Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

3. Aktifnya Sistem dan Sebuah Kejutan



3. Aktifnya Sistem dan Sebuah Kejutan

0"Sistem mulai diaktifkan...."     

"Host dalam keadaan terluka ... mulai penyembuhan host ... peyembuhan selesai."     

"Aktifkan sistem ... 0% ... 2% ... 5% ... 18% ... 31% ... 67% ... 98% ... 100%."     

"Selamat, Sistem Teknologi dan Kekuatan Super telah berhasil diaktifkan."     

Rentetan suara robot terdengar di telinganya, tetapi ia tidak memahami apa yang dimaksudkan oleh suara tersebut. Ditambah tak ada satu pun sosok yang ia lihat, ia menjadi bingung dan mulai waspada meski merasa sedikit takut.     

"Sistem? Kesembuhan? Host? Aktif?" Ia bergumam satu persatu hal-hal yang tidak ia mengerti. Ia melanjutkan, "aku ingat bahwa aku tertidur di kelas saat jam istirahat. Suara ini ... apakah kau robot?"     

Sesosok anak kecil laki-laki berusia tujuh tahun tiba-tiba muncul di hadapan Daniel dengan mengambang di udara. Dirinya tersenyum melihat kebingungan dan ketakutan pada ekspresi Daniel. Setelah puas, ia menyapa dan berkata, "Hai, Host! Aku bukanlah robot, tapi aku adalah makhluk cerdas yang akan menjadi asisten sistem. Kamu bisa memanggilku Sky."     

Ketakutan Daniel semakin bertambah sejak kemunculan anak kecil yang menamai dirinya sebagai Sky. Semakin banyak hal-hal yang tidak dia mengerti bermunculan dan itu membuatnya semakin bingung.     

"Asisten sistem? Sistem Teknologi dan Kekuatan Super? Apa maksudmu?"     

Melihat Daniel tak mengerti mengenai sistem, Sky menjadi tak bersemgat. Menampilkan ekspresi lesunya, ia menjelaskan, "Karena kamu tidak mengerti apapun, maka aku akan menjelaskannya dari awal."     

"Sistem Teknologi dan Kekuatan Super adalah sebuah sistem yang diciptakan untuk memperbaiki dan meningkatkan kehidupan seserang yang menerimanya dengan mendapatkan pengetahuan, teknologi, dan kekuatan super. Agar host ataupun inang dari sistem kehidupannya diperbaiki, pencipta sistem membuat agar setiap teknologi, pengetahuan ataupun kekuatan super yang didapatkan harus melalui sebuah misi agar host berusaha dan bekerja untuk mendapatkannya."     

"Aku sendiri adalah asisten sistem, makhluk cerdas yang diciptakan untuk membantu host dan juga sebagai pengingat. Sistem tak memiliki fungsi lainnya, hanya ada misi, hadiah, ruang penyimpanan barang sistem, dan kadang-kadang ada undian," ujar Sky mengakhiri penjelasannya.     

"Hadiah berupa teknologi, pengetahuan, dan kekuatan super, ya? Ini benar-benar sulit dipercaya," gumam Daniel tersenyum pahit, "kurasa aku masih di alam mimpi."     

Mendengar gumaman pahit darinya, Sky tertawa. Ia berkata, "Host, kita sekarang ada di alam bawah sadarmu. Ini bukanlah mimpimu, tetapi ini adalah kenyataan. Aku memilih untuk menjelaskannya di sini karena aku takut kamu akan menjerit ketakutan ketika melihat tampangku yang tampan melebihi wajahmu itu, dan jika kamu menjerit, aku khawatir gadis-gadis di kelasmu akan melihatmu mengira dirimu memiliki kecerdasan di bawah rata-rata."     

"Tapi, host harus tetap tenang. Jangan khawatirkan itu karena ketampanan dan kecerdasanmu bisa berkembang dengan sangat baik jika menyelesaikan misi-misi yang disediakan oleh sistem."     

"Ah, satu hal lagi. Ingatlah, Host. Kehadiranku dan sistem nyata karena kami merupakan sistem asli, bukan sistem kaleng-kaleng. Keasliannya akan kamu lihat sendiri ketika kamu bangun nanti," lanjut Sky menjelaskan hal-hal yang belum ia katakan.     

"Hanya itu yang kusampaikan saat ini. Setelah kamu bangun, aku memberimu sedikit kejutan yang menyenangkan dan pasti akan membantumu nantinya. Sampai jumpa, Ran!" Sky melambaikan tangannya kepada Daniel.     

Tanpa memberikan kesempatan kepadanya berbicara, Sky menghilang. Ruang putih di sekitarnya juga hancur dan kemudian kesadarannya telah kembali. Perasaan tangan yang keram akibat menaruh kepala di tangannya mulai terasa, Daniel menyadari bahwa dirinya telah kembali ke kelasnya.     

....     

Jam istirahat yang selalu dinanti-nanti oleh semua murid hampir berakhir. Max dan Regi telah makan dan beristirahat dengan nyaman di kantin. Melihat jam sudah dekat dengan jam masuk, mereka meninggalkan kantin dan kembali ke kelas.     

Saat dalam perjalanan menuju kelas, mereka dihentikan oleh guru cantik yang telah mengajar mereka pada jam pelajaran pertama tadi pagi. Keduanya saling memandang dan bingung mengapa mereka dipanggil, tetapi mereka tetap mengikuti guru cantik tersebut.     

