Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

11. Nyata



11. Nyata

0"Ini– laptopku menjadi seperti ini."     

Panik– perasaan itulah yang Dayang rasakan saat mengetahui laptop yang digunakannya tiba-tiba menjadi aneh. Laptop itu menampilkan layar biru dengan tulisan-tulisan yang tak dimengerti olehnya. Menunjukkan laptop tersebut kepada Kinar, dirinya berharap teman baiknya ini bisa membantu mengatasi masalah ini.     

Kinar cukup terkejut melihat petugas perpustakaan panik seperti itu. Dia bergegas memeriksa masalah yang dialami oleh temannya tersebut, tetapi ketika mengetahui masalah itu, dia menggelengkan kepalanya.     

"Maaf, aku juga tidak mengerti tentang masalah ini," katanya.     

Mendengar itu, sesuatu yang Dayang harapkan tidak terjadi. Temannya juga tidak mengerti dengan masalah yang dialaminya sekarang. Dia merasa semakin panik dan wajahnya pucat. Dirinya sudah tak bisa berpikir jernih karena memikirkan hukuman yang akan diterimanya karena masalah ini.     

"Hm? Ini hanya bluescreen kok."     

Suara ringan seorang remaja laki-laki membangkitkan secercah harapan Dayang lagi. Dia mendongak, menatap sosok yang berbicara tersebut. Sesosok remaja laki-laki yang tampak biasa-biasa saja berdiri di samping Kinar. Remaja itu sedang memperhatikan laptopnya yang masih mengalami masalah.     

Kinar melirik remaja laki-laki yang datang bersamanya tadi, Daniel. Mengingat tempat pertemuannya dengan Daniel dan caranya mengatakan hal itu, dia berpikir mungkin Daniel bisa membantu dirinya mengatasi masalah ini.     

"Bisakah kamu mengatasi masalah ini?" tanya Kinar.     

Mendengar pertanyaan Kinar, Daniel terdiam untuk sementara waktu. Awalanya, ia tidak memahami permasalahan ini. Namun, informasi mengenai solusi dari permasalahan ini tiba-tiba saja muncul di otaknya seakan-akan ia telah memperbaiki masalah ini berkali-kali sebelumnya.     

Ia berpikir informasi ini berasal dari pengetahuan yang ia terima semalam. Mengingat tujuannya datang ke sini, memperbaiki laptop yang mengalami bluscreen ini juga bisa menjadi ajang untuk mengkonfirmasi pengetahuan yang diterimanya tersebut.     

"Aku bisa mengatasinya," jawabnya setelah terdiam beberapa saat. Jawabannya disambut hangat oleh dua gadis tersebut.     

Ia segera memulai proses perbaikan laptop tersebut mengikuti metode efektif dari pengetahuan yang ia terima. Setelah proses booting selesai, ia segera membuka software command prompt yang merupakan software command line interpreter pada sistem operasi Windows di laptop ini.     

Ia membuka cmd– sebutan command prompt untuk memeriksa file virus yang menjadi penyebab terjadinya bluescreen ini. Meskipun jarang menjadi penyebab bluescreen, pengguna yang tidak berhati-hati saat menjelajah internet maupun hal lainnya bisa menyebabkan laptop mengalami masalah bluescreen karena serangan virus.     

Mengetikkan baris-baris perintah dengan cepat, ia segera mengeksekusinya. Hanya beberapa saat, ia langsung menemukan file yang menjadi sumber masalah, tapi tak menghapusnya segera. Ia merasa sedikit penasaran dari mana sumber file virus tersebut berasal. Setelah mencarinya lagi, ia sedikit terkejut bahwa file virus tersebut berasal dari situs ilegal yang dikunjungi oleh pengguna laptop ini.     

Dirinya tanpa sadar melirik Dayang, lalu mengembalikan fokusnya lagi mengatasi masalah tersebut. Ia menghapus file virus tersebut lalu mengaktifkan kembali program anti-virus yang sudah tak aktif lagi. Setelah menunggu beberapa detik, layar komputer menunjukkan proses telah selesai.     

"Laptopmu akan kembali seperti semula setelah proses restart selesai," katanya memberitahu Dayang bahwa masalah laptop tersebut telah teratasi. "Lain kali berhati-hatilah saat menjelajah internet agar tidak terulang lagi hal semacam ini."     

Dayang merasa sangat lega sekaligus senang saat laptopnya kembali seperti sedia kala. Dirinya tak lupa untuk berterima kasih. Ia menundukkan kepalanya dan berkata, "Terima kasih banyak telah membantuku! Terima kasih juga, Kinar!"     

"Aku tidak melakukan apa-apa, tak perlu berterima kasih kepadaku." Kinar menggelengkan kepalanya. Dia ikut senang permasalahan temannya telah teratasi.     

