Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

2. Kesan Buruk



2. Kesan Buruk

0Hanya berselang beberapa menit setelah bel masuk berbunyi, seorang wanita cantik memasuki kelas. Menggunakan pakaian khas seorang guru dengan membawa tas serta buku dalam pelukannya, wanita itu disambut oleh oleh siswa-siswi di kelas.     

Sesampainya wanita itu pada meja guru, seorang siswa laki-laki tampan dengan tinggi ideal seorang remaja laki-laki bangkit dari duduknya. Menghadap kepada wanita cantik yang datang, ia memberi sebuah salam.     

"Selamat pagi, Bu Guru."     

Kemudian ucapan salam diikuti oleh murid-murid lainnya secara serentak, tak terkecuali Daniel. Hal ini disambut hangat oleh wanita itu dan membalasnya, "Selamat pagi, anak-anak."     

Sembari menunggu siswa-siswi duduk, dia berkata, "Hari ini merupakan hari hari pertama kita akan fokus pada pelajaran setelah satu pekan lalu kita menyambut adik kelas baru kita."     

"Bukalah buku Bahasa Indonesia pada bab pertama. Kita akan belajar mengenai menyusun teks prosedur," katanya sembari membuka bukunya pada bab pertama.     

Guru tersebut menuliskan poin-poin penting pada hal yang dia bahas sembari menerangkannya. Semua murid mendengarkannya dengan seksama, kecuali Daniel. Selain karena penjelasannya yang mudah dipahami, wajah cantik dari wanita ini menjadi daya tarik baik bagi siswa maupun siswi yang memperhatikannya.     

Rasa sakit yang dirasakan olehnya merupakan alasannya tak bisa fokus mendengarkan penjelasan dari guru. Dirinya tak bisa membanyangkan bahwa rasa sakit akibat dari kecelakaan yang dialami akan menyakitkan seperti ini.     

Selama pelajaran berlangsung, guru tersebut memperhatikan ada seseorang yang tidak mendengarkan penjelasannya secara serius. Wajah asing yang ia lihat ternyata adalah orang yang tak peduli dengan pelajarannya.     

'Anak itu adalah Daniel. Seperti yang dikatakan oleh teman sekelasnya, ternyata dirinya memang anak nakal,' pikir guru tersebut sembari melihat Daniel menundukkan kepalanya saja. Ia mengabaikannya dan terus melanjutkan penjelasannya.     

Tak jauh berbeda dengan apa yang guru itu pikirkan, Bella yang ada di samping Daniel pun memikirkan hal sama. Kesan yang diberikan oleh Daniel kepadanya mirip seperti seorang siswa berandal yang sering bermalas-masalan.     

'Aku harus menjauh siswa berandalan sepertinya,' pikir Bella.     

Daniel tak menyadari bahwa ia tanpa sengaja memberi kesan seperti berandal kepada dua orang yang baru ia lihat hari ini. Dalam pikirannya hanya memikirkan mengenai rasa sakit yang ia rasakan. Namun, bahkan jika ia tahu mereka berpikir seperti itu, ia tak akan peduli.     

Keadaan ini terus berlanjut hingga pelajaran kedua usai dan bel istirahat pun berbunyi. Ketika guru pada pelajaran kedua mengakhiri pelajarannya, siswa-siswi keluar dari kelas secara bergantian.     

Berbeda dengan murid lainnya, Max dan Regi bangkit dari kursi mereka masing-masing lalu menghampiri Daniel yang sedari tadi mereka lihat tak fokus selama pelajaran. Keadaan ini membuat mereka merasa khawatir dengan sahabatnya itu.     

"Daniel, apa kamu baik-baik saja?" tanya Max khawatir.     

"Tidakkah kamu melihat dia tidak baik-baik saja?" balas Regi mengkritik pertanyaan dari Max. Ia mengalihkan perhatiannya ke Daniel dan berkata, "Daniel, jika kau merasa sakit, kami akan mengantarkanmu ke UKS."     

Sebelum pelajaran kedua tadi berakhir, rasa sakit yang Daniel alami sudah mulai berkurang. Sampai dua temannya datang, rasa sakit yang dialaminya telah kembali ke rasa sakit yang normal.     

"Aku tidak apa-apa, hanya merasa sedikit sakit pada pahaku," jawab Daniel tersenyum. Ia merasa hangat karena temannya benar-bernar perhatian padanya.     

"Mengapa pahamu sakit? Apakah kau masih dipukuli oleh mereka?" tanya Max dengan mata serius. Kali ini, Regi tak membantah lagi dan memandang Daniel dengan serius pula.     

Daniel tertawa melihat mata serius keduanya. Ia berkata, "Tidak, aku tidak dipukuli. Aku hanya tertabrak mobil tadi pagi saat di depan gerbang masuk. Untungnya mobil itu jalannya agak pelan."     

"Kamu tertabrak mobil?! Apakah kamu tau siapa yang ada di dalamnya?" Max berteriak keras karena kaget. Teriakannya ini didengar oleh seisi kelas, dan sebelum Max berteriak lagi, Regi dengan cekatan memukul punggungnya.     