"Max, bisakah kamu katakan kepada Daniel untuk datang bertemu saya di ruangan guru? Saya ingin berbicara dengannya," ujar guru cantik itu mengungkapkan tujuannya.     

"Daniel, Bu? Baiklah, nanti akan saya sampaikan kepadanya," jawab Max dengan nada yang sangat sopan, sangat berbeda ketika berbicara dengan Regi maupun Daniel.     

"Apakah ada hal lain, bu Nia?" tanya Max lagi untuk memastikan.     

Nia, guru cantik yang memanggil keduanya, menggeleng lalu tersenyum. Dia berkata, "Tidak ada lagi. Terima kasih banyak, ya."     

Max mengangguk lalu berkata, "Kami kembali ke kelas dulu, Bu. Kami akan menyampaikan pesan ibu ketika bertemu dengannya di kelas."     

Melihat kepergian Max dan Regi, Nia menghela napas lega. Mengingat bagaimana perilaku Daniel saat di jam pelajarannya, ia menggeleng lalu berkata, "Semoga dia datang dan aku bisa menasehatinya dengan baik."     

....     

Sesampainya mereka di kelas, Max dan Regi melihat Daniel masih tidur. Mengetahui waktu bel masuk berbunyi semakin dekat, mereka memutuskan untuk membangunkan Daniel dan memberitahunya tentang pesan yang disampaikan oleh Nia.     

"Daniel, bangun. Jam pelajaran berikutnya akan dimulai," ucap Regi sembari menggoyang tubuh Daniel dengan lembut, tetapi masih tidak ada respon darinya sama sekali.     

Dalam kesempatan ini, Max menatap Regi dengan ekspresi meremehkan dan mengejeknya yang membuat Regi semakin kesal. Max tertawa dan ia berkata, "Lihatlah bagaimana seorang pro membangunkan Daniel dari tidurnya."     

"Daniel! Daniel! Jam pelajaran selanjutnya adalah pelajaran pak killer!" Max berteriak sembari menggoyang tubuh Daniel dengan kuat hingga kursinya ikut bergerak. Ekspetasinya mengatakan bahwa Daniel akan bangun sebentar lagi, tetapi apa yang dia bayangkan salah besar. Gerakan besar seperti itu masih belum mampu untuk membangunkan Daniel dari tidurnya.     

"Seorang pro, bukan?" balas Regi dengan tawa ejekan atas kegagalan Max.     

Ketika Max ingin membalas ucapan Regi, bel jam masuk berbunyi. Max mengurungkan niatnya seraya berkata, "Daniel, jangan salahkan aku dan Regi karena tidak membangunkanmu. Kami telah berusaha keras untuk membangunkanmu, tetapi kamu tidur layaknya orang mati. Jika kamu belum bangun sampai dia datang...."     

"Kami turut berduka atas apa yang akan terjadi nantinya," sambung Regi. Ia menelan ludah karena tidak bisa membayangkan betapa sadisnya hukuman yang akan diterima Daniel jika ia masih tertidur dalam jam pelajarannya.     

Max dan Regi buru-buru kembali ke kursinya, sementara murid yang lain menatap Daniel dengan jijik sekaligus tertawa mengejeknya. Bella tak lepas dari melihat kejadian ini dan dirinya tertawa karena merasa ini lucu, tapi kemudian penilaian dari Yudhistira dan Nurul teringat lagi olehnya.     

'Aku tidak menyangka ia memang memiliki sikap yang buruk. Namun, meski seburuk apapun sikapnya, aku tetap harus meminta maaf kepadanya karena telah menabraknya tadi pagi.'     

Baru saja bel masuk berbunyi, tetapi seorang guru pria berkepala plontos memasuki kelas. Matanya menatap tajam seluruh kelas dari sudut satu hingga sudut lainnya. Tatapan ini membuat banyak siswa-siswi ketakutan dan tidak berani melakukan gerakan ceroboh . Namun, ketika tatapannya sampai pada meja di sudut kelas dekat jendela, ia menemukan seorang siswa yang sedang tidur.     

Guru ini mendengkus napas dingin. Matanya menatap siswa itu dengan sangat tajam, bahkan tatapan ini membuat murid-murid yang duduk di sekitar tempat Daniel ketakutan. Guru pria menaruh buku-buku yang ia bawa ke meja dengan keras, tetapi siswa yang tidur tetap tidak bangun.     

Guru berkepala plontos ini tak kehabisan akal. Ia berdaham keras lalu menyapa semua murid di kelas.     

"Ehem! Selamat pagi menjelang siang hari, Anak-anak."     

"Selamat pagi, Pak!" jawab murid-murid di kelas dengan serempak.     

Suara keras dari guru dan juga suara balasan sapaan dari murid-murid tak mampu untuk membuat Daniel bangun dari tidurnya. Hal ini membuat guru tersebut merasa agak kesal. Ia memutuskan untuk membangungkan siswa ini.     

Berjalan hingga sampai pada meja Daniel, guru tersebut mencoba membangunkannya dengan menepuk pelan pundak Daniel sembari memanggilnya.     

"Daniel, bangun! Sudah waktunya pelajaran dimulai!"     

Usahanya untuk membangunkan Daniel gagal, ide-ide membangunkan dengan cara halus hilang sekejap dalam pikirannya. Dengan wajah kesalnya, guru ini berteriak memanggil Daniel sembari menggebrak mejanya dengan keras.     

SLAP!     

"Daniel, BANGUN!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.