"Sama-sama." Daniel ikut tersenyum melihat kelegaan yang dirasakan oleh petugas perpustakaan ini. Setelah membiarkannya merasakan kegembiraan itu, ia menyerahkan buku yang dibawa serta buku perpustakaannya kepada Dayang lalu berkata, "Tolong, saya ingin meminjam buku ini."     

Kinar juga menyerahkan dokumen-dokumen yang dibawanya untuk petugas perpustakaan.     

Karena laptopnya telah kembali ke keadaan semula, Dayang segera melakukan tugasnya sebagai petugas perpustakaan. Menerima buku dan dokumen-dokumen yang ditujukan kepadanya, dia mengerjakan tugasnya dengan teratur, tidak seperti saat dia panik tadi.     

"Kamu bisa membawa buku ini. Jangan lupa megembalikannya," katanya menyerahkan dua buku tersebut kepada Daniel setelah selesai mendatanya. Dia menambahkan, "Terima kasih telah membantuku, Daniel."     

Mendapatkan ucapan terima kasih lagi, Daniel membalasnya dengan anggukan dan senyuman.     

Dirasa tak ada lagi urusan di perpustakaan, Kinar memutuskan untuk pergi ke kantin bersama Daniel. Sebelum pergi, dia berpamitan dengan temannya terlebih dahulu.     

"Kami akan pergi dulu. Sampai nanti, Kak Dayang."     

"Sampai nanti, Kinar. Jangan terlalu bermesraan, ya," kata Dayang seraya melambaikan tangannya. Tak lupa dirinya mengolok-olok Kinar yang akan pergi bersama Daniel.     

"Tentu tidak!" kata Kinar lalu menarik tangan Daniel untuk segera pergi dari perpustakaan. Dayang tertawa melihat respon Kinar seperti ini.     

Setelah keluar dari perpustakaan, Kinar segera melepaskan tangan Daniel. Dia berkata, "Maaf telah menarikmu. Kak Dayang memang begitu orangnya."     

"Tidak masalah," kata Daniel menggelengkan kepalanya. Ia cukup terkejut seorang gadis menarik tangannya, tapi mengetahui bahwa itu hanya gerakan reflek karena candaan, ia tak bereaksi banyak setelahnya.     

"Kemampuan komputermu sangat bagus. Apa di sekolah kita mengajarkan hal itu kepada murid-muridnya?" tanya Kinar saat mengingat betapa baiknya kemampuan Daniel dalam memperbaiki komputer. Dia cukup penasaran mengenai hal tersebut.     

"Tidak. Sekolah tidak mengajarkan hal tersebut sampai saat ini," jawab Daniel, "Mempelajari hal seperti itu kulakukan di luar sekolah, seperti belajar secara otodidak dari internet."     

"Jika kamu memiliki masalah pada laptop ataupun komputermu, katakan saja kepadaku. Aku bisa membantumu memperbaikinya," lanjutnya menawarkan bantuan sebagai balasan atas bantuan yang telah diberikan oleh Kinar kepadanya.     

Kinar mengangguk dan tersenyum. Dia berkata, "Jika itu terjadi, aku akan mendatangimu."     

Saat mengetahui nama Daniel, Kinar merasa terkejut bahwa sosok yang dia tolong kemarin adalah siswa yang mempunyai rumor-rumor buruk di sekolah. Namun, melihat bagaimana Daniel berperilaku hari ini, dia langsung menepis rumor-rumor tersebut dari pikirannya. Dirinya tak cukup mengerti mengapa siswa yang bekerja keras dan berkemampuan baik seperti ini mendapatkan rumor buruk di sekolah terbaik ini.     

....     

"Apa yang kau lakukan bersama Kinar?!"     

Saat Daniel dan Kinar sedang makan dan berbincang-bincang, seseorang tiba-tiba datang mengganggu mereka. Seseorang tersebut adalah seorang siswa berbadan besar, wajahnya yang menunjukkan ekspresi marah besar membuat siswa-siswi yang berada di dekat mereka merasa ngeri melihatnya.     

Seolah tak terjadi apa-apa, Daniel mengabaikannya dan terus melanjutkan menghabiskan makanannya. Ia tetap berbicara kepada Kinar walau tahu apa yang sedang terjadi.     

Suasana meja tersebut menjadi sangat canggung. Kinar tidak tahu harus mengatakan apa kepada Daniel di saat seperti ini. Sedangkan siswa tersebut, ia sangat marah karena merasa disepelekan dan diabaikan oleh Daniel.     

