perkataannya. Diam-diam di dalam hatinya ia berkata, "Kurasa dia AFK."     

Daniel ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi kedatangan preman yang lainnya tidak memberikannya kesempatan berbicara. Ia mengambil beberapa langkah mundur, kemudian berakselerasi dengan cepat melewati lawannya. Segenggam debu lain di tangan kiri dilemparkannya ke arah wajah lawan dan langsung bergegas menuju gadis itu.     

Tindakan ini hanya bisa mengulur waktu selama beberapa detik karena lemparan debunya berhasil dihalau oleh lawan. Namun, kesempatan beberapa detik ini digunakannya dengan baik dan berhasil mencapai tempat di mana gadis itu masih berdiri. Ia tidak membuang waktunya memperhatikan ekspresi gadis itu dan buru-buru menarik tangannya seraya berkata, "Ikuti aku! Aku akan membawamu ke tempat aman."     

Gadis itu tak bisa merespon Daniel tepat waktu karena hal yang tidak diketahui. Ia ingin menggunakan cara lembut agar bisa menyelamatkan gadis itu, tetapi keadaan tak memberikannya waktu. Saat baru saja mengambil keputusan menarik langsung tangan gadis itu dan melangkahkan kakinya, suara dari preman itu terdengar olehnya.     

"Dasar bajingan! Menggunakan cara curang seperti itu!"     

Daniel menoleh dan menemukan preman itu hanya beberapa langkah darinya. Tanpa berpikir panjang, ia melepaskan tangan gadis itu dan berbalik badan. Ia bisa melihat ekspresi terkejut preman itu dan menggunakan kesempatan ini untuk langsung menyerang preman itu.     

Tinjuannya di arahkan pada bahu kanan lawan, sementara itu tangan kirinya menahan lengan lawan yang berusaha menyerangnya . Ia kemudian menunduk, bergerak melewati bagian bawah lengan lawan dan menarik lengan itu ke belakang dengan cepat dan kuat. Ia langsung menginjak bagian belakang lutut kanan lawan hingga preman itu berlutut. Ia mendaratkan kakinya ke tanah lalu menggunakan kaki kirinya menendang selangkangan lawan.     

Serangkaian gerakan itu dilakukannya dengan cepat, hanya dalam beberapa detik singkat. Rintihan rasa sakit bola-bola pecah pun terdengar kembali. Ia menghela napas, melihat dua preman itu lagi, kemudian berjalan mendekati gadis itu. Ia merasa lega telah membuat preman-preman pengganggu itu lumpuh sementara waktu.     

Namun, saat ia baru beberapa langkah berjalan melewati preman terakhir yang dikalahkannya, ia mendengar gadis itu mengatakan sesuatu kepadanya.     

"Hati-hati!"     

Ketika ia baru merespon apa yang terjadi, ia merasakan bagian belakang kepalanya dipukul dengan berat. Rasa sakit dan pusing langsung dirasakan olehnya, pandangannya pun mulai berkunang-kunang dan merasakan perlahan-lahan kesadarannya akan menghilang.     

Ia memegangi kepalanya sembari berjalan menuju gadis itu dan ia samar-samar mendengarkan sesuatu seperti rintihan rasa sakit. Saat berjalan, ia merasa seseorang menyentuhnya dan ia hanya melihat siluet dari gadis itu. Gadis itu mengatakan sesuatu kepadanya, ia tak bisa mendengarkan suara gadis itu dengan jelas.     

Ia bisa merasakan merangkulnya dan berjalan bersama meninggalkan tempat itu. Tak jelas berapa lama ia dan gadis itu berjalan, rasa pusingnya akibat dipukul di bagian belakang kepalanya ditambah dengan rasa lelah yang menumpuk, ia akhirnya jatuh pingsan. Sebelum merasakan kesadarannya menghilang, ia bisa mendengar suara berisik langkah kaki manusia.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.