Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

4. Kejutan Sekali Lagi



4. Kejutan Sekali Lagi

0Suara gebrakan meja dan teriakan dari guru tersebut menggetarkan hati siswa-siswi yang mendengarnya. Dalam hal ini, di dalam hati mereka telah memutuskan untuk tidak melakukan hal yang dilakukan oleh Daniel ketika jam pelajaran guru ini berlangsung. Jika tidak, mereka akan mendapatkan hal yang sama dengan Daniel.     

....     

Perasaan keram di tangannya membuat Daniel sadar bahwa ia telah kembali ke kelasnya. Suasana hening, tetapi mencekam ini membuatnya merasa aneh. Ketika dirinya hendak bangun, tiba-tiba suara gebrakan meja diiringi dengan teriakan nyaring menyebut namanya terdengar hingga membuat telinga dan jantungnya kaget.     

Akibat hal itu, tiba-tiba dia menegakkan badannya, tetapi karena telalu cepat, keseimbangannya di kursi terganggu dan akhirnya membuat dirinya sekaligus kursi jatuh. Suara keras memanggil namanya terdengar sangat familiar yang membuat jantungnya mengencang dan berdetak tak menentu.     

Ketika jantungnya berdetak, pikirannya masih sempat saja untuk bertanya, 'Apakah ini yang dinamakan cinta?'     

Membuyarkan pertanyaan tersebut dalan pikirannya, ia mendongak melihat sosok yang membangunkannya. Ketika ia mengetahui bahwa guru yang membangungkannya adalah sosok guru yang sangat terkenal di seluruh antero sekolah, dirinya tanpa sadar berkata, "Ya ampun! Pak Guru killer gundul nan menawan! Ups!"     

Ucapan reflek darinya menyebabkan urat-urat muncul di dahi guru yang ia maksud. Ia buru-buru menutup mulutnya, tetapi tindakan itu sia-sia karena ucapannya membuat guru itu marah dan seisi kelas yang sebelumnya dalam suasana mencekam kini tertawa terbahak-bahak akibat dari ucapannya.     

Tawa dari murid-murid ini membuat guru plontos tersebut menjadi sangat kesal. Ia memandang Daniel dengan mata tajam, lalu suara tegas keluar dari mulutnya.     

"Daniel, bangun! Jelaskan mengapa kamu tertidur dan memanggil saya dengan sebutan seperti itu?"     

Pertanyaan tegas dari guru plontos tersebut membuat seisi kelas kembali sunyi. Sedangkan Daniel, tubuhnya bergerak dengan sangat cepat untuk berdiri. Setelah beberapa detik berdiri diam demi menghilangkan rasa takut, ia akhirnya memberanikan diri untuk menjawab.     

"Saya tadi malam bekerja, jadi karena tubuh saya keleahan, akhirnya saya tertidur di kelas," jawabnya secara perlahan. Menghirup napas beberapa kali, ia melanjutkan, "saya tidak sengaja menyebut pak Barudi dengan panggilan seperti itu karena saya reflek dan mengira bahwa saya masih di dalam mimpi. Saya benar-benar minta maaf, Pak."     

"Ikut saya ke depan kelas dan berdiri di sana!" seru Barudi memerintahkan siswa yang melanggar aturan. Memandangi seluruh isi kelas, ia melanjutkan, "Apa yang kalian lihat? Ingin menjadi sepertinya?"     

Murid-murid lain buru-buru menggelengkan kepala sembari mengalihakan pandangan mereka ke papan tulis di depan kelas. Suasanya kelas menjadi hening dan hanya terdengar suara hentakan dari sepatu Barudi yang sedang berjalan menuju ke depan kelas.     

"Daniel, berdiri di ujung sana! Cukup dengarkan dan jangan menganggu saya dalam mengajar!" kata Barudi mengatakan hukuman yang diterima oleh Daniel. Ia memandangi seluruh murid sekali lagi dan berkata, "Jadikan ini sebuah pelajaran! Jangan sampai ada yang tertidur di jam pelajaran saya ataupun pelajaran guru lainnya di masa depan. Jika masih bersikeras melanggar, hukumannya akan lebih berat dari yang diterima oleh Daniel. Kalian paham?"     

"Paham, Pak!"     

Mengambil napas panjang, Barudi menyesuaikan suasana hatinya kembali. Ia membuka bukunya dan berkata, "Mari kita mulai pelajarannya."     

Suasana mencekam yang dirasakan oleh seisi kelas kembali normal. Mereka semua menghela napas lega dan mulai memfokuskan diri untuk mendengarkan pelajaran yang disampaikan oleh Barudi.     

Daniel juga merasa lega dengan pergantian suasana yang sangat berbeda dari suasana sebelumnya. Rasa lega ini membuat detak jantungnya kembali normal dan otaknya bisa berpikir kembali dengan keadaan yang tenang.     

"Bagaimana dengan kejutanku? Apakah kamu menyukainya?"     

Suara robot yang terdengar sepeti bocah tengil menggema dalam pikiran Daniel. Suara ini, ia benar-benar merasa sangat akrab karena dirinya ingat bahwa ia tertidur karena mendengarkan pertanyaan dari 'orang' ini. Mengingat kejutan yang dikatakan oleh pemilik suara ini, ia merasa marah dan akhirnya ekspresi wajahnya berakhir dengan sangat muram.     

