Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

25. Kejutan



25. Kejutan

0Sebuah senyuman manis terbentuk indah di bibir Rika ketika baru saja bangun dari tidurnya. Meski baru terbangun, matanya terlihat cerah, penuh dengan rasa semangat. Dia merasa bersemangat hari ini karena hari ini adalah hari sabtu di tanggal 4 Agustus yang merupakan hari bersejarah bagi dia dan saudara kembarnya. Hari ulang tahun mereka adalah hari ini.     

Tak hanya dia yang penuh semangat, Raka juga merasakan semangat yang tak kalah besar darinya. Ketika dia dan saudaranya saling bertemu di depan kamar, ia dan saudaranya tersebut saling melemparkan senyuman bahagia.     

"Selamat pagi, Kakak!"     

"Pagi, Kak!"     

Masing-masing dari Rika dan Raka menyapa kakak mereka dengan penuh semangat dibarengi ekspresi bahagia. Namun, Daniel yang baru kembali dari latihan beladiri terlihat bingung ketika melihat suasana hati adik-adiknya seperti itu.     

"Selamat pagi," balas Daniel menyapa. Setelah membalas sapaan mereka, raut wajah heran nampak di wajahnya. Ia pun bertanya kepada adik-adiknya, "Kalian terlihat sangat bersemangat hari ini. Apakah ada sesuatu yang baik terjadi hari ini?"     

Rika sedikit terkejut ketika mendengar pertanyaan dari saudara tertuanya. Hal ini membuatnya merasa ragu-ragu untuk sementara waktu hingga akhirnya dia pun bertanya kepada sang kakak, "Apakah kakak lupa hari ini hari apa?"     

"Bukankah hari ini hari sabtu? Ada acara televisi yang kalian tunggu hari ini?" Daniel menjawab pertanyaan dari adiknya dengan bertanya kembali. Ekspresinya masih sama seperti sebelumnya, merasa heran dengan pertanyaan adiknya.     

Rika dan Raka saling memandang ketika mendengar hal itu dari mulut kakak mereka sendiri. Rasa kecewa dan rasa sedih menghampiri hati keduanya, membuat senyum cerah mereka menghilang, digantikan dengan wajah murung dengan ekspresi kecewa.     

"Um ... tidak ada apa-apa, Kak," jawab Rika. Dia sempat ragu apakah memberitahu kakaknya secara langsung atau tidak, tetapi pada akhirnya dia berpikir bahwa tidak perlu memberitahu kakaknya untuk sekarang.     

Setelah memberikan jawaban, Rika dan Raka sama-sama pergi dengan wajah termenung. Hal ini membuat Daniel diam-diam tersenyum masam melihat reaksi dari adik-adiknya. Ia menggeleng seraya bergumam, "Kuharap kalian tidak memarahiku nanti."     

Suasana di meja makan hari ini sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya ketika ia dan adik-adiknya berkumpul untuk menyantap sarapan. Rika dan Raka lebih banyak diam, hanya menjawab sesingkat mungkin dengan nada rendah ketika ia mengajak mereka mengobrol. Ini adalah pertama kalinya ia merasakan suasana seperti ini setelah beberapa tahun lamanya.     

"Kakak, kami berangkat dulu." Rika berpamitan kepada kakaknya dengan suara rendah, mengindikasikan bahwa dirinya masih merasa kecewa. Sebuah senyum terbentuk di bibirnya, tetapi matanya menunjukkan ekspresi yang sebenarnya. Rasa kecewa yang dia alami tak bisa disembunyikannya.     

"Kami hari ini pulang agak sore karena harus bertugas menjadi petugas upacara senin nanti," sambung Raka melaporkan kegiatan tambahan di sekolah kepada kakaknya.     

"Kalian akan menjadi petugas upacara?" tanya Daniel dengan ekspresi terkejut di wajahnya. Kemudian, ia menunjukkan senyum dan menyentuh kepala kedua adiknya. Ia berkata, "Ayo, semangat! Sangat bagus kalian bisa terpilih menjadi petugas upacara."     

