Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

8. Mengerjakan Misi



8. Mengerjakan Misi

0Daniel kembali ke kelas setelah berbincang-bincang dengan kepala sekolah. Pria paruh baya yang menenangkannya kemarin itu membicarakan hal berkaitan dengan kegiatan sekolah dan memberikan beberapa nasehat untuknya, terutama menyangkut masalah-masalah yang dihadapinya.     

Saat telah berada di kelas, ia memperhatikan penjelasan guru dengan serius, tidak seperti yang dilakukannya kemarin. Sejak awal sekolah, dirinya selalu memperhatikan apapun penjelasan guru. Selain untuk menghormati guru, ia juga tak ingin membuang kesempatan dan waktu hanya untuk bermalas-malasan.     

Sepanjang hari ini di sekolah, ia merasa lebih tenang dibandingkan dengan hari-hari lalu. Walaupun gosip tentangnya yang akan diusir dari sekolah, memarahi guru, menyeret Bella ke dalam masalah, dan gosip-gosip lainnya masih terdengar, ia tak akan menanggapinya.     

Ketika bel pulang telah berbunyi, ia merasa bersemangat. Dirinya segera mengemasi buku beserta pulpennya agar bisa pulang lebih cepat karena ia merasa tertarik dengan apa yang ia temukan sebelum berbicara dengan kepala sekolah tadi pagi.     

"Kawan, aku akan pulang lebih dulu. Ada yang harus kukerjakan hari ini," katanya berpamitan dengan kedua sahabatnya.     

"Berhati-hatilah di jalan," balas Max tersenyum melihat kepergian temannya. Setelah Daniel tak terlihat di kelas lagi, senyum di wajahnya menghilang.     

"Bukankah kita harus melakukan itu sekarang?" tanya Max dengan ekspresi serius di wajahnya.     

"Tidak, kita harus menunggu sedikit lebih lama," jawab Regi atas pertanyaan yang hanya dimengerti oleh keduanya. Ia melanjutkan, "Akan ada momen untuk kita membantunya. Sebelum momen itu terjadi, kita harus mencari tahu dulu siapa dalang dibalik ini semua."     

"Baiklah, kita akan menunggu lagi," ujar Max mengangguk sedikit enggan, "Namun, siapa yang sedang bermain wayang sampai-sampai kita harus mencari dalangnya?"     

Hanya sebentar saja melakukan perbincangan serius, Max langsung mengatakan hal konyol lagi. Regi dibuat kesal olehnya dan langsung berkata, "Itu perumpamaan, Bego!"     

"Namaku Max, ya! Maxi Malaudin, bukan Bego!" balas Max sambil melarikan diri dari Regi yang telah bersiap memukulnya. Ia melarikan diri sembari tertawa layaknya bebek sedang bersuara.     

....     

"Kakak mau kemana dengan pakaian seperti itu?" tanya Rika heran saat melihat penampilan kakaknya yang tidak biasa.     

Daniel ditanyai oleh adiknya ketika ia mengenakan pakaian lusuh dan membawa banyak karung. Tak ingin membuat adiknya khawatir, ia berkata, "Kakak sedang mencari uang tambahan. Kakak akan berangkat dulu."     

Mendengar kakanya mengatakan hal tersebut, Rika merasa terharu. Ia berkata, "Kakak harus jaga diri baik-baik dan berhati-hati."     

"Tentu saja," balas Daniel tersenyum senang setelah mendapatkan perhatian dari adiknya. Mengenakan topi jerami sebagai pelindung dari cahaya matahari, ia berangkat untuk mencari sampah botol plastik yang merupakan misi dari sistem yang didapatkan saat akan berangkat ke ruang kepala sekolah pagi tadi.     

[Mengumpulkan Sampah Botol Plastik]     

[Keterangan Misi : Melestarikan dan mencintai lingkungan adalah hal yang sangat penting untuk dimiliki setiap manusia. Begitu juga dengan host yang harus bisa menjaga lingkungan agar bebas dari sampah plastik. Sebagai langkah pertama mencintai lingkungan, host harus mengumpulkan sampah botol plastik. Cintai lingkungan dan selamatkan Bumi!     

Kondisi Penyelesaian : 7/500 Botol Plastik.     

Durasi : 10 jam.     

Hadiah : Keterampilan dan Pengetahuan Teknologi Komputer.     

Hukuman : Tak bisa buang air besar selama satu bulan.]     

Sejak membaca misi yang didapatkannya dari sistem, ia tak merasa keberatan melakukannya. Selain itu, ia juga merasa tertarik dengan hadiahnya karena sejak lama tertarik dengan teknologi komputer dan itulah salah satu alasannya masuk ke jurusan Teknologi Komputer dan Jaringan di sekolahnya. Karena rasa tertariknya, ia bahkan telah mengumpulkan botol plastik saat di perjalanan pulang.     

