Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

24. Preman



24. Preman

0"Bisakah kau mengalahkannya?"     

Seorang pemuda bertubuh besar dengan pakaian sekolah yang masih melekat di tubuhnya sedang berbicara kepada orang yang ada di sampingnya. Pemuda ini adalah Ardi dan saat ini ia sedang menunjuk seseorang yang memiliki masalah dengannya.     

"Hanya bocah kurus sepertinya? Sungguh, kau membuang-buang uangmu hanya untuk memberinya pelajaran," kata orang yang ada di samping Ardi. Orang tersebut memiliki tubuh yang lebih besar daripada Ardi dan wajahnya terdapat beberapa luka yang membuat setiap orang merasa takut saat menatap atau ditatap dirinya.     

Ia menunjukkan ekspresi meremehkan seraya tersenyum dengan maksud menghina yang begitu jelas. Ia berkata, "Ini hanyalah masalah sepele dan bayarannya jauh lebih murah."     

"Terima kasih telah memberiku harga yang murah," balas pemuda itu sembari menyerahkan dua lembar uang berwarna merah kepada preman yang dipanggilnya. Setelah menyerahkan uang tersebut, ia menatap punggung Daniel dari kejauhan dengan matanya yang dipenuhi dendam, kemudian berkata, "Ia memiliki keahlian beladiri. Kuharap kau berhati-hati."     

"Nak, aku senang dengan caramu berbisnis!" Preman itu tertawa bahagia saat mendapatkan bayaran yang cukup tinggi hanya untuk melawan seorang bocah kurus. Mengenai kemampuan beladiri atau apapun itu, ia tak ambil pusing sama sekali. Baginya, melawan seorang anak sekolahan yang memiliki postur tubuh seperti itu sama seperti memotong tahu menggunakan pisau tajam, sangat mudah.     

"Karena bayaran yang telah kuterima ini, aku akan segera menyelesaikannya. Kamu hanya perlu menunggu untuk menerima kabar buruk anak itu babak belur keesokan harinya," lanjutnya. Ia kemudian menepuk bahu Ardi dan langsung mengikuti ke mana Daniel pergi.     

"Inilah akibatnya jika kamu membuat masalah denganku," gumam Ardi seraya tersenyum puas menatap kepergian preman yang telah diperkenalkan secara khusus kepadanya oleh temannya. Ia tertawa sebentar saat membayangkan betapa tersiksanya seorang anak muda yang mencari masalah padanya, kemudian ia pun berbalik dan meningglakan tempat itu dengan bahagia.     

....     

"Hm? Seseorang mengikutiku?"     

Daniel berjalan dan memikirkan tentang pekerjaannya di toko, tetapi saat ini ia merasakan seseorang sedang menatapnya dengan maksud yang tidak menyenangkan. Alasan mengapa dirinya bisa merasakan tatapan tersebut karena dirinya sudah seringkali ditatap oleh banyak orang di sekolah dengan cara yang tak jauh berbeda.     

Hal tersebut membuat dirinya merasa tidak nyaman dan tidak leluasa dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, ia memikirkan sesuatu sejenak. Tangan kanannya terangkat dan ia memijat pelan lengan bagian atasnya selama beberapa detik lalu menurunkannya seolah semuanya baik-baik saja.     

"Lala, sudahkah kamu mengambil fotonya?" tanyanya kepada seseorang bernama Lala melalui pikirannya. Lala merupakan nama yang diberikannya kepada pelayan cerdas dari Smartgadget agar lebih mudah menghubunginya ketika sesuatu terjadi seperti saat ini.     

"Sudah difoto dengan resolusi gambar yang terbaik. Apakah ingin dikirimkan ke ponsel milikmu, Tuan?"     

Ketika mendengar bahwa Lala bertanya kepadanya apakah mengirim ke ponselnya atau tidak, ia merasa cukup terkejut. Namun, saat ini bukanlah saat yang tepat untuk mengagumi kemampuan dari pelayan cerdasnya. Ia segera membalas, "Kirim sekarang."     

"Baik. Saya akan mengirimkannya sesuai dengan resolusi maksimum dari layar ponsel milikmu, Tuan."     

Tak lama setelah itu, ponsel yang ada di dalam saku celananya bergetar. Ia terus berjalan sembari mengambil ponselnya di sakut tanpa menunjukkan sesuatu yang mencurigakan.     

Ia membuka ponselnya dan langsung memasuki galeri. Di sebuah album khusus, ia bisa melihat sebuah gambar dengan kualitas yang sangat jernih. Namun, lagi-lagi dirinya tak bisa mengapresiasi teknologi Smartgadget karena ia harus menjelajahi gambar ini untuk bisa menemukan siapa yang mengikutinya. Setelah penjelajahan dengan cermat, perhatiannya pun tertuju pada seseorang yang memiliki luka di wajahnya sedang memperhatikan tindakannya.     

Hanya dari hasil tersebut, ia bisa menyimpulkan bahwa seseorang yang tampak layaknya preman ini adalah orang yang ia rasakan dari tadi. Ia pun menyimpan ponselnya di saku celana sembari memikirkan sesuatu, kemudian berkata, "Segera kirimkan pesan kepada kak Iksan kalau aku akan datang sedikit terlambat."     

"Segera kirimkan pesan kepada kak Iksan kalau aku akan datang sedikit terlambat," katanya setelah memikirkan hal tersebut.     

"Pesan telah terikirim," balas Lala segera setelah pesan terkirim.     

Lala yang sangat sigap membuat Daniel merasa sangat nyaman. Dengan memiliki pelayan cerdas seperti lala benar-benar membuat segalanya menjadi jauh lebih mudah sehingga dirinya bisa memfokuskan dirinya untuk memikirkan bagaimana cara menghadapi penguntit tersebut.     

Hanya melalui tatapan saja ia sudah merasa bahwa penguntit semacam ini bukanlah orang baik-baik. Tatapan yang ditunjukkan hampir sama seperti serigala sedang menatap mangsanya. Itu membuatnya merasa harus segera memikirkan rencana.     

Beberapa langkah kemudian, ia berjalan menuju arah yang berbeda dari jalan yang seharusnya ia ambil. Saat sampai di sebuah gang yang sepi dari kehadiran manusia lainnya, ia berbalik dan berkata, "Keluarlah. Aku tahu kau mengikuti sejak tadi."     

Tak lama kemudian, seorang pria dewasa bertubuh besar dengan bekas luka di wajahnya muncul. Pria layaknya seorang preman tersebut memiliki tatapan yang sangat garang ketika memandang Daniel dan senyum di bibirnya menunjukkan penghinaan terhadap anak muda di depannya.     

"Sepertinya kamu sengaja membawaku ke sini," kata preman dengan perasaan tertarik. Ia melihat-lihat di sekitarnya lalu berkata, "Sungguh, kamu benar-benar bodoh membawaku ke tempat seperti ini."     

"Tapi, ini memudahkan pekerjaanku. Kuharap kau tidak menyesalinya!" lanjut preman tersebut dengan nada yang bersemangat. Ia bukanlah tipe seseorang yang akan terus mengatakan omong kosong. Jadi, ia langsung mendatangi targetnya agar bisa menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan bisa menikmati minuman setelah selesai.     

Ia mengambil langkah terlebih dahulu dengan mendekat pada lawannya dan tangannya telah mengambil ancang-ancang untuk menyerang bocah yang menjadi lawannya tersebut.     

Di sisi lain, Daniel memang telah siap untuk bertarung sejak mengatakan keberadaan dari preman tersebut. Jadi, ia saat ini menunggu kedatangan serangan lawannya seraya memikirkan cara tersingkat untuk mengalahkan lawan bertubuh besar seperti lawannya saat ini.     

Beberapa cara telah selesai dipikirkannya di saat sosok preman itu sudah ada di hadapannya. Tinjuan lurus yang digunakan oleh preman itu untuk menyerangnya menjadikan pukulan itu sebagai serangan pembuka dalam perkelahian mereka.     

Dalam menghadapi serangan lawan yang diarahkan pada kepalanya, Daniel memutar tubuhnya ke samping kiri. Kemudian, lawannya kembali mengerahkan pukulan lain kepadanya, dan ini segera dihindarinya dengan bergeser ke samping kiri setelah selesai berputar.     

Melawan seorang yang bertubuh besar bukanlah hal baik jika dirinya terus pasif dalam perkelahian. Ia pun mulai mekakukan serangan balik dengan memulainya dari tendangan dengan kaki kanannya pada lutut kiri lawan. Menurutnya, serangan di lutut merupakan serangan yang bijak karena saat melawan orang besar, menjatuhkan keseimbangan tubuhnya adalah tahap serangan awal yang baik.     

Sama seperti yang telah dipikirkannya, lutut merupakan bagian penting dalam menyeimbangkan dan membantu dalam pergerakan kaki dan tubuh manusia. Oleh karena itu, serangannya terhadap lutut preman tersebut menyebabkan lawannya merasa kehilangan keseimbangan untuk waktu yang singkat.     

Kesempatan yang didapatkannya ini digunakannya untuk terus melakukan serangan. Daniel pun segera bergerak menuju bagian belakang lawan, tetapi preman yang menjadi lawannya tidak tinggal diam. Respon yang ditunjukkan oleh preman itu cukup cepat di mana tangan kirinya dibentangkan kemudian mengayunkannya ke bagian belakang tubuhnya di mana Daniel sudah bersiap untuk menyerang.     

