Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

19. Tidak Mengulangi Kesalahan



19. Tidak Mengulangi Kesalahan

Di ruang kerja, Iksan telah menunggu Daniel. Ia menyerahkan seluruh prosesnya kepada karyawannya tersebut karena percaya bahwa karyawannya bisa. Namun, ia masih penasaran bagaimana dengan hasilnya.     

"Bagaimana hasilnya?" tanya Iksan dengan ekspresi penasaran di wajahnya.     

Daniel mengangguk dan tersenyum, menandakan bahwa semuanya baik-baik saja. Ia kemudian menyerahkan semua uang yang diterima olehnya kepada bosnya lalu berkata, "Semuanya selesai dengan baik-baik. Pelanggan merasa puas dan memberikan uang tip."     

"Pelanggan yang sangat baik!" ujar Iksan bersemangat. Setelah membuka toko ini, ia jarang sekali menerima tip, bahkan jika menerimanya pun itu jauh lebih sedikit dibandingkan dengan yang diterima oleh Daniel.     

Ia menyisihkan uang dari harga awal, lalu memberikan uang lebihnya kepada Daniel. Ia berkata, "Ini adalah uangmu, tip ini diberikan pelanggan untukmu. Jangan berikan itu kepadaku."     

"Terima kasih, Kak." Daniel menerima uang tersebut. Ia mengerti apa yang Iksan maksudkan kepadanya.     

Iksan bersyukur bisa mendapatkan karyawan baik seperti Daniel. Bagaimana caranya manajemen emosi dirinya maupun pelanggan atau kemampuannya memperbaiki laptop, ini benar-benar karyawan terbaik.     

"Karena hari ini masalah yang berkaitan dengan kerusakan sistem atau perangkat lunak tidak ada, maka kamu akan membantuku memperbaiki masalah perangkat keras," katanya menepuk bahu Daniel. Ia menunjuk sebuah laptop lalu melanjutkan, "Di sana ada laptop yang memiliki masalah mati total dan layar hitam. Tanyakan saja jika ada hal yang tidak kamu mengerti."     

"Ah, jangan melupakan hal penting seperti kemarin lagi," tambahnya mengingatkan seraya tertawa.     

"Aku tak akan melupakannya, Kak," kata Daniel tersenyum lemah. Bahkan jika tak diingatkan oleh bosnya, ia tak ingin dan tak akan melakukan kesalahan seperti kemarin, dan untungnya ia bisa memperbaiki kesalahan sebelumnya. Jika hal ini terjadi dan tak bisa diperbaiki olehnya, reputasi toko menjadi taruhannya. Hal ini juga menjadi pengingat baginya agar dirinya masih memerlukan banyak hal yang perlu dipelajari.     

Setelah mengambil laptop yang mengalami kerusakan, ada langkah penting yang harus dilakukannya sebelum memperbaiki laptop tersebut, yaitu memeriksanya. Walau pelanggan menyebutkan laptop mengalami mati total dan layar hitam, itu masihlah diagnosa pelanggan dan belum tentu itu sepenuhnya benar. Hal inilah yang membuatnya memeriksa kembali kebenaran dari kerusakan laptop pelanggan.     

Dengan ini, ia melakukan pemeriksaan menggunakan teknik tradisional, yaitu dengan cara mengirinkan aliran listrik kepada laptop. Dengan mengirimkan aliran listrik, hasil dari tegangan listrik tersebut akan menentukan diagnosa awal kerusakan laptop.     

Hasilnya pun segera keluar. Melalui hasil ini, ia bisa mengerti dan mengira-ngira kerusakan awalanya. Hal selanjutnya yang ia lakukan sebelum membongkar laptop adalah menghubungi pelanggan, ini merupakan hal yang ia lupa lakukan kemarin.     