Kebetulan, Barudi melihat bagaimana perilaku Daniel ketika di hukum berdiri di depan kelas. Ketika tahu ekspresi yang ditampilkan Daniel layaknya orang kesar, ia berkata denga marah, "Apakah kamu tidak menyukai hukuman ini?"     

"Tidak, Pak. Saya hanya kesal dengan diri saya sendiri karena melakukan kesalahan seperti ini." Daniel menjawab dengan suara yang sangat sopan serta ekspresi penyesalan di wajahnya.     

Barudi puas dengan sikap yang ditunjukan oleh Daniel. Ia berkata, "Baguslah kamu sadar akan kesalahanmu. Ini adalah konsekuensi dari perilakumu sebelumnya dan lakukan saja hukumannya tanpa sebuah keluhan."     

"Baik, Pak." Daniel mengangguk tanpa menunjukan ekspresi tidak puas sedikitpun. Barudi mengangguk puas dan melanjutkan penjelasannya mengenai pelajaran.     

"Bagaimana kejutan kecil dariku? Menyenangkan dan membantu, bukan?" kata Sky sekaligus menertawakan Daniel.     

Tawa cemoohan Sky menggema dalam pikirannya dan membuatnya semakin kesal. Daniel bergumam, "Kau mengerjaiku! Sialan kau, Sky!"     

"Daniel, apakah kamu mengatakan sesuatu?" Barudi mendengar sesuatu sehingga ia pun bertanya kepada Daniel.     

"Tidak ada, Pak," jawab Daniel dengan senyum yang sangat sopan.     

Sky tertawa terbahak-bahak di dalam pikiran Daniel mengetahui hal ini. Sembari melakukan gerakan menghapus air mata imajinatif di wajahnya, ia berkata, "Aku tak tahan lagi untuk tertawa melihat kelakuanmu, Host! Aku tak akan berlama-lama lagi berbicara denganmu dan sistem memberitahuku bahwa misi percobaan akan dirilis sebentar lagi. Sampai jumpa, Hostku tercinta!"     

Daniel merasa kesal ditertawakan oleh Sky, tetapi mengetahui Sky telah pergi, dia merasa sedikit lebih tenang dari sebelumnya. Perasaan kesal ia kesampingkan, ia merasa penasaran dengan misi percobaan yang dikatakan oleh Sky. Setelah menunggu beberapa saat, suara notifikasi elektronik terdengar dalam pikirannya.     

Dring!     

"Misi percobaan telah diterima!"     

Layar transparan berwana biru futuristik muncul di hadapannya. Tiba-tiba ia merasa khawatir ada orang lain yang melihatnya, tetapi ia kemudian sadar bahwa tak ada yang memperhatikan layar tersebut. Ia merasa lega dan kemudian mengetuk misi percobaan tersebut untuk mengetahui detailnya.     

[Menyatakan cinta kepada siswi baru dengan suara lantang.]     

[Keterangan misi : Jatuh cinta pandangan pertama adalah hal yang paling sering dirasakan oleh manusia. Begitu juga dengan host yang menerima sistem ini. Sebagai pria yang sangat berani dan berkarisma, host harus menyatakan perasaannya dengan suara yang lantang sambil disaksikan oleh banyak orang di sini. Pernyataan cinta di depan banyak orang merupakan ungkapan seberapa besar cintamu kepada siswi baru tersebut. Apakah diterima ataupun ditolak, itu merupakan urusan belakangan, tetapi yang utama adalah keberanianmu!     

Durasi : Sebelum pelajaran Barudi selesai.     

Hadiah : Paket Hadiah Pemula x1.     

Hukuman : Salah satu tangan lumpuh sementara hingga bel pulang berbunyi.]     

Rasa kesal yang semula berkurang dan ia kesampingkan demi melihat misi ini kini telah kembali lagi. Ia merasa sangat kesal sampai-sampai urat di dahinya muncul dan merasa ingin memukul Sky sekarang juga.     

Gerakan dan ekspresi tak biasa dari Daniel terlhat oleh Barudi lagi. Ia merasa heran lalu bertanya, "Daniel, apakah ada yang ingin kamu sampaikan?"     

Urat yang muncul di dahinya semakin banyak. Ia tak melakukan hal yang menggangu dan hanya diam saja dengan ekspresi tersenyum dibarengi dengan urat-urat di dahinya, tetapi kali ini dia dipanggil lagi oleh gurunya.     

"Tidak ada, Pak. Saya tidak melakukan apa-apa dan tidak ingin menyampaikan apa-apa. Saya akan diam dan memperhatikan apa yang bapak sampaikan," jawabnya masih dengan senyum tetapi dibarengi dengan ekspresi kesal.     

Barudi tak memperhatikan ekspresi Daniel karena merasa senang siswa ini cepat menyesali perbuatan buruknya. Ia mengangguk dan tersenyum lalu berkata, "Kalau begitu, dengarkanlah dengan baik."     

Daniel menghembuskan napas untuk kesekian kalinya. Ia memilih untuk bersikap tenang karena ia berpikir tak ada yang bisa ia lakukan meskipun ingin memukul Sky saat ini juga.     

Ia memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk misi ini, dan setelah berpikir secara matang dalam beberapa menit, ia telah menetapkan pilihannya dalam merespon misi percobaan yang ia terima.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.