Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

14. Tekad



14. Tekad

0Perasaan senang– itulah yang Daniel rasakan setelah lamaran pekerjaannya diterima. Rasa penatnya berkelana di kota Banukarta dan usahanya sejak pagi hari terbayar lunas dengan diterimanya ia bekerja di sebuah toko reparasi komputer.     

Pulang dari toko, ia menyempatkan diri singgah di sebuah restoran cepat saji. Ia membeli sepaket ayam goreng untuk merayakan diterimanya ia bekerja ini bersama adik-adiknya di rumah nanti.     

Ia menganggap penerimaan kerja kali ini terasa sangat luar biasa walaupun orang-orang menganggap bahwa diterima kerja hanyalah masalah biasa. Bagi dirinya, dengan diterima bekerja di toko reparasi komputer, ia bisa lebih menghemat tenaga dan mendapatkan hasil yang lebih pasti ketimbang dengan pekerjaan sebelumnya. Ditambah, ia juga bisa menelusuri kemampuannya lebih dalam lagi. Karena hal itulah ia merasa sangat senang.     

Bersama dengan adik-adiknya, ia merayakan keberhasilan mendapatkan pekerjaan tersebut. Adik-adiknya pun turut bahagia mendengar kabar baik darinya.     

....     

Keberhasilannya mendapatkan pekerjaan membuat dirinya sangat bersemangat untuk memulai hari barunya. Setelah menghabiskan sarapan bersama adik-adiknya dan membersihkan rumah, ia berangkat ke sekolah dengan perasaan yang semangat, merasa tak sabar untuk bekerja dan mengeksplorasi kemampuannya lebih jauh.     

Saat sampai di kelasnya, ia mendatangi kedua sahabatnya. Ia menepuk bahu dua sahabatnya tersebut lalu menyapa mereka, "Yo! Selamat pagi!"     

Mendengar nada bersemangat dari suara yang akrab ditelinganya, Max berbalik. Ekspresi senyum kebahagiaan terpancar dari wajah sahabatnya tersebut. Ia merasa penasaran lalu menanyakannya, "Sangat jarang bisa melihatmu bahagia seperti ini. Apa gerangan yang terjadi?"     

"Aku mendapatkan pekerjaan baru. Pekerjaan yang lebih baik dibanding sebelumnya," jawabnya. Daniel menunjukkan senyum sumringah, menampakkan kebahagiaannya kepada sahabatnya.     

"Pantas saja kamu seperti ini," kata Regi tersenyum. Ia ikut bahagia atas apa yang didapatkan oleh sahabatnya tersebut. Tak lupa baginya untuk memberikan selamat kepada Daniel. "Ini adalah berita baik. Selamat, ya."     

"Aku mengira kamu mendapatkan pacar baru," kata Max dengan ekspresi kecewa di wajahnya. Ia melanjutkan, "Tetapi, itu kabar baik. Kerja yang semangat."     

Daniel tahu bahwa Max hanya bercanda perihal itu. Ia menggelengkan kepalanya, kemudian menepuk pelan bahu Max lalu berkata, "Apa tak ada tebakan yang lebih baik dibandingkan dengan hal itu?"     

"Tapi, terima kasih. Aku sangat bersemangat saat ini!" lanjutnya berkata. Ia kemudian berjalan ke tempat duduknya.     

"Selamat pagi."     

Seorang gadis cantik berambut pirang menyapanya saat sampai di tempat duduknya. Gadis itu adalah Bella. Kebetulan, Bella juga baru sampai di tempat duduk dan menyapanya.     

"Bagaimana kabarmu, Daniel? Apakah rasa sakit pada luka lebam di wajahmu telah menghilang?" tanya Bella. Ketika dia menanyakan itu, ekspresi khawatir terlihat jelas di wajahnya.     

Mendengar pertanyaan itu, ia menyentuh luka lebam di wajahnya dan tak merasakan rasa sakit lagi. Bekas lebam pun sudah memudar dan hampir tak kelihatan lagi ketika ia bercemin di rumah sebelum berangkat tadi. Ia menyapanya terlebih dahulu, "Selamat pagi, Bella."     

"Rasa sakitnya telah menghilang. Bekasnya pun akan menghilang sebentar lagi," ucapnya menjawab Bella. Ia tersenyum lemah menghadapi rasa khawatir dari Bella. Ia pun berkata, "Lagipula, ini bukanlah kesalahanmu. Tak perlu khawatir seperti itu."     

Bella menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Tidak, tidak. Itu bersangkutan denganku. Syukurlah lukamu sudah sembuh, aku senang mendengarnya."     

"Ya, sekarang sudah baik-baik saja. Terima kasih telah mengkhawatirkanku," ucap Daniel berterima kasih dan segera mengakhiri topik permasalahan ini. Ia tak ingin membiarkan Bella terus membahas perihal ini terus menerus.     

Ketika ia baru saja menyelesaikan ucapan rasa terima kasihnya kepada Bella, bel sekolah berbunyi dan pengumuman upacara segera terdengar. Ia langsung menaruh tasnya di meja lalu berkata, "Sekarang sudah saatnya upacara bendera. Ini pertama kalinya bagimu, 'kan? Mari berkumpul di lapangan."     