Tangannya mengepal kuat. Ia telah berpikir memukul Daniel di depan banyak orang seperti ini, untuk memberikannya pelajaran agar tidak mengabaikannya. Ketika sendok di tangan Daniel telah ditaruh di mangkuk, Ia langsung melayangkan pukulannya dengan kecang.     

Saat memukul, bibirnya menyunggingkan senyum kemenangan, berpikir bahwa Daniel tak akan bisa menahan serangannya. Namun, jauh dari bayangannya, pukulannya terasa tertahan oleh sesuatu. Ketika ia memeriksanya, kepalan tangannya ditahan oleh telapak tangan Daniel.     

"Aku tidak mengerti mengapa kau mencoba menyakitikiku, tetapi jika kau adalah pacarnya dan marah karena aku makan dengannya, maka aku akan meminta maaf kepadamu," kata Daniel santai melepaskan kepalan tangan siswa tersebut dari genggamannya. Ia berdiri Dari kursinya lalu melanjutkan, "Namun jika dia ternyata bukanlah pacarmu dan kau berusaha menyakitiku dengan alasan acak, kau sakit. Lebih baik kau ke dokter untuk menghilangkan penyakit halusinasimu itu."     

Ia berganti menatap Kinar. Ia tersenyum kepadanya lalu berkata, "Terima kasih atas waktumu hari ini dan terima kasih telah menyelamatkanku kemarin. Jika ada kesempatan lain, aku akan membalas kebaikanmu lebih baik lagi."     

Ketika Daniel akan meninggalkan tempat tersebut, siswa berbadan besar tersebut tak bisa menahan amarahnya lagi. Kinar saat ini memperhatikan tingkah aneh dari siswa tersebut. Dirinya mengenali siswa ini dari perangainya, tak ingin hal buruk terjadi, dia mencoba menghentikannya.     

"Ardi, hentikan itu!" teriak Kinar.     

Ardi– siswa berbadan besar tersebut tak mengindahkan ucapan Kinar. Ia tak lagi merasa ini adalah masalah mengenai Kinar, tetapi juga masalah tentang harga dirinya yang telah terluka oleh ejekan Daniel.     

Ia langsung melayangkan pukulan lain, menyerang langsung dari belakang Daniel. Membayangkan pukulan itu akan kena, ia telah menyiapkan pukulan lain untuk mempermalukan Daniel di depan banyak orang. Namun, pukulannya dihindari oleh Daniel dengan mudah.     

Saat berpikir ingin melakukan serangan lain, ia merasakan sesuatu menghalangi kakinya. Hanya dalam waktu sesaat, ia langsung kehilangan keseimbangannya lalu terjatuh dengan wajahnya terlebih dahulu menyentuh lantai.     

Rasa sakit langsung menyebar di wajahnya. Namun, itu tidak seberapa dengan rasa malu yang dirasakannya saat ini. Rasa malu tersebut segera berubah menjadi amarah yang membara. Berusaha bangkit, ia dihentikan oleh Kinar yang telah berdiri di depannya.     

Kinar memandangi Ardi yang terjatuh di lantai. Matanya tak lagi menunjukkan tatapan ramah. "Kamu telah membuat masalah di depan banyak orang. Aku akan langsung melaporkan ini kepada kepala sekolah."     

"Sial!" Ardi mendecakkan lidahnya saat Kinar telah pergi dari hadapannya. Niatnya mempermalukan Daniel malah berbalik padanya dan itu membuatnya sangat kesal.     

Ditatapi oleh banyak orang dengan pandangan semacam itu membuatnya risih. Ia balik memandangi mereka dengan wajah sangarnya dan berseru, "Apa yang kalian lihat?!"     

Siswa-siswi yang tertarik pada masalah ini langsung membuang wajah mereka. Mereka melanjutkan obrolan mereka seolah tak ada yang terjadi.     

"Tunggu saja, aku pasti akan membalas ini!" serunya, kemudian bangkit dari lantai dan pergi meninggalkan kantin.     

....     

"Host, kau sangat keren tadi!"     

Di kelas, Daniel mendengar pujian dari Sky saat sedang membaca buku yang ia pinjam dari perpustakaan. Ia sendiri tersenyum mengingat kejadian itu karena hasil dari undian yang diterimanya semalam berguna untuknya di saat-saat seperti kejadian tadi.     

Dengan rangkaian kejadian sampai saat ini, ia telah mengkonfirmasi bahwa yang didapatkannya adalah hasil yang nyata. Baik pegetahuan teknologi komputer yang didapatkan, maupun hasil undian semalam membantunya hari ini.     

Ia tak memperdulikan pujian yang dikatakan oleh Sky. Ia berkata, "Walaupun kamu mengesalkan, kamu tidak membohongiku."     

"Tentu saja. Aku adalah orang yang sangat jujur!" balas Sky dengan ekspresi sombong di wajahnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.