Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

13. Kelayakan



13. Kelayakan

0Iksan merupakan pemilik salah satu toko reparasi komputer ternama di Banukarta. Nama tokonya adalah Lemonia Komputer. Setelah sebulan ditinggal oleh satu-satunya karyawannya, ia harus bekerja sendiri hingga saat ini. Untungnya, ia bisa menangani pekerjaannya untuk sementara waktu. Karena kesibukannya menangani pekerjaan itu pula, ia tak sempat untuk mencari pekerja baru.     

Sama seperti hari lainnya, di hari minggu ini ia disibukkan dengan pekerjaan reparasi komputer. Akhir-akhir ini cukup banyak orang yang datang untuk memperbaiki komputer ataupun laptop mereka. Hal ini membuatnya merasa senang, tetapi juga merasa kesusahan.     

Saat sedang memperbaiki salah satu komputer yang ada, ia mendengar suara seseorang dari luar tokonya. Menghentikan pekerjaannya untuk sementara, ia bangkit kemudian pergi melihat siapa yang datang ke tokonya.     

Sampai di luar, ia melihat seorang remaja laki-laki sedang berdiri di depan tokonya. Wajah remaja itu cukup merah dan keringatan berjatuhan dari wajahnya, tampak seperti sedang kelelahan setelah berjalan jauh. Tanpa memandang siapa pun yang datang ke tokonya, ia tetap memberikan sambutan yang hangat.     

"Selamat datang! Ada yang bisa saya bantu?" katanya seraya memberikan senyum hangat.     

Remaja laki-laki itu terseyum balik, membalas senyuman yang ia berikan. Senyuman remaja itu memiliki kepercayaan diri di dalamnya. Ia cukup senang melihat ada remaja yang memiliki sopan santun yang baik dan percaya diri seperti ini.     

"Saya ingin melamar pekerjaan sebagai teknisi komputer di toko ini," kata remaja laki-laki itu mengatakan tujuannya.     

Iksan cukup bingung untuk sesaat, kemudian ia terkejut setelah menelaah maksud dari remaja laki-laki tersebut. Menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang berbeda dari remaja pada umumnya, remaja ini membuatnya merasa sedikit penasaran. Ia pun memutuskan menunda menjawab lamaran pekerjaan dari remaja di depannya tersebut.     

"Mengapa kamu ingin bekerja? Padahal, di usiamu yang masih belia ini, kamu masih perlu banyak belajar dan mencari pengalaman," tanyanya. Ia merasa penasaran dengan alasan remaja ini ingin bekerja.     

Namun, ia hampir saja melupakan tempatnya berbicara tentang masalah penting ini. Menyadari kesalahannya, ia segera menahan Daniel agar tidak menjawab terlebih dahulu, kemudian ia berkata, "Sebelum kamu menjawabnya, mari kita masuk terlebih dahulu."     

Ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu, memimpin remaja tersebut masuk ke tokonya. Diam-diam ia memperhatikan bahwa remaja ini tersenyum dan mengikutinya berjalan saat ia berjalan terlebih dahulu. Selain itu, anak ini mengobservasi isi dari tokonya. Hal ini membuatnya mengangguk dan membuat penilaian diam-diam.     

Sampai pada ruang tamu tokonya, ia melihat remaja ini masih berdiri dibelakangnya. Melalui penilaiannya, ia mengangguk diam-diam, puas dengan sikap sopan dari remaja ini. Tak ingin membuat calon pekerjanya berdiri terlalu lama, ia segera mempersilakannya duduk.     

"Silakan duduk," katanya.     

"Terima kasih," balas remaja itu sebelum duduk di sofa yang tersedia.     

Ia meninggalkan remaja itu menuju dapur. Ia menuangkan air putih pada dua gelas, lalu membawanya keluar menuju ruang tamu. Ia menyuguhkan salah satu gelas kepada remaja tersebut, "Silakan diminum."     

"Terima kasih banyak," balas remaja itu dengan penuh terima kasih.     

Ia cukup senang dengan sikap yang ditunjukkan oleh remaja ini. Ia cukup jarang menemukan seorang remaja yang bersikap sopan kepada seorang yang lebih tua. Ia juga duduk di sofa dengan nyaman sambil menaruh gelasnya di meja. Ia berkata, "Jadi, bisakah kamu menceritakan alasanmu ingin bekerja?"     

"Saya bekerja karena harus menghidupi adik-adik saya," kata remaja itu menjawab pertanyaannya.     

Iksan cukup terkejut saat mendengar jawaban dari remaja ini. Dari jawaban ini, ia menyadari bahwa dirinya melewatkan satu hal penting. Menghilangkan keterkejutannya, ia segera berkata, "Sebelum melanjutkan pertanyaanku, tolong ceritakan tentang dirimu. Mulai dari latar belakang, pendidikan, dan sebagainya."     