Dinaungi oleh sinar matahari terik di siang hari, ia menyusuri daerah di lingkungan tempat ia tinggal. Berjalan dari ujung hingga ujung lainnya, ia mendapatkan puluhan botol plastik, baik yang ada di tempat sampah maupun yang berserakan akibat oknum-oknum yang membuang sampah sembarangan.     

Satu jam telah berlalu, ia akhirnya mengumpulkan lebih dari seratus botol plastik yang ada di lingkungannya. Sebelum melanjutkan mencari di tempat lain, ia menaruh botol yang telah dikumpulkan di rumahnya agar tidak membebaninya ketika mencari botol yang lain.     

Ia melanjutkan pencariannya ke kawasan pinggiran kota karena merasa di sana akan ada banyak botol plastik seperti kebiasaan orang kota yang sering membeli air mineral kemasan botol plastik.     

Matahari tak terasa terik lagi, menandakan sudah memasuki waktu sore hari. Ia telah mengumpulkan ratusan botol plastik dan karung-karung yang dibawanya telah terisi penuh. Hanya tersisa kurang dari dua ratus botol plastik lagi, ia memilih untuk melanjutkan mencari di sekitar pusat kota.     

Membawa karung-karung penuh botol di bahunya, ia berjalan-jalan mencari sampah botol plastik hingga berakhir di sebuah gang tempat pembuangan sampah. Ketika mulai mencari botol, suara mobil gahar khas mobil sport terdengar ditelinganya.     

"Daniel?"     

Suara seseorang memanggil namanya terdengar oleh telinganya. Ia berbalik untuk memastikannya, tetapi ekspresinya segera berubah masam setelah tahu bahwa orang yang memanggilnya adalah orang yang benar-benar tak ingin dilihatnya. Ia langsung mengabaikan remaja laki-laki yang seumuran dengannya itu dan meneruskan pencarian botol plastik di tempat sampah.     

Remaja laki-laki itu tak marah diabaikan oleh Daniel, ia malah tersenyum. Ia berjalan menghampiri Daniel bersama dengan seseorang yang ia bawa lalu berkata, "Mengebaikanku? Ah, aku mengerti kamu masih bekerja untuk memenuhi kebutuhanmu dengan memulung, jadi aku memakluminya. Namun, jika kamu benar-benar butuh uang, aku akan meminjamkannya kepadamu loh."     

Seolah-olah remaja itu berniat baik, Daniel mengetahui arti dibalik ucapan itu. Ditambah, nada yang digunakan menambah kesan bahwa remaja itu sedang merendahkannya. Namun, ia memilih mengabaikan itu karena merasa misi sistem jauh lebih penting dibandingkan harus meladeni provokasi itu.     

Remaja laki-laki itu terus berusaha membuat Daniel terprovokasi dengan ejekannya, tetapi Daniel selalu mengabaikannya dan tak terpicu dengan apa yang dikatakannya. Ia merasa kesal dengan pengabaian yang terus menerus didapatkannya hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan berkata, "Bocah miskin sepertimu berani mengabaikanku seperti ini? Seharusnya kau tak mengabaikanku karena orangtuaku mempunyai identitas besar di sini."     

Daniel merasa muak mendengar ocehan dari mulut remaja itu. Sembari memegang botol plastik di tangannya, ia berkata, "Tak bisakah kau diam, Yudhistira? Aku tahu orangtuamu punya identitas dan mereka memiliki KTP. Namun, haruskah kau kesal dengan itu? Atau ... kau kesal karena sedang haid dan merasa sensitif? Aku mengerti, aku mengerti. Anak kesayangan mami ternyata sedang haid. Yudhistira, seharusnya kamu memakai softex sekarang, kalau tidak-"     

Yudhistira segera merasa emosi mendengarnya. Pukulannya ia daratkan di wajah Daniel tanpa memberikannya waktu untuk menyelesaikan kalimatnya. Tak berhenti di situ, ia menendang Daniel hingga terjatuh dan botol-botol yang telah dikumpulkan menjadi berserakan.     

"Bimo, hajar!" perintah Yudhistira kepada orang yang dibawanya.     

Bimo mengangguk tanpa ragu atas perintah yang diberikan. Melihat anak muda yang sedang terbaring di tanah, ia angkat lalu ia pukuli.     