"Iya," jawab Bella dengan suara halus. Mendengar Daniel berterima kasih kepadanya karena dia mengkhawatirkannya, dia merasa sedikit malu. Dia pun mengikuti Daniel berjalan menuju lapangan untuk mengikuti upacara bendera.     

Sampai di lapangan sekolah yang luas, Daniel dan murid dari kelasnya berbaris mengikuti arahan dari ketua kelas, Yudhistira. Meski memiliki beberapa keluhan terhadap Yudhistira, ia masihlah orang yang masuk akal dan tak dibutakan oleh rasa dendam. Ia mengikuti arahan dari orang lain jika itu dianggapnya benar, seperti yang ia lakukan saat ini.     

Ratusan siswa-siswi bersama guru-guru beserta staf lainnya pun telah berbaris rapi di lapangan upacara bendera. Dengan ini, upacara bendera pertama di tahun ajaran ini pun dimulai. Daniel berbaris rapi menunggu upacara dimulai.     

Suara seseorang siswi segera terdengar. Dia membacakan susunan acara upacara bendera dan upacara pun secara resmi telah dimulai. Siswa-siswi lain yang bertugas pun melakukan masing-masing tugas mereka.     

Upacara kemudian telah sampai pada acara pengibaran bendera. Petugas pengibar bendera melangkahkan kakinya dengan gerakan yang sangat rapi dan menyatu. Segera, mereka pun sampai di tiang bendera. Salah satu siswi yang merupakan petugas pengibaran bendera mengikat bendera pada tali di tiang bendera. Siswi tersebut menarik bendera tersebut dan membuat bendera terbentang dengan rapi. Dia mengucapkan, "Bendera siap!"     

Ketika mendengar aba-aba itu, pemimpin upacara pun segera melanjutkannya dengan suara lantang mengatakan, "Kepada bendera merah putih, hormat ... gerak!"     

Siswa-siswi yang bertugas menjadi paduan suara segera memulai nyanyian mereka. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dikumandangkan oleh paduan suara tersebut dengan suara yang baik dan terpadu.     

Di sisi lain, Daniel melakukan gerakan hormat kepada bendera merah putih. Mendengarkan nyanyian lagu kebangsaan ini membawanya pada memori saat kecil dulu, ketika ia bersama kakeknya menonton upacara bendera hari kemerdekaan yang disiarkan di televisi.     

Saat itu, kakeknya ikut melakukan gerakan hormat walaupun hanya mengikuti upacara di televisi. Ia yang masih kecil waktu itu tak bisa memahami mengapa kakeknya melakukan hormat, tetapi ada hal yang sangat berkesan baginya saat itu. Dengan tangan yang masih melakukan hormat di hadapan televisi kecil, kakeknya menyampaikan satu hal penting kepadanya.     

"Daniel, kita harus menanamkan cinta pada tanah air kita, Indonesia. Ini adalah salah satu cara penghormatan terhadap berbagai pengorbanan dan perjuangan yang telah dilakukan oleh para pahlawan di masa lalu untuk mencapai kemerdekaan. Sebagai anak bangsa, kita patut menanamkan rasa cinta tanah air karena perkembangan bangsa dan negara ini ada di tangan anak muda, seperti dirimu. Kakek yakin, suatu hari nanti kamu akan berkontribusi besar pada negara ini. Dan jika hari itu tiba, kakek merasa sangat bangga kepadamu."     

Memori-memori indah saat bersama kakeknya mengalir jernih dalam otaknya. Senyum, semangat, ketabahan, dan keteguhan sang kakek hadir dalam ingatannya.     

Seraya memberikan hormat, ia memejamkan matanya hingga lagu berakhir. Saat suara pemimpin upacara terdengar lagi ditelinganya, ia menurunkan tangannya. Matanya terbuka dan terpancar kebulatan tekad dan semangat perjuangan.     

'Kakek, keyakinanmu terhadapku tak akan sia-sia. Aku telah memiliki kemampuan yang bisa mewujudkannya dan akan terus berusaha mewujudkan hal-hal lainnya. Dan jika hari itu telah tiba, aku pasti akan membuktikan hal itu dan membuat kakek bangga atas pencapaianku di masa depan!'     

....     

Upacara bendera yang berlangsung dengan khidmat telah berakhir. Murid-murid yang mengikutinya pun telah kembali ke kelas mereka masing-masing. Daniel bersama dengan siswa-siswi sekelasnya telah tiba di kelas 11-A TKJ.     

Hanya selang beberapa menit siswa-siswi kelas 11-A TKJ memasuki kelas, Nia memasuki kelas. Nia pun memulai proses belajar mengajar setelah memotivasi para murid dengan hal yang berkaitan dengan tema upacara hari ini.     

Hari ini, semua berjalan dengan normal. Tak terasa, bel pulang telah berbunyi. Setelah berpamitan dengan teman dan sahabatnya, Daniel pulang dengan semangat karena ingin segera bekerja. Namun, ketika berjalan di lingkungan sekolah, ia dicegat oleh dua siswa.     

"Ikuti kami."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.