Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

15. Melawan



15. Melawan

0"Ikuti kami!"     

Saat berjalan di lingkungan sekolah, Daniel dihentikan oleh dua orang siswa yang berlagak layaknya preman. Dua orang di depannya ini memiliki tinggi badan yang tak berbeda jauh dengannya, tapi mereka memiliki ciri khas, yaitu memiliki tindik di telinga dan gaya berpakaian mereka ala berandalan sekolah.     

Dicegat seperti ini, ia tak lagi merasa heran. Ia juga segera mengerti ada seseorang yang tak menyukainya sehingga ia pun dicegat oleh dua orang ini. Memikirkan hal ini dalam waktu singkat, ia pun akhirnya memutuskna untuk mengikuti mereka karena ingin memastikan satu hal.     

"Baiklah," jawab Daniel. Ia mengikuti dua siswa tersebut dengan kepala menunduk.     

"Bagus! Jangan berani-beraninya kau mencoba untuk kabur. Jika kau tidak menurut, akan kupastikan kau pulang dengan kaki patah!" Salah satu dari siswa tersebut memberikan ancaman kepada Daniel.     

Mendengar ancaman semacam itu, Daniel tak bisa menahan senyum. Ia mengangguk di depan mereka lalu berkata, "Iya, aku tak akan berusaha kabur dari kalian."     

"Pintar!" kata siswa lainnya dengan bangga. Mereka merasakan kepuasan tersendiri ketika melihat orang yang mereka bawa ini menuruti mereka dan takut dengan ancaman yang mereka katakan.     

Mereka pun membawa Daniel ke sebuah tempat yang telah ditentukan, yaitu di belakang gudang sekolah. Tempat itu merupakan termpat paling sepi di sekolah ini, yang mana sangat jarang dikunjungi, baik itu oleh murid, guru, maupun staf lainnya.     

Sesampainya mereka di sana, terlihat seseorang telah menunggu kedatangan mereka di tengah halaman kosong di belakang gudang. Seseorang itu memiliki badan besar dan tinggi, ia menunjukkan senyuman bangga pada kedatangan mereka.     

Daniel mengangkat kepalanya saat tahu telah sampai di gudang sekolah. Saat menatap lurus ke halaman luas di belakang gudang, ia melihat seseorang yang tak asing baginya. Melalui senyum dan tubuh besar tinggi dari orang tersebut, ia segera mengenalinya. Hal ini memberitahunya bahwa masalah yang ditimpanya terjadi karena masalah ketika makan bersama Kinar sebelumnya. Ia hanya tersenyum diam-diam dan tak menunjukkan banyak reaksi lain saat melihat orang tersebut.     

Ia bersama dengan dua siswa yang membawanya tersebut telah sampai di hadapan orang yang telah menunggunya. Salah satu dari siswa tersebut memegang lengannya dengan keras lalu berkata, "Bos, kami telah membawanya!"     

Daniel langsung ditarik ke hadapan orang itu dengan keras hingga ia hampir terjatuh. Untungnya, ia bisa menyeimbangkan tubuhnya dan berdiri kembali di depan orang yang dikenalinya, yaitu Ardi, orang yang berkonflik dengannya di Kantin beberapa hari lalu.     

"Kerja bagus!" kata Ardi memuji dua anak buahnya. Ia mengalihkan perhatian kepada sosok adik kelas yang ada di hadapannya ini. Memandangi sosok adik kelasnya dengan sombong, ia berkata, "Aku kira kau akan kabur setelah melihatku, tapi ternyata kau sangat penurut juga. Apakah sekarang kau sudah takut denganku setelah mengetahui reputasiku di sekolah ini?"     

Hari itu, adik kelas di depannya ini mempermalukannya di depan banyak orang dan bersikap seolah dirinya sama sekali bukanlah masalah. Hal ini membuatnya sangat marah dan perasaan superiornya terluka karena sikap itu. Amarah ini membuatnya benci kepada Daniel dan kebencian itu menciptkan keinginan kuat untuk membalas dendam.     

Kesempatan balas dendamnnya hadir di hari ini dan ketika melihat tingkah adik kelas ini, ia merasa telah menang dan sombong karena Daniel bertindak seolah ketakutan hingga harus menunduk di hadapannya dan menuruti tindakan anak buahnya dengan baik untuk datang di hadapannya di tempat sepi seperti ini.     

Perasaan sombongnya tersebut melahirkan kembali perasaan superior yang telah dicederai oleh Daniel sebelumnya. Hal ini membuatnya memandang rendah Daniel. Ia pun berkata, "Sikapmu hari ini sangat baik, aku menyukainya. Sebagai hadiah, aku akan memberikanmu kesempatan untuk meminta maaf kepadaku dengan cara mencium kakiku dengan tulus. Aku juga akan merekamnya sebagai momen berharga dirimu."     

"Ah, satu hal lagi. Aku juga menyarankanmu untuk tidak mendekati Kinar lagi. Jika kau setuju, hadiah tambahannya adalah kau boleh berdiri tanpa busana di sana dan aku akan menyebarkan fotomu sehingga kau menjadi terkenal. Bagaiamana penawaranku, kau tertarik bukan?" tambahnya.     

"Lihat, bos kami telah berbaik hati kepadamu dan bahkan memberimu hadiah! Tunggu apa lagi, cepat terima saja apa kata bos kami!" Siswa lainnya menimpali perkataan dari bosnya. Mendengar ini, Ardi tersenyum bangga.     

Menghadapi sikap merendahakan dan mengancam diriny, Daniel sama sekali tidak takut. Ia tak menunjukkan kelemahannya. Ia menengadahkan kepalanya, menatap lurus pada mata Ardi dengan tajam. Menunjukkan senyum percaya dirinya, ia berkata, "Hanya ini yang ingin kau katakan kepadaku? Membosankan. Benar-benar membosankan. Kau membuang banyak waktuku hanya untuk mendengarkan omong kosongmu!"     

"Aku orang yang sibuk. Ada banyak hal yang harus kukerjakan, jadi aku akan pergi! Terima kasih atas omonganmu yang sama bobotnya dengan otakmu itu," lanjutnya mengatakan hal tersebut lalu berbalik bersiap untuk pergi.     

Dihina di depan muka sendiri. Itu adalah defenisi yang saat ini Ardi rasakan. Hal ini membuatnya sangat murka dengan sikap yang ditunjukkan oleh Daniel. Ia pun meraung menunjukkan amarahnya.     

"Bajingan!"     

Niat baiknya telah disia-siakan, ia langsung merasa kebaikannya telah dicederai oleh sikap adik kelasnya ini. Tanpa mengatakan apapun lagi, sebuah tinjuan keras melayang mengarah kepala Daniel.     

Ia telah membayangkan Daniel tersungkur, tetapi sekali lagi pukulannya ditahan seperti sebelumnya. Kejadian ini membuat ia dan dua anak buahnya kaget. Ia pun tak bisa menahan diri untuk berseru.     

"Apa!?"     

"Tanganmu benar-benar enteng, ya," ucap Daniel menoleh menatap Ardi.     

"Sialan!" gurutu Ardi. Pukulannya sekali lagi ditahan seperti sebelumnya. Ditambah dengan ucapan Daniel, ini membuat amarahnya semakin berkobar. Ia menatap dua anak buahnya lalu berkata, "Apa yang kalian lakukan?! Jangan melihat saja, bantu aku melawannya!"     

"Baik, Bos!" jawab dua anak buahnya serentak. Mereka segera melancarkan serangan menggunakan tinjuan mereka.     

Respon Daniel tidak lambat. Ia segera melepaskan kepalan tangan Ardi dari genggamannya lalu menghindari serangan kedua orang lainnya dengan gesit. Mengatur jarak dengan mereka, ia mundur beberapa langkah jauhnya. Ia mengerti pertarungan tak bisa lagi dihindarkan, jadi ia pun menaruh tasnya di tanah.     

Ia sudah merasa lelah dengan perlakuan semacam ini. Masalah yang tak diinginkannya selalu saja datang kepadanya, bahkan saat ia tak melakukan apapun, masalah ini tetap datang. Saat ini adalah kesempatannya untuk menghentikan permasalahan yang tak diundang ini. Menarik napas dalam-dalam, ia mengatur kuda-kudanya. Ia telah siap untuk melawan para berandalan ini. Ia berkata, "Hanya ini? Lemah!"     

"BAJINGAN!"     

Diremehkan oleh orang yang dianggapnya lemah, Ardi merasa sangat marah. Hal ini langsung membuat dirinya terprovokasi dan langsung melakukan serangan pukulan lurus mengarah dada Daniel. Sementara itu, dua anak buahnya juga menyerang. Masing-masing dari mereka menyerang dari dua sisi Daniel.     

Daniel berdiri dengan tenang. Ia merasakan ketenangan karena hadiah yang didapakatkannya saat pertama kali melakukan undian beberapa waktu lalu. Hadiah tersebut adalah Seni Beladiri Khusus Origin, yang merupakan sebuah seni beladiri dari angkatan militer di sebuah galaksi bernama Origin.     

Walau belum pernah mempraktikkannya secara nyata, memori dan pengetahuan pertarungan telah mengalir di otaknya. Karena hal inilah, ia mengetahui berbagai macam metode untuk menghindari dan menyerang balik serangan Ardi yang diarahkan kepadanya dengan melihat serangan tersebut.     

Salah satu metode itu pun telah dipilihnya. Pukulan lurus yang Ardi lakukan ditangkisnya menggunakan punggung tangannya, mendorong lembut arah pukulan itu ke samping. Bersamaan dengan melakukan gerakan itu, ia menyerang dada Ardi dengan menggunakan telapak tangan.     

Serangan lainnya pun segera datang menghampirinya. Dua anak buah Ardi tersebut melayangkan tendangan yang mengincar kepalanya, tak lama setelah ia berhasil memukul mundur Ardi. Ia ingin menghindari dan menyerang balik secara langsung, tetapi tak bisa karena kecepatan maupun kelincahannya masih belum terbiasa dengan seni beladiri khusus origin ini.     

Ia pun tak punya pilihan lain selain menahan serangan tersebut. Segera ia mengangkat tangannya menahan serangan dari dua arah tersebut. Akibatnya, tangannya bergetar hebat karena kekuatan dari tendangan mereka tak main-main dan ia menerima rasa sakit yang lumayan. Menggunakan kesempatan ini, ia segera mendorong kaki mereka dan mundur dengan cepat.     

Dua anak buah Ardi langsung mundur saat serangan mereka ditahan. Mereka menghampiri bos mereka yang harus mundur beberapa langkah karena dampak dari serangan balik yang dilakukan oleh Daniel.     

Mendapati serangan balik cepat semacam itu, Ardi benar-benar tak pernah memikirkannya. Ini membuatnya semakin marah. Ia berkata, "Ayo, serang lagi!"     

"Ya!" jawab serentak dua anak buahnya tersebut.     

Ardi sekali lagi mengawali serangan dengan melakukan tendangan menyilang, tetapi langsung dihindari dengan sigap oleh Daniel. Namun, serangan mereka tak berhenti di situ saja, anak buahnya melakukan serangan secara bergantian, berbeda dengan pola serangan sebelumnya.     

Daniel hanya bisa menghindar menghadapi pola serangan semacam ini. Dalam pikirannya saat ini, ia hanya bisa menggunakan strategi bertahan dan menunggu celah muncul pada serangan musuh untuk melakukan serangan balik.     

Dengan strategi ini, ia berhasil menghindari banyak serangan dari Ardi dan anak buahnya. Pertarungan seperti ini terus berlanjut selama bermenit-menit. Selama waktu in, ia berhasil memberikan serangan balik saat menemukan celah kecil, tetapi ia juga terkena serangan mereka karena masih tidak terbiasa dengan seni beladiri khusus origin tersebut.     

Kesempatan besar yang dinantikannya pun datang setelah menunggu lama. Tendangan lurus yang Ardi tujukan kepadanya menunjukkan celah yang begitu besar, tak ingin membuang kesempatan, ia pun segera menindaklanjuti kesempatan ini.     

Ia langsung memutar tubuhnya saat mengetahui arah serangan tersebut. Ia menghindar, kemudian langsung menendang kaki Ardi dengan kekuatan maksimalnya. Gerakannya ini dilakukan dengan sangat cepat dan efesien, ia berhasil mengikuti gerakan beladiri yang ada dalam pikirannya. Ini membuat Ardi tak bisa merespon tepat waktu dan akhirnya menyebabkan Ardi kehilangan pijakannya dan harus jatuh dengan keras ke tanah.     

"Argh!"     

Awal dari serangan kombinasi mereka langsung hancur. Ini mengakibatkan rencana serangan dari dua anak buah Ardi pun berantakan. Serangan yang mereka luncurkan secara bergantian tak bisa dimaksimalkan dan ini menyebabkan munculnya celah serangan mereka.     

Daniel segera menggunakan kesempatan ini untuk melakukan serangan balasan. Pukulan beruntun, serangan siku, hingga menendang, semua ia lakukan untuk menyerang balik mereka. Hasilnya, Ardi dan dua anak buahnya terbaring di tanah dan merangan kesakitan.     

"Hanya ini?" katanya kepada tiga orang tersebut dengan napas yang terengah-engah karena pertarungan ini. Untuk mengatasi terengah-engah akibat pertarungan, ia segera mengambil napas beberapa kali hingga akhirnya pernapasannya menjadi lebih tenang dari sebelumnya.     

Dengan aliran pernapasan yang telah tenang, ia menatap ketiga orang tersebut dengan tajam. Ia kemudian mengusap darah yang mengalir dari bibirnya lalu berkata, "Jangan pernah mengangguku lagi. Ini adalah peringatan terakhir."     

Usai mengatakan itu, ia pergi meninggalkan mereka lalu mengambil tas yang ia taruh sebelumnya dan merapikan kembali pakaiannya. Ia pun berjalan menjauh, meninggalkan halaman belakang gudang yang jadi tempat pertarungannya.     

Selama berjalan, ia memikirkan mengenai pertarungan. Melalui pertarungan ini, ia menyadari kekurangan. Ia pun bergumam, "Karena ketidakmampuan tubuhku ini, beberapa gerakan seni beladiri tak bisa kugunakan secara maksimal. Ini menyebabkanku banyak terkena pukulan yang tak diperlukan. Aku harus segera menutupi kelamahan ini."     

"Aku harus memulai latihanku agar bisa meningkatkan kekuatanku. Jika mereka membuat masalah lagi di masa depan, aku bisa melindungi diriku sendiri dan jug bisa melindungi keluargaku juga," lanjutnya menetapkan hal yang harus dilakukannya setelah kejadian ini.     

Larut dalam pemikiran itu, ia terus melangkahkan kakinya meninggalkan lingkungan sekolah. Namun, langkah kakinya harus berhenti karena mendengar suara dering yang akrab baginya.     

Ding!     

"Misi baru telah didapatkan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.