Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

12. Mencari Pekerjaan



12. Mencari Pekerjaan

0Sejak kebenaran mengenai pengetahuan yang diterimanya telah dikonfirmasi, Daniel mulai meneliti dan bereksperimen dengan pengetahuan tersebut. Selama berhari-hari sejak saat itu, ia sering kali datang ke warnet untuk meneliti pengetahuan tersebut.     

Semalam sebelumnya, ia telah menyelesaikan eksperimen dan penelitiannya mengenai pengetahuan ini. Tidak hanya pandai dalam hal yang berkaitan dengan keamanan komputer, ia juga menemukan bahwa dirinya bisa memahami banyak masalah-masalah yang terjadi pada komputer baik itu dari peranti lunak komputer hingga peranti kerasnya.     

Melalui penelitian dan eksperimen itu, ia berhasil mengetahui kemampuannya dalam bidang pemrograman juga. Mulai dari perancangan, pembuatan, pengembangan hingga perawatan mengenai peranti lunak, telah ia kuasai.     

Dengan hasil-hasil ini, ia mulai memikirkan cara memanfaatkan keterampilannya tersebut. Ia sudah menemukan pekerjaan-pekerjaan yang cocok dengan keterampilannya. Namun, karena keterbatasan waktu, modal dan alat yang tak dimilikinya, ia akhirnya memutuskan bekerja pada bidang reparasi komputer.     

Ia memutuskan untuk bekerja pada bidang tersebut untuk meningkatkan kemampuannya serta mempelajari ilmu baru pada bidang bisnis. Selain itu, ia juga ingin menyempatkan diri untuk terbiasa dengan kemampuan teknologi komputer lainnya saat mereparasi komputer di tempatnya bekerja nanti.     

Semalam, ia telah memutuskan pekerjaan yang akan diambil, dan di hari ini ia akan mencari pekerjaan tersebut. Menggunakan pakaian yang rapi, ia telah siap untuk pergi mencari pekerjaan.     

"Kakak pergi dulu, ya! Doakan hari ini kakak mendapatkan pekerjaan," ujarnya kepada adik-adiknya. Ia tak lupa untuk meminta restu mereka.     

"Hm!" Rika mengangguk dan tersenyum kepadanya, "Kakak harus berhati-hati. Jangan sampai terjadi hal seperti kemarin."     

"Pasti!" balasnya menunjukkan senyumnya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa senang adiknya mengkhawatirkan dirinya. Ia memandang Raka lalu berkata, "Raka, kamu jaga rumah dan saudarimu, ya. Kakak sepertinya akan pulang sore. Jadi, kalian makan saja telebih dahulu, jangan menunggu kakak."     

"Baik, Kak. Serahkan saja kepadaku!" jawab Raka. Ia menepuk dadanya seraya tersenyum percaya diri, menandakan bahwa layak untuk dipercaya dan kakaknya tak perlu mengkhawatirkannya.     

Rasa khawatirnya tentang adik-adiknya perlahan menghilang dan hal ini membuat perasaannya terasa lebih ringan. Dengan suasana hati sebaik ini, Daniel siap pergi melamar pekerjaan pada setiap toko reparasi komputer yang ada di kota ini.     

Dengan penuh percaya diri, ia melangkahkan kakinya pergi ke toko reparasi komputer yang telah ditandainya di peta digital ponselnya. Semalam, ia telah mencari-cari toko reparasi komputer di kota Banukarta– kota yang ia tinggali saat ini dan telah menandainya. Ia saat ini menuju toko reparasi komputer pertama, yang jaraknya tak jauh dari rumahnya.     

....     

"Permisi!"     

Daniel telah sampai di tujuannya yang pertama, yaitu toko Servis Maju Banukarta. Berdiri di depan etalase toko tersebut, ia menunggu datangnya pemilik toko setelah ia. Setelah menunggu sebentar, seorang wanita muncul dari dalam toko berjalan menghampirinya.     

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya sosok wanita tersebut dengan senyum ramah.     

Melihat kedatangan wanita itu, Daniel balas tersenyum. Ia tak terburu-buru untuk segera menyampaikan maksud dan tujuannya. Sebagai awal, dirinya bertanya, "Saya mau bertanya, Bu. Apakah di sini sedang ada lowongan kerja sebagai teknisi?"     

Wanita itu mengerutkan alisnya ketika mendengar pertanyaan Daniel. Dia masih tetap mempertahankan senyum di wajahnya, kemudian berkata, "Iya. Toko ini memang sedang mencari pekerja yang bisa memperbaiki komputer bagian peranti lunak."     

'Ini kesempatanku!'     

Daniel sangat bersemangat mengetahui hal tersebut. Tak lagi berbasa-basi, ia langsung mengatakan maksud kedatangannya.     

"Bu, saya ingin melamar pekerjaan tersebut. Saya cukup ahli memperbaiki hal-hal yang bermasalah mengenai peranti lunak komputer."     

Wanita itu melirik Daniel dari bawah hingga ke atas, kemudian menggelengkan kepalanya saat melihat antusiasme dari remaja ini. Dia berkata, "Maaf, kami tidak bisa merekrut anak sekolah."     