Mendengar perkataannya, remaja itu mengangguk paham dan mulai menceritakan tentang dirinya. Iksan mendengarkan dengan seksama cerita yang dikatakan oleh remaja tersebut kepadanya.     

Melalui cerita itu, Iksan mengetahui bahwa remaja ini bernama Daniel Sagara. Daniel menceritakan bahwa dirinya masih berusia 16 tahun dan masih bersekolah, duduk di kelas 11 SMK jurusan Teknologi Komputer dan Jaringan. Ia memiliki dua adik sebagai satu-satunya keluarganya dan karena itu dirinya menjadi tulang punggung keluarga. Ia terus menceritakan tentang dirinya dan tujuannya melamar pekerjaannya di toko ini.     

".... Saya ingin bekerja di sini karena saya percaya diri dengan kemampuan komputer saya," ujarnya mengakhiri cerita mengenai dirinya dan tujuannya.     

Iksan merasa iba sekaligus kagum setelah mendengarkan cerita Daniel. Di usia belasan tahun, remaja ini telah menjadi tulang punggung keluarga demi menghidupi adik-adiknya dengan masih menanggung beban sekolah. Sementara dirinya, di usia yang sama ia masih bermain-main dengan teman-teman seusianya tanpa memikrikan hal-hal berat seperti yang Daniel lakukan selama ini.     

Walaupun merasakan iba dan kekaguman, ia masihlah orang yang masuk akal. Ia merasa tersentuh dengan cerita hidup Daniel, tetapi jika berbicara tentang pekerjaan, di samping harus memiliki sikap yang baik, keterampilan merupakan salah satu hal paling penting yang harus dimiliki oleh Daniel.     

Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh Daniel, ia memutuskan untuk langsung mengujinya dengan membiarkan Daniel memperbaiki salah satu laptop yang memiliki masalah. Ia telah mengambil laptop tersebut dan menunjukkannya kepada Daniel. Agar tidak membuat remaja didepannya ini bingung, ia segera menjelaskannya.     

"Aku kagum denganmu, tetapi pekerjaan adalah pekerjaan. Kemampuan adalah salah satu yang harus kamu miliki ketika ingin bekerja di sini. Jadi, sebagai tes, perbaikilah laptop ini dan aku akan bertanya beberapa hal saat kamu memperbaikinya."     

Medengar ini, Daniel terlihat besemangat. Ia langsung setuju, berkata, "Baik. Saya akan melakukannya!"     

Sebelum membiarkan Daniel memulai proses perbaikan, ia mengenalkan jenis kerusakan laptop tersebut terlebih dahulu. Setelah masalah yang dimiliki oleh laptop tersebut. Setelah mendapatkan konfirmasi dari Daniel, ia mempersilakan remaja ini memeperbaiki laptop tersebut.     

Daniel langsung bergerak mengerjakan tugasnya setelah mendapatkan izin dari Iksan. Jari tangannya menari dengan bebas di atas papan ketik, kecepatan ini membuat Iksan takjub melihatnya. Karena rasa takjub ini, ia hampir lupa memberikan tes lisan mengenai reparasi komputer kepada Daniel. Ia segera tersadar dan langsung menanyakannya pertanyaan-pertanyaan mengenai reparasi komputer tersebut.     

Menit demi menit telah berlalu, seluruh pertanyaan yang ia tanyakan dijawab oleh Daniel. Walaupun ada beberapa jawaban yang masih kurang, tetapi ia sudah bisa memahami tingkatan kemampuan Daniel mengenai subjek tes yang ia tanyakan sebelumnya. Menurutnya, tingkat kemampuan ini sudah cukup untuk bisa bekerja dengannya.     

"Selesai!"     

Ia baru saja selesai memikirkan evaluasinya terhadap Daniel, tetapi ia langsung dikagetkan oleh suara remaja laki-laki ini. Mendengarnya telah mengatakan pekerjaannya selesai, ia masih merasa terkejut masalah pada laptop ini bisa diselesaikan dengan cepat.     

"Apakah kamu benar-benar menyelesaikannya?" Ia menanyakan ini untuk mengkonfirmasinya. Ia berpikir bahwa ia salah dengar.     

"Ya, saya telah menyelesaikannya." Daniel menganggukkan kepalanya sebagai penegasan. Ia kemudian menjelaskan, "Laptop ini memiliki masalah yang cukup kompleks. Solusi yang saya gunakan adalah...."     

