Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

16. Misi [Pengalaman Bekerja]



16. Misi [Pengalaman Bekerja]

0Ding!     

"Misi baru telah didapatkan!"     

[Pengalaman Bekerja]     

[Keterangan Misi : Pengalaman adalah salah satu hal penting dalam dunia kerja. Sebagai pendatang baru di industri reparasi komputer, host perlu memiliki segudang pengalaman. Tunjukkan kemampuan host kepada pelanggan dan pemilik toko dalam bidang pekerjaan ini dengan memperbaiki gawai yang memiliki masalah.     

Kondisi Penyelesaian : Menyelesaikan minimal 1 perangkat yang memiliki masalah selama 7 hari.     

Kemajuan : (0/7)     

Durasi : 7 hari.     

Hadiah : Smartgadget.     

Hukuman : Menghapus keterampilan dan pengetahuan teknologi komputer.]     

Sepanjang perjalanan menuju toko, Daniel merasa senang dengan misi ini. Selain misi awal, misi sebelumnya dan misi baru ini terlampau bagus untuknya. Jika dalam misi sebelumnya membuat dirinya mendapat beberapa hal yang bagus untuk pribadinya, maka dalam misi ini ia berpikir mendapatkan hal baik untuk pribadinya meski tidak tahu hal tersebut secara khusus. Satu hal yang lebih penting lagi, hal ini tidak bertentangan dengan pekerjaannya. Ini membuatnya merasa sangat nyaman.     

Selain alasan sebelumnya, ia juga sedikit tertarik dengan hadiah dari misi ini walau hukumannya pun tidak main-main. Hanya melihat dari namanya saja, itu sudah membuat dirinya bersemangat dan memiliki ekspetasi tinggi mengenai hal tersebut. Ketika ia sibuk memikirkan misi dan hadiahnya, ia telah sampai di depan toko.     

"Kak Iksan, permisi!" panggilnya kepada pemilik toko setelah mengetuk etalase toko.     

Iksan yang sedang memperbaiki komputer mendengar suara seseorang dari luar. Ia menjulurkan kepalanya dari dalam toko untuk melihat siapa yang datang. Saat melihat orang yang datang adalah Daniel, senyum muncul di wajahnya. Ia berkata, "Oh, kamu, Daniel. Langsung masuk aja."     

Mendapatkan persetujuan dari Iksan, Daniel langsung melepas sepatunya yang sudah tua dan telihat usang. Ia segera masuk ke dalam toko, tetapi ia disambut dengan ekspresi heran dari sang pemilik toko. Ia tak mengerti mengapa Iksan melihatnya dengan ekspresi tersebut, ia pