Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

5. Keputusan



5. Keputusan

0Daniel memilih untuk menolak misi ini. Selain menolak karena masih belum mempercayai sistemnya, ia juga melihat situasinya saat ini yang tidak memungkinkan untuk mengerjakan misi tersebut. Hal ini dikarenakan dia sedang dalam masa hukuman berdiri di depan kelas dan Barudi masih mengajar juga. Namun, bukan berarti ia akan menerima misi ini pada kelas guru lainnya.     

Lagipula, menyatakan perasaan secara acak kepada gadis yang baru ia temui ia anggap sebagai tindakan yang memalukan dan tak tau diri. Walaupun terbiasa dengan tatapan tak bersahabat dari orang-orang, ia tak ingin menambah itu karena dirinya bukanlah seorang masokis.     

Pelajaran Barudi terus berjalan hingga akhirnya bel pergantian jam berbunyi. Ia menghentikan penjelasannya mengenai Sistem Operasi, pelajaran yang ia bawakan hari ini.     

"Kita berhenti sampai di sini saja dulu," katanya sembari menutup buku yang ia pegang. Ia meneruskan, "Kalian harus membaca dan mempelajari lagi apa yang saya sampaikan ini. Kita akan menyambungnya di pertemuan selanjutnya. Terima kasih."     

"Terima kasih, Pak!" Semua murid termasuk Daniel mengatakannya dengan serempak.     

Barudi beralih kepada Daniel, ia berkata, "Daniel, kamu menunjukkn perilaku yang sudah membaik. Saya menghargai itu dan memutuskan untuk tidak memberikanmu hukuman tambahan. Sekarang kamu sudah bisa kembali ke mejamu."     

"Baik, Pak. Terima kasih," ucap Daniel lalu menundukkan kepalanya.     

Barudi pergi usai mengucapkan itu, sementara Daniel kembali ke tempat duduknya. Ketika telah duduk, ia baru menyadari bahwa kakinya telah sembuh dan mengingatkan dirinya tentang sistem. Namun, setelah dirinya mengingat keberadaan sistem, salah satu tangannya terasa lumpuh dan tak bisa digerakannya.     

Meski merasa lumpuh, tetapi ekspresinya mengatakan hal sebaliknya. Ia merasa sedikit bersemangat setelah tahu bahwa sistem yang didapatnya benar-benar nyata. Namun, di sisi lain ia merasa waspada terhadap sistem yang didapatkannya.     

"Aku harus waspada terhadap sistem ini. Aku juga tak ingin terlalu bergantung pada sistem ini karena bagiku, untuk mengubah diriku menjadi lebih baik di masa depan haruslah dari usahaku sendiri untuk menggapainya."     

Ia terus memikirkan sistem untuk menimbang keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan. Walaupun hari ini terlihat seperti orang konyol, ia sebenarnya bukanlah orang yang seperti itu. Hanya karena dirinya hari ini merasa sial dan kesal dengan sikap yang Sky tunjukan, ia telihat layaknya remaja nakal yang melakukan kesalahan dengan kekonyolannya. Dirinya yang sebenarnya adalah remaja laki-laki yang bersikap dewasa karena pengalamannya sejak masih kecil hingga saat ini. Ia orang yang berhati-hati sehingga ia harus berpikir matang untuk memustuskan suatu hal.     

"Bahkan jika aku mendapatkan teknologi, pengetahuan hingga kekuatan super dari misi-misi yang kukerjakan, aku masih harus berusaha sangat keras untuk mencapai kesuksesan. Aku harus bekerja ekstra untuk bisa membahagiakan adik-adikku dan menepati janjiku kepada kakek."     

"Dan untuk bisa menggapai cita-citaku!," ucapnya dengan tekad membara yang bisa terlohat di matanya.     

Setelah mempertimbangkan dan memikirkannya dengan matang, ia mengambil keputusan untuk menerima sistem. Walaupun akan merasa terbatasi dan ada kemungkinan untuk memiliki perasaan bergantung, ia memilih bertaruh untuk perubahanannya sendiri dan kebahagiaan adik-adiknya.     

Di saat ia memutuskan hal tersebut, guru pelajaran lain telah memasuki kelas. Guru tersebut mulai menjelaskan pelajaran yang dibawakan olehnya. Ia dan murid lainnya mendengarkan dengan seksama.     

....     

Waktu berlalu dengan cepat, pelajaran terakhir di kelas Daniel pun telah berakhir. Tidak lama setelah guru mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkan kelas, bel pulang berbunyi nyaring yang disambut bahagia oleh seisi kelas.     

Mengemasi bukunya ke dalam tas bersiap untuk pulang, panggilan dari seorang gadis menghentikan gerakannya sebentar. Ia menoleh ke samping dan menemukan Bella sedang memanggilnya.     

"Ada apa, Bella?" tanya Daniel.     

Bella memikirkan ulang tindakannya. Walaupun pada awalnya dia merasa tertarik kepada orang yang melarikan diri setelah ditabrak mobil, tetapi mengetahui perilakunya membuat dirinya tak ingin untuk lebih dekat lagi dengan Daniel.     

Pada akhirnya dia tetap memutuskan untuk meminta maaf kepadanya dan berharap Daniel tidak memikirkan macam-macam.     

"Bisakah kita berbicara sebentar?"     

Bersamaan dengan Bella mengatakan itu, Max memanggil Daniel dari jauh. Ia berkata, "Daniel, kamu dipanggil sama ibu Nia ke ruangan guru sekarang juga!"     

"Maaf, Bella. Kita berbicara lain kali saja. Aku sedang buru-buru." Buru-buru mengemas buku dan pulpennya, ia segera bangkit dari kursinya tanpa menunggu jawaban dari Bella.     

Menghampiri Max yang sedang bersama Regi, ia berkata, "Omong-omong, siapakah ibu Nia yang kalian sebutkan tadi dan mengapa kalian tidak membangunkanku?"     

"Daniel, ibu Nia itu guru cantik yang mengajar bahasa Indonesia pada jam pelajaran pertama pagi tadi dan dia juga wali kelas kita untuk sementara," jawab Regi. Ia memandang Daniel dengan ekspresi tak berdaya lalu berkata, "bukannya kami tidak berusaha membangunkanmu, tetapi kamu tertidur sangat lelap sampai tak bisa dibangunkan."     

"Apa yang dikatakan oleh Regi benar. Kamu tidur selayaknya orang mati. Walaupun aku berteriak dan menggerakkan tubuhmu dengan keras, aku tetap tidak bisa membangunkanmu!" sahut Max menjelaskan.     

"Bagaimana bisa orang mati bisa dibangunkan? Kalian mengacau," ucap Daniel memutar matanya.     

Max dan Regi terkejut, keduanya saling memandang dengan wajah heran. Mereka lalu menatap Daniel dan masing-masing dari mereka menggoyang bahu Daniel.     

"Daniel, ini masih kamu, 'kan? Sejak kapan kamu bisa bercanda seperti ini!" kata Max ragu karena ia merasa ini pertama kalinya Daniel melawak bersama mereka.     

"Aku juga bisa bercanda!" katanya menyingkirkan tangan dari dua temannya dari pundaknya. Setelah selesai, mereka saling memandang dan tertawa.     

"Omong-omong, apa yang Bella katakan kepadamu tadi? Apakah ada sesuatu diantara kalian?" tanya Max dengan senyum layaknya penggosip ulung ketika melihat bahan yang bisa digosipkan.     

Daniel mengangkat bahunya dan berkata dengan santai, "Tidak ada. Aku tidak mengerti apa yang ingin dia katakan, tetapi aku tidak menyukai tatapannya kepadaku. Tatapannya itu seolah mengatakan aku seorang yang akan mengganggunya, persis sama seperti yang mereka lontarkan kepadaku."     

"Kami tidak menyangka dia akan seperti itu," ucap Regi turut bersedih dengan apa yang didapatkan oleh Daniel. Ia melanjutkan, "Segeralah datangi ibu Nia."     

"Baiklah. Sampai jumpa besok," ucapnya melambaikan tangan seraya melangkahkan kaki meninggalkan kelas.     

"Sampai jumpa," balas Max dan Regi bersamaan. Keduanya memandang Bella, kemudian mereka saling mengangguk dan meninggalkan kelas.     

....     

"Bella, apa yang kamu bicarakan dengan Daniel?"     

Suara dari Yudhistira membangunkan Bella dari pikirannya. Dirinya tidak menyangka mendapatkan penolakan seperti ini. Awalnya dia mengira Daniel akan langsung mendengarkannya berbicara, seperti yang dikatakan oleh teman-temannya mengenai sikap buruk Daniel terhadap gadis-gadis cantik. Namun, kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang terjadi.     

"Ah, tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin meminta maaf kepadanya karena telah menabraknya tadi pagi," jawab Bella tersenyum.     

"Sebaiknya kamu berhati-hati, Bella. Aku pernah mendengar kabar bahwa ia akan memerasmu karena telah melukainya," jawab murid lain ketika mendengar apa yang Bella katakan.     

Nurul datang dan segera ikut dalam pembahasan mereka. Ia berpendapat, "Bella, aku sudah mengatakan kepadamu sebelumnya. Daniel itu murid miskin, sudah pasti ia akan menggunakan kesempatan ini untuk memerasmu dengan meminta bayaran yang sangat tinggi untuk menutupi biaya hidupnya. Jangan dekat-dekat dengannya lagi dan tak perlu bagimu untuk meminta maaf kepadanya."     

Diam-diam Yudhistira tersenyum, tetapi tiba-tiba ekspresinya berubah. Berjalan menengahi mereka, dengan wajah sedih ia berkata, "Sudahlah, jangan mengatakan hal yang tidak-tidak. Bella hanya ingin meminta maaf kepadanya, dan jika Daniel macam-macam kepada Bella, kita akan membantunya segera."     

"Terima kasih, Yudhistira." Bella menunjukkan senyum dan ucapan yang tulus atas bantuan dari Yudhistira.     

Nurul dan murid lainnya diam dan mengikuti apa yang Yudhistira katakan, tetapi mereka diam-diam masih menggumamkan keburukan yang Daniel lakukan.     

....     

Di ruang guru, Daniel dan Nia duduk berhadapan, tetapi ekspresi Daniel menunjukkan kemarahan. Sampai pada ia tak bisa menahan kemarahannya, dia menggebrak meja dan menyebebakan Nia dan guru-guru lainnya kaget.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.