Yudhistira tersenyum bangga dan puas setelah memberikan 'pelajaran' kepada Daniel. Ia berkata, "Inilah akibatnya jika kamu membuatku marah. Ini adalah balasan karena bersikap sok baik di depan Bella. Jangan pernah mendekatinya lagi karena aku akan membuatnya seperti pacar, tidak, seperti mantan pacarmu terdahulu, hahaha."     

Tawa Yudhistira membawa kenangan buruk kembali ke otaknya di saat dirinya menahan rasa sakit. Daniel marah dan mencoba melawan balik, tetapi hal itu tak berguna karena Bimo selalu menghindari serangan acaknya dan membalas balik serangannya dengan pukulan keras.     

Melihat Daniel tersiksa, Yudhistira menunjukkan senyum penghinaan. Ia berkata, "Apakah kamu ingin memohon ampun kepadaku sekarang? Cium kakiku sekarang atau-"     

"Halo, pak Polisi! Di sini ada pengroyokan orang!" Suara seorang gadis tiba-tiba menghentikan ucapan Yudhistira.     

Yudhistira kaget mendengarnya. Ia berseru, "Sial, ada yang melihat kita!"     

"Sayang sekali kamu masih ada keberuntungan. Jangan sampai kau membuatku marah lagi atau kau akan berakhir di rumah sakit," tambahnya memberikan ancaman kepada Daniel. Ia memindahkan perhatiannya kepada Bimo lalu berkata, "Bimo, ayo kita pergi! Aku tak ingin reputasiku hancur karena bocah miskin ini!"     

Bimo berhenti menyerang Daniel yang telah ia buat tersandar di dinding. Ia segera mengikuti kepergian Yudhistira tanpa sedikitpun ekspresi menyesal di wajahnya setelah melakukan tindakan keji ini.     

"Apa kamu baik-baik saja?"     

Suara seorang gadis mengalihkannya dari rasa sakit yang dideritanya. Meski hanya mendengar samar suara teriakan sebelumnya, Daniel yakin bahwa pemilik suara teriakan itu meruapakan suara gadis ini. Kepalanya mendongak dan menemukan sosok gadis cantik berkacamata.     

"Sekarang sudah tidak apa-apa. Terima kasih banyak telah membantuku. Jika bukan karenamu, lukaku akan lebih parah dibuat mereka," ujarnya berterima kasih walau masih merasa kesakitan.     

Tak hanya berdiri diam, gadis itu membantunya mengumpulkan botol-botol plastik yang berhamburan. Tak ada ekspresi jijik saat dia mengumpulkan botol-botol itu. Dia bertanya, "Apakah kamu mengumpulkan uang dengan memulung seperti ini?"     

"Terkadang," jawab Daniel tersenyum seraya mencoba berdiri dengan bantuan dinding. "Lagipula memulung bukanlah pekerjaan yang memalukan. Kehadirannya sangat membantu dalam membersihkan lingkungan dengan mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang. Ini jauh lebih terhormat dibandingkan tikus-tikus berdasi," lanjutanya dengan sedikit menambahkan ocehan.     

"Terima kasih telah membantuku dari mereka dan membantuku mengumpulkan botol-botol ini lagi." Daniel berterima kasih untuk kedua kalinya. Ia merasa hangat saat melihat gadis itu membantunya dengan tulus.     

Melihat Daniel hampir kehilangan keseimbangan ketika mencoba berdiri dan berbicara dengannya, gadis itu merasa khawatir. Dengan ekspresi khawatir di wajahnya, dia berkata, "Aku akan mengantarkanmu ke rumah sakit."     

"Ini hanya sedikit nyeri dan aku tidak benar-benar terluka serius. Aku harus mengumpulkan lebih banyak botol lagi sebelum tengah malam terlewati," kata Daniel menolak tawaran dari gadis itu. "Aku akan membalas kebaikanmu segera. Sampai jumpa lagi."     

Berjalan dengan keadaan terseok-seok, ia membawa karung berisikan botol di bahunya pergi meninggalkan gadis itu setelah menunjukkan terima kasih yang tulus kepadanya. Perjalanannya mencari botol plastik terus berlanjut.     

....     

Ding!     

"Misi telah selesai!"     

"Selamat, host mendapatkan hadiah 'Keterampilan dan Pengetahuan Komputer'."     

"Untuk pertama kalinya menyelesaikan misi, host mendapatkan satu kali kesempatan undian."     

Rentetan suara pemberitahuan langsung bergema dalam pikirannya ketika dia menaruh semua botol yang telah dikumpulkan di pekarangan rumah. Rasa lelah, sakit, dan nyerinya telah terganti dengan perasaan bahagia usai menyelesaikan misi ini.     

"Dengan ini aku bisa menghindar dari hukuman yang membuatku tak bisa buang air besar selama satu bulan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.