"Kakak akan memberikan uang saku tambahan untuk kalian," sambungnya seraya menyerahkan masing-masing satu lembar uang berwarna oranye kepada Rika dan Raka.     

"Berhati-hatilah di jalan. Setelah pulang, jangan singah ke tempat lain tanpa memberitahu kakak," lanjutnya. Adik-adiknya menjawab dengan anggukan, ia terseyum dan memperhatikan kepergian mereka.     

Setelah berpamitan dengan sang kakak, Raka berjalan berdampingan dengan saudari kembarnya dengan ekspresi yang sama, yaitu murung dan kecewa. Ia melihat saudarinya, kemudian berkata, "Rika, ini pertama kalinya kakak melupakan hari ulang tahun kita, 'kan? Mengapa kakak bisa melupakan hal sepenting ini?"     

"Ya, ini pertama kalinya hari ulang tahun kita dilupakan oleh Kakak," jawab Rika sembari mengangguk. Ia terdiam sesaat sebelum berkata, "Mungkin kakak terlalu lelah bekerja sampai-sampai hari penting seperti ini dilupakan olehnya. Sejak beberapa pekan lalu, kakak sekolah dan bekerja tanpa henti setiap hari. Mungkin itulah alasannya."     

"Tidak apa. Kita sudah berusia 14 tahun di tahun ini dan semakin dekat hingga kita bisa membantu kakak mencari uang agar kakak tidak melupakan ulang tahun kita lagi," lanjutnya tersenyum seraya menghibur sang saudara kembar.     

"Kamu benar," balas Raka. Ia juga menghibur saudarinya dengan cara saling menguatkan satu sama lain. Meski masih merasakan kecewa, baik ia dan saudarinya sudah tahu bahwa mereka tak bisa meminta lebih banyak kepada kakak mereka yang bekerja siang dan malam setiap hari tanpa mengambil libur hanya untuk mereka.     

....     

Rika dan Raka pulang bersama setelah melakukan penyesuaian untuk bertugas di upacara bendera senin nanti. Raut wajah lelah tampil mencolok di wajah mereka, tetapi kemudian, Raka tersenyum kepada saudarinya.     

"Uangmu sekarang ada berapa?" tanya Raka.     

Mendengar pertanyaan tersebut, Rika menoleh dengan bingung. Dia berkata, "Masih ada 10.000 lagi. Kamu mau beli apa?"     

"Aku juga punya 10.000," balas Raka memberitahu sisa uanganya. Ia kemudian meneruskan, "Bagaimana kamu kita membeli kue seharga 20.000 untuk merayakan ulang tahun kita bersama kakak?"     

"Ide bagus!" ucap Rika dengan mata yang cerah. Rasa lelah yang dialaminya segera menghilang saat mendengar ide dari saudara kembarnya.     

Dengan ide tersebut, mereka pergi ke toko kue sederhana. Keduanya melihat ada kue-kue besar dan indah, tetapi mereka sadar bahwa uang mereka tak cukup untuk membeli kue tersebut. Sampai pada kue sederhana yang harganya tertulis Rp.20.000 di sana, mereka pun membelinya.     

Kue tersebut tak terlalu besar, seukuran dua telapak tangan kecil Rika. Meskipun begitu, bagi mereka itu sudah cukup untuk merayakan ulang tahun bersama kakak tercinta. Keduanya merasa senang dan pulang ke rumah dengan perasaan gembira.     

"Mari kita berikan kejutan kepada kakak ketika ia pulang nanti," kata Rika penuh semangat sebelum masuk ke dalam rumah. Dia dan saudara kembarnya sudah sampai di rumah mereka.     

"Ya!" sahut Raka yang sama bersemangatnya.     

Keduanya pun memasuki rumah, tetapi mata mereka terbelalak ketika melihat dekorasi ruang tamu di rumah mereka. Ada berbagai ornamen pesta dan juga balon-balon menempel di dinding. Kemudian, mata mereka terpaku pada sebuah tulisan dekorasi yang bertuliskan, "Selamat ulang tahun ke-14 untuk Rika dan Raka Sagara".     

"Oh, kalian sudah pulang?"     