Rasa sakit yang tak seberapa dirasakan oleh Max, tapi sebelum Max bisa memprotes Regi, Daniel berbicara lebih dahulu.     

"Max, kamu tidak perlu berteriak seperti itu," kata Daniel menegur, "aku tidak tau siapa yang ada di dalamnya. Aku langsung kabur dari lokasi itu karena aku tak ingin ada masalah yang tidak perlu."     

"Apakah kalian tidak ke kantin?" tanya Daniel kepada mereka untuk mengganti topiknya.     

"Kami ingin ke kantin dan ingin mengajakmu, tapi kamu tidak bisa. Apakah kamu ingin menitipkan makanan kepada kami?" tanya Regi usai dia menjawab pertanyaan Daniel. Ia tidak lagi menanyakan hal itu karena sudah mengerti apa yang Daniel maksudkan.     

"Tidak, aku masih kenyang," jawab Daniel. Ia melambaikkan tangannya ke arah mereka seolah mengusir mereka pergi dan berkata, "kalian pergilah ke kantin, aku akan tidur sebentar. Aku merasa sangat mengantuk."     

Rasa kantuk yang berat ia rasakan ketika rasa sakit yang ia rasakan sebelumnya mulai mereda. Tanpa menunggu keduanya pergi, ia sudah pada posisi tidur di mejanya. Max dan Regi saling memandang, kemudian tersenyum bersamaan. Mereka mengucapkan selamat tinggal kepadanya lalu pergi meninggalkan kelas.     

Tanpa sepengatahuan Daniel, seorang gadis berambut pirang memperhatikannya dari jauh setelah mendengarkan teriakan Max. Gadis itu terlihat sedang memikirkan sesuatu, tetapi kemudian terganggu karena ada yang memanggilnya.     

"Bella, apa yang kamu lihat?" tanya seorang remaja laki-laki tampan dengan postur tinggi.     

"Tidak ada apa-apa. Mari kita ke kantin," jawab Bella. Ia dan remaja itu berjalan bersama dengan teman sekelas lainnya menuju kantin.     

....     

"Bella, mengapa kamu melihat Daniel? Apakah dia menganggumu?" Remaja laki-laki yang bersama dengan Bella bertanya dengan ekspresi khawatir. Mereka telah sampai di kantin dan mengobrol sembari menunggu makanan siap.     

"Tidak, aku tidak diganggu olehnya. Aku hanya terkejut mendengar Max berteriak seperti tadi," jawab Bella sembari tertawa ringan. Menunjukkan ekspresi penasaran, ia bertanya, "Apakah dia sering mengganggu orang, Yudhistira?"     

"Ya, dia sering mengganggu murid lain." Seorang gadis berambut panjang dengan gaya keriting pada ujung rambutnya menyahuti pertanyaan Bella. Ekspresinya sangat tak sedap dipandang ketika Bella menayakan tentang Daniel.     

"Perilakunya sangat menjijikkan. Kamu sendiri telah melihat bagaimana perilaku dan sikapnya selama pelajaran tadi pagi berlangsung. Selain itu, karena dia murid miskin dan dekil, dia sering bermasalah selama di sekolah. Sangat disayangkan kamu duduk di sampingnya, dan kuharap kamu tidak dekat-dekat dengannya atau kamu terkena imbas dari perilakunya karena dia juga bersikap sangat menjijikkan ketika berhadapan dengan gadis cantik sepertimu," lanjut gadis itu meceritakannya.     

Yudhistira, remaja laki-laki yang ditanyai oleh Bella pada awalnya akhirnya angkat bicara. Ia berkata, "Seperti kata Nurul, jangan dekat-dekat dengannya. Selain itu, ia juga sering tak masuk sekolah dan itu membuatku pusing sebagai ketua kelas sejak setahun yang lalu. Ia bukanlah orang yang tepat untuk kamu ajak berteman."     

"Benarkah seperti itu?" tanya Bella sekali lagi memastikannya.     

Yudhsitira dan Nurul mengangguk secara bersamaan. Sementara itu, dua orang gadis lain yang sedang duduk satu meja dengan mereka hanya diam saja ketika membicarakan topik itu.     

Tak lama setelahnya, makanan yang mereka pesan pun telah datang. Menghindari topik yang membuatnya tidak nyaman, Nurul, gadis yang tak menyukai Daniel, mengganti topiknya ke topik ringan mengenai kehidupan sehari-hari.     

....     

Rasa kantuk yang teramat berat membuat Daniel tertidur cepat ketika meletakkan kepala ditangannya. Namun, saat dia merasa telah tertidur, matanya tiba-tiba terasa sangat segar. Ia pun membuka matanya dan menemukan dirinya berada di sebuah tempat yang sangat asing baginya.     

"Di mana ini?"     

Ia merasa sedikit takut berada di sebuah ruangan serba putih ini. Ketakutannya semakin bertambah ketika suara layaknya robot berbicara terdengar olehnya.     

"Sistem mulai diaktifkan...."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.