Serangan Daniel harus ditunda karena serangan tak terduga dari preman yang menjadi lawannya. Dalam menghadapi serangan ini, ia memilih untuk menahannya dengan kedua telapak tangannya.     

Alasannya menahan serangan lawannya dengan tangannya karena ia ingin membatasi pergerakan lawannya. Dengan ia menahan gerakan dari tangan preman tersebut sehingga bagian tubuh atas lawannya tidak bisa bergerak dan masih dalam posisi semula. Jika memaksa untuk bergerak, maka kaki bagian kiri yang telah diserang olehnya akan menyebabkan beban berlebih pada kaku kiri preman tersebut karena lutut lawannya telah terluka oleh tendangannya.     

Di sisi lain, jika dirinya menghindari serangan tersebut dengan menundukkan tubuhnya, itu bisa membuat tubuh bagian atas lawannya bergerak leluasa dan bisa melancarkan serangan lanjutan dengan menggunakan lutut atau kaki bagian kanan dari preman tersebut.     

Gerakan lawan telah dibatasinya dan ia menggunakan kesempatan ini dengan menyerang lutut bagian belakang lawannya dengan tendangan yang keras. Serangannya kali ini langsung membuat lawannya bertekuk lutut sembari menjeris kesakitan.     

Hal selanjutnya yang dilakukannya adalah melemparkan lengan besar preman tersebut ke arah depan dan menyerang menggunakan pukulan tangan kanannya tepat di wajah lawannya, tetapi preman tersebut berhasil menghindar di detik-detik terakhir. Namun, reaksi dari lawannya seperti itu adalah hal yang diinginkan oleh Daniel karena kesempatan ini akan digunakannya untuk melancarkan serangan lainnya.     

"Lala! Nyalakan lampu flash!"     

Tinjuannya berhasil dihindari oleh lawan, tetapi tinjuan tersebut membawa jam tangannya yang merupakan Smartgadget miliknya tepat di depan wajah lawan. Sebelum lampu flash dari jam tangannya menyala, ia membuang mukanya ke samping dan menutup matanya dengan erat. Segera setelah dirinya melakukan hal tersebut, cahaya yang begitu terang menyala tepat di depan mata preman tersebut.     

Preman tersebut tidak menyangka bahwa akan ada serangan seperti ini. Ia secara naluriah menutup matanya agar matanya terhindar dari cahaya yang berlebihan, tetapi kecepatan cahaya itu sendiri sangat cepat, apalagi dengan jarak yang begitu dekat sehingga kelopak matanya terlambat bereaksi. Sebagai hasilnya, cahaya terang tersebut memasuki matanya dan membuat mata dan kepalanya merasakan sakit dan pusing. Ia merasa ini seperti menerima stun granade sehingga ia kehilangan konsentrasinya dan tak bisa memikirkan apa-apa untuk sementara waktu.     

Konsetrasi musuh mulai pudar akibat dari indera musuh yang terganggu karena serangannya. Keadaan ini memberikannya kesempatan untuk mengalahkan lawan. Ia sendiri juga sedikit terkena efeknya, tetapi itu sangat kecil dibandingkan dengan lawannya saat ini. Ia pun menggunakan kesempatannya dengan menendang keras kepala preman tersebut.     

Hasil dari tendangan itu membuat lawannya sempoyongan dan setelah beberapa saat, preman yang menjadi lawannya terkapar di tanah. Ketika melihat hal tersebut, ia bernapas lega karena bisa mengalahkan lawannya sesingkat mungkin dan itu tak menguras tenaganya terlalu banyak.     

Ia pun menganbil napas untuk beberapa saat hingga akhirnya bisa bernapas secara normal lagi. Ia telah berdiri selama dua menit lamanya untuk mengambil napas dan mengembali konsentrasinya, tetapi lawan tersebut masih terkapar di tanah tanpa bergerak sedikit pun.     

Keadaan dari lawannya membuat Daniel khawatir bahwa ia membunuh preman tersebut secara tidak sengaja. Untuk memeriksa keamanan lawannya, ia pun segera datang dan mulai memeriksa di area-area penting yang menunjukkan bukti kehidupannya.     

"Syukurlah orang ini masih bernapas," gumamnya dengan perasaan yang lega setelah mendapati bahwa preman yang dilawannya hanya dalam keadaan pingsan. Setelah memastikan keadaan preman tersebut, ia pun segera meninggalkan gang sepi tersebut dan kembali berjalan menuju toko tempat dirinya bekerja tanpa mengkhawatirkan hal lainnya lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.