Penolakan, itulah yang ia terima. Ia tak puas dengan jawaban tersebut karena ditolak sebelum sempat menujukkan kemampuannya. Ia tak ingin melepaskan peluang ini, karena itulah ia bersikeras ingin menunjukkan kemampuannya kepada wanita di depannya ini. Dia berkata, "Saya bisa menunjukkan kemampuan saya agar Anda percaya, Bu! Saya bisa memperbaiki masalah peranti lunak pada komputer!"     

Wanita itu tak menggubris keinginannya. Bibirnya masih tersenyum, tetapi matanya sama sekali tak menunjukkan keramahan. Walau begitu, dia tetap berusaha dengan sopan berkata, "Maaf, ya, Dik. Kami tak bisa menerimamu. Pulanglah!"     

Ini penolakan kedua kalinya. Daniel tetap ingin menunjukkan kemampuannya, tetapi ia mengurungkan niatnya setelah melihat tatapan ketidaksabaran dari wanita tersebut. Ia hanya bisa menghela napas dan memutuskan untuk menyerah pada toko ini.     

Sebelum pergi, ia tak lupa untuk bersikap sopan. Ia berkata, "Terima kasih, Bu. Maka, saya akan pergi dulu."     

Pergi dari toko tersebut, langkah kakinya berhenti tak jauh dari toko itu. Ia menyalakan ponselnya lalu membuka peta, kemudian memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya mencari pekerjaan di toko selanjutnya. Mengumpulkan semangatnya lagi, ia melanjutkan langkah kakinya menuju toko lain.     

....     

Sudah berjam-jam Daniel berjalan kaki mencari pekerjaan di kota Banukarta, tetapi ia ditolak berkali-kali oleh toko-toko yang ia singgahi. Berbagai alasan disebutkan pemilik toko untuk menolaknya. Ada yang berasalan karena usianya, waktu, kemampuan, hingga alasan acak lainnya. Bahkan, ada juga yang menolaknya dengan kasar, langsung mengusirnya tanpa memberikannya kesempatan berbicara.     

Mendapat banyak penolakan dari toko-toko itu membuat dirinya harus memutar otaknya kembali memikirkan cara untuk mendapatkan pekerjaan ini. Saat ini, ia berdiri di depan sebuah toko reparasi. Menenangkan dirinya sebentar, ia melangkahkan kakinya ke sana seraya berkata, "Ini adalah toko terakhir."     

"Jika kali ini tak berhasil lagi, maka aku harus memikirkan cara lainnya," pikirnya. Namun, ia menggelengkan kepalanya segera untuk membuang pikiran itu. Sekarang, ia menaruh seluruh fokusnya pada kesempatan terakhirnya ini.     

"Permisi!"     

Selesai mengucapkan itu, ia menunggu dengan sabar kedatangan dari pemilik toko. Melihat-lihat isi toko, ia merasa suasana toko ini cukup sunyi, tak seperti toko-toko lainnya yang telah ia singgahi. Sambil memikirkan hal tersebut, telinganya mendengar suara hentakan kaki yang datang dari arah dalam toko.     

Seorang pria dewasa muncul tak lama setelah suara hentakan kaki terdengar. Pria itu tersenyum ramah saat melihat kehadiran Daniel di tokonya. Ia menyapanya, "Selamat datang! Ada yang biasa saya bantu?"     

Daniel membalas senyuman dari orang dewasa tersebut. Dengan senyum percaya diri, ia langsung mengatakan tujuannya. "Saya ingin melamar pekerjaan sebagai teknisi komputer di toko ini."     

Pria itu cukup terkejut mendengar perkataan itu dari seorang remaja seperti Daniel. Melihat bahwa remaja ini menunjukkan kepercayaan dirinya, ia tak segera menjawabnya. Ia terpikirkan suatu hal dan langsung menanyakannya. "Mengapa kamu ingin bekerja? Padahal, di usiamu yang masih belia ini, kamu masih perlu banyak belajar dan mencari pengalaman."     

Pria itu segera menyadari tempat mereka berbicara. Ia menahan Daniel untuk tidak berbicara terlebih dahulu, kemudian berkata, "Sebelum kamu menjawabnya, mari kita masuk terlebih dahulu."     

Daniel menganggukkan kepalanya sebagai bentuk persetujuan. Saat di toko-toko sebelumnya, ia bahkan tak diajak untuk masuk saat membicarakan perihal melamar pekerjaan ini. Hanya dengan ini, ia merasa dihargai karena pemilik toko membiarkannya masuk terlebih dahulu dan kemudian berbicara perihal pekerjaan di dalam.     

Ketika sampai di tempatnya, ia dipersilakan duduk oleh pemilik toko dan segera disuguhi minuman. Walaupun hanya sebatas air putih, tetapi ini merupakan sebuah bentuk penghargaan tersendiri baginya.     

Pria itu duduk setelah menyuguhkan minuman kepada Daniel. Menatap remaja itu, ia sekali lagi menanyakan hal itu.     

"Jadi, bisakah kamu menceritakan alasanmu ingin bekerja?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.