Sambil mendengarkan penjelasan dari Daniel, Iksan juga memeriksa hasil perbaikan laptop tersebut. Ia diam-diam kagum dengan hasil yang diberikan oleh Daniel pada masalah laptop ini. Selain penjelasan yang mudah dimengerti, hasil perbaikan Daniel dirasa sangat baik dengan waktu yang singkat. Masalah utama yang terjadi pada laptop ini bisa diatasi dengan baik olehnya.     

Ia sekali lagi memperhatikan anak muda yang duduk di depannya ini dengan hati-hati. Tingkatan kemampuan remaja ini sangat baik pada bidang perbaikan masalah peranti lunak. Kemampuannya pada masalah perangkat keras juga cukup baik, walaupun masih ada yang perlu dipelajari pada bidang ini. Memikirkan hal ini, ia telah membulatkan keputusannya.     

"Daniel, kemampuanmu pada peranti lunak sangat baik. Walaupun beberapa hal yang kamu jawab tadi memiliki beberapa kekurangan, tetapi itu tak berpengaruh banyak dalam penilaianku karena hal itu bisa diperbaiki," katanya menjelaskan evaluasinya terhadap kinerja Daniel.     

Ia mengulurkan tangannya kepada Daniel lalu berkata, "Aku hampir lupa mengenalkan diriku. Namaku Iksan, panggil saja Kak Iksan atau sejenisnya. Selamat, kamu diterima bekerja di sini!"     

"Terima kasih, Kak Iksan!" Daniel segera menyambut salaman dari Iksan dan mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan tulus.     

Rasa gembira yang dilihatkan oleh Daniel membuat Iksan tersenyum. Dalam pandangannya, saat ini ia seperti melihat remaja biasa yang baru saja mendapatkan sesuatu yang besar. Ia membiarkan rasa gembira ini untuk sementara waktu, biarkan Daniel menikmatinya terlebih dahulu.     

Setelah dirasa tenang, ia mengajak Daniel mendisuksikan perihal skema upah dan jam kerja. Diskusi ini berlangsung cukup panjang karena beberapa hal harus disesuaikan, tetapi setelah menemui titik tengah, ia dan Daniel sepakat dengan hasil diskusi saat ini.     

Dari diskusi tersebut, Daniel sepakat dengan upah per pekan. Ia akan mendapatkan upah pokok sebesar 300 ribu rupiah per pekannya. Namun, ia tidak hanya mendapatkan upah itu saja, ia akan mendapatkan tambahan upah berdasarkan jumlah dan jenis kerusakan pada komputer yang berhasil diperbaiki olehnya. Ini disambut baik olehnya.     

Perihal jam kerja, Daniel juga sepakat untuk bekerja selama sekitar 6 jam per harinya. Jam kerjanya akan dimulai setelah ia pulang sekolah sampai jam 8 malam. Jika itu hari libur, Ia akan bekerja dari pagi hingga sore dan akan mendapatkan bonus tambahan dari Iksan.     

Iksan dan Daniel sekali lagi bersalaman, menandakan kesepatakan ini telah disetujui oleh keduanya. Setelah kesepakatan ini, Iksan merasa cukup penasaran tentang suatu hal. Ia pun langsung bertanya, "Daniel, apa kamu melamar pekerjaan di toko lain juga?"     

Daniel menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum pahit, kemudian berkata, "Ya, aku juga sudah melamar di toko lain, tetapi mereka tak memberikanku kesempatan untuk menunjukkan kemampuanku. Bahkan, ada yang langsung mengusirku."     

Iksan juga tersenyum lemah, menunjukkan rasa prihatinnya kepada Daniel yang telah mendapatkan perilaku tak mengenakan semacam itu. Ia juga memperhatikan bahwa Daniel merasa cukup lelah, dan ia pun memutuskan untuk membiarkannya pulang. Ia berkata, "Kamu telah bekerja keras. Beristirahatlah dulu, besok adalah hari pertamamu di sini."     

"Terima kasih, Kak!" Daniel menunjukkan rasa terima kasihnya sekali lagi. Ia bangkit dari sofa lalu berkata, "Kalau begitu, aku pulang dulu."     

"Berhati-hatilah di jalan," katanya kepada Daniel yang akan pergi. Hal ini disambut anggukan oleh Daniel.     

Remaja yang mengejutkannya itu telah menghilang dari jangkauan pandangannya. Ia tersenyum senang dan kembali masuk ke tokonya seraya menggumamkan, "Akhirnya, aku bisa sedikit beristirahat dari pekerjaan ini."     

"Benar-benar beruntung bisa mendapatkan pekerja yang mempunyai kemampuan hebat sepertinya," lanjutnya. Ia kemudian melanjutkan pekerjaan yang tertunda karena perihal pelamar pekerjaan di tokonya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.