Langkah ini merupakan langkah yang sangat amat penting karena kerusakan pada perangkat keras harus diketahui oleh pelanggan. Ia harus menjelaskan kepada pelanggan mengenai kerusakannya dan juga memberikan estimasi kisaran harga yang harus dibayarkan oleh pelanggan jika ingin diperbaiki laptopnya.     

Langkah selanjutnya hanyalah menunggu jawaban dari pelanggan. Jika pelanggan merasa keberatan dengan harga yang diberikan, maka pekerjaan ini akan dibatalakn. Dengan langkah ini ia bisa meminimalisir kerugian yang akan diterima oleh dirinya dan toko ataupun pelanggan. Ini adalah hal yang dipelajarinya dari Iksan.     

"Kak, bisakah aku menghubungi pemilik laptop ini?" tanyanya kepada bosnya. Ia lalu menjelaskan, "Aku ingin memberikan penjelasan serta estimasi harganya kepada pelanggan."     

Iksan menoleh saat mendengar panggilan dari karyawannya. Melihat bahwa karyawannya belajar dari kesalahannya kemarin, ia pun tersenyum. Ia berkata, "Nomor teleponnya ada di ponselku. Aku telah menyimpan nomor telepon pelanggan di sana. Kamu bisa mencarinya sesuai dengan nama merk laptop dan jenis kerusakannya."     

"Oke, Kak!" balas Daniel mengangguk. Ia tak segera bangkit, tetapi bertanya lagi mengenai harga komponen laptop yang herus diganti kepada Iksan. Ini adalah hal penting yang harus ditanyakan karena ini ada sangkut pautnya dengan estimasi harga perbaikan. Dengan ini, Iksan menjawab kisaran harga dari masing-masing komponen yang dibutuhkan untuk diperbaiki.     

Mengetahui harganya, ia pun bangkit untuk mengambil telepon bosnya. Ia segera menelepon pelanggan dan memberikan penjelasan mengenai jenis kerusakan dan estimasi harga kepada pelanggan. Penjelasan yang diberikannya sangat rinci serta jelas, sehingga pelanggan pun memahami apa yang ia maksudkan.     

Setelah penjelasan panjang, pelanggan setuju untuk diperbaiki dengan estimasi harga tersebut. Walau telah setuju, ia juga tak lupa juga memberitahu bahwa harga bisa saja naik jika ada kerusakan-kerusakan tak terduga saat laptop benar-benar diperiksa olehnya, dan hal ini juga disetujui oleh pelanggan.     

Penjelasan dan estimasi harga telah disetujui oleh pelanggan, ia pun mulai ke langkah selanjutnya, yaitu membongkar laptop. Tak butuh waktu lama baginya untuk menemukan komponen-komponen yang menyebabkan laptop mati total dan layar hitam.     

Untuk menghemat uang pelanggan, ia mencoba memperbaiki komponen tersebut, tetapi setelah dicoba lagi, komponen-komponen tersebut tak bisa bekerja secara maksimal walau masih bisa digunakan. Ia pun dengan enggan menggantinya dengan komponen baru.     

Proses ini membutuhkan waktu satu jam lamanya hingga akhirnya ia selesai memperbaikinya. Setelah selesai pun, ia tak segera menghubungi pelanggan, tetapi melakukan tes dan pemeriksaan terhadap perangkat lunak komputer. Ia harus memeriksanya karena kadang-kadang ada komponen yang tidak cocok dengan merk laptop tertentu.     

Hingga tes dan pemeriksaan selesai, ia tak menemukan satu kerusakan pun setelah perbaikannya. Ia pun bangkit dan membawa laptop tersebut kepada Iksan lalu berkata, "Kak, laptopnya sudah selesai kuperbaiki."     

"Mengenai kerusakan dan komponen yang diganti, aku telah menuliskannya di sini. Jadi, kak Iksan dan pelanggan bisa melihat permasalahan laptop dan harganya di sini," katanya sambil ingin menyerahkan laptop dan kertas yang digunakannya untuk menuliskan rincian mengenai pekerjaannya.     

"Taruh saja di sana. Aku akan memeriksanya nanti," ujar Iksan tanpa melihat pekerjaan Daniel. Ia kemudian melanjutkan, "Bisakah kamu membantuku sekarang? Atau kamu ingin istrirahat terlebih dahulu?"     

"Tidak," balas Daniel sambil membawa laptop itu kembali ke tempat yang telah ditunjuk oleh bosnya. Ia berkata, "Aku akan segera membantumu, Kak. Istirahatnya bisa nanti saja."     

Entah berapa kali ia harus tersenyum hari ini, Iksan selalu kagum dengan kemampuan dan dedikasi dari karyawannya. Ia berkata, "Kemarilah. Aku akan menjelaskan pekerjaan yang harus kamu lakukan."     

"Siap, Bos!" balas Daniel sambil tertawa, disambut tawa pula oleh Iksan.     

"Ada-ada saja kamu ini," kata Iksan menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menjelaskan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Daniel dan karyawannya itu pun menyambut baik apa yang dijelaskan olehnya.     

Pekerjaan pun berlangsung hingga sore menjelang malam hari. Daniel melanjutkan pekerjaannya memperbaiki laptop dan komputer, tetapi Iksan tidak. Ia melakukan pekerjaan lain yang lebih mendesak, yaitu memperbaiki ponsel.     

"Apa kakak membuka bisnis reparasi ponsel juga?" tanya Daniel heran. Ia tak menyangka toko tempatnya bekerja ini akan menerima perbaikan ponsel karena selama hari ini atau kemarin, ia tak melihat ada pelanggan yang ingin memperbaiki ponsel.     

"Ya, aku menambahkan bisnis ini karena bisnis perbaikan laptop dan komputer sempat lesu beberapa waktu lalu. Karena aku juga sudah ikut kursus perbaikan ponsel, jadi aku mencoba membukanya dan sebagai hasilnya, bisnis ini cukup menjanjikan," ujar Iksan menjelaskan.     

"Apa kamu juga ingin belajar cara memperbaiki ponsel?" lanjutnya bertanya kepada Daniel.     

Daniel menggelengkan kepalanya. Ia telah memikirkan hal ini, tetapi keterempilan dan pengetahuan teknologi komputernya tak mencapai ranah memperbaiki kerusakan perangkat keras ponsel pintar. Namun, ia masih bisa memperbaiki kerusakan perangkat lunak ponsel karena itu masih berkaitan dengan kemampuannya.     

"Tidak, aku harus mempelajari bidang laptop dan komputer terlebih dahulu," katanya.     

Iksan diam-diam setuju dengan keputusan tersebut karena Daniel tak rakus akan pengetahuan dan pekerjaan. Ia senang karyawannya menyadari batas mereka tanpa harus memakasakan sesuatu yang mereka tak bisa.     

.....     

Hari berganti demi hari, akhir pekan pun tiba. Selama beberapa hari terakhir, Daniel menjalani sekolah maupun pekerjaannya dengan baik, walau ada beberapa hal sempat menggangunya.     

Di hari minggu siang, ia baru saja selesai memperbaiki laptop yang rusak. Karena pekerjaan telah selesai, ia ingin menyerahkannya kepada Iksan untuk diperiksa, tetapi bosnya tersebut tak ada di ruang kerja.     

Mencoba mencari bosnya, ia mendengar suara seseorang dengan panik menjelaskan sesuatu di ruang toko. Dengan rasa penasaran, ia pun keluar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan tokonya.     

Ketika sampai di sana, ia melihat seseorang sedang berbicara dengan Iksan. Orang tersebut panik, sedangkan bosnya terlihat tak berdaya dengan apa yang disampaikan oleh orang tersebut. Ia pun akhirnya memutuskan untuk menanyakan apa yang terjadi kepada bosnya.     

"Kak, apa yang terjadi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.