Sebuah suara datang dari arah dapur, suara yang terdengar hangat bagi Rika. Menyaksikan kakaknya keluar dengan senyuman manis menyambut kedatangan mereka, Rika tak kuasa menahan air matanya.     

Tak pernah terlintas sekali pun dalam pikirannya kalau sang kakak akan memberikan kejutan semacam ini. Ini adalah kejutan dan perayaan ulang tahun pertama mereka yang dirayakan seperti sebuah pesta yang berbeda jauh dengan perayaan tahun-tahun sebelumnya.     

Melihat senyuman kakaknya, Rika melepas tas sekolahnya dan bergegas masuk ke dalam dekapan hangat kakaknya. Isakan tangis dan air matanya mengalir deras. Apa yang disiapkan oleh kakaknya telah menyentuh lubuk hatinya yang terdalam. Inilah mengapa dia menangis dalam pelukan sang kakak.     

Daniel tidak mengatakan apapun untuk sementara waktu. Ia membalas dekapan dan mengelus lembut rambut indah adiknya. Melalui dekapan ini, ia merasakan perasaan penuh kehangatan dari keluarga satu-satunya. Hal-hal seperti inilah yang diinginkannya dan yang selalu menjadi tujuannya dalam bekerja.     

Beberapa menit kemudian, ia melepaskan pelukan dengan Rika, kemudian berlutut didepannya. Ia menatap wajah lembut adik perempuannya yang sedang menangis lalu mengusap air mata itu. Mata menunjukkan kasih sayang dan bibirnya tersenyum menatap adiknya tersebut. Ia berkata, "Baiklah, menangisnya sudah selesai sampai di sini. Mulai tahun ini, ulang tahunmu dan Raka akan terus dirayakan seperti ini. Kamu juga bisa mengundang teman-temanmu di tahun depan."     

"Kakak menyayangimu," lanjutnya sembari memberikan kecupan di kening Rika.     

Rika tersenyum dengan wajah tersipu saat sang kakak mengecup keningnya. Daniel kemudian mengalihkan perhatiannya kepada adik laki-laki, Raka. Ia berkata, "Kemarilah."     

Raka melihat seluruh adegan mengharukan di depan matanya dan ketika Daniel memanggilnya, ia langsung menggeleng cepat. Ia berkata, "Aku masih normal dan aku tidak mau dicium oleh laki-laki!"     

Jawaban nyeleneh Raka membuat Daniel dan Rika saling memandang dan tertawa. Ia mendatangi dan menarik Raka ke samping Rika. Ia memeluk kedua adiknya lalu berkata, "Kalian sekarang sudah berusia 14 tahun dan kakak ucapkan selamat untuk kalian. Kakak tidak meminta banyak hal kepada kalian, tetapi kakak berharap kalian belajar dan melakukan hal yang kalian sukai tanpa memikirkan hal lainnya."     

"Jika kalian telah belajar dengan baik dan lulus dari bangku perkuliahan, maka di waktu itu kalian akan siap di dunia masyarakat dan bisa membantu kakak nantinya," lanjutnya sembari mengusap lembut kepala adik-adiknya seraya mendoakan yang terbaik untuk mereka di dalam hatinya.     

"Aku menyayangi kakak!" ucap Rika di dalam pelukan hangat kakaknya.     

"Aku juga menyayangi kakak," kata Raka mengungkapkan perasaannya. Kemudian, ia melanjutkan, "Tentu saja itu sebagai saudara. Aku masih normal dan menyanyangi seorang wanita untuk belahan jiwaku."     

Raka lagi-lagi mengucapkan sesuatu yang nyeleh dan ini membuat Daniel tersenyum. Ia membalas, "Kakak juga menyayangi kalian berdua."     

Adegan pelukan hangat berlangsung selama semenit lamanya, kemudian mereka berpisah. Daniel menatap kedua adik-adiknya lalu berkata, "Kalian segera mandi dan pakailah pakaian yang bagus. Setelah itu, bantu kakak untuk menyiapkan beberapa hal dan kemudian kalian akan menyambut tamu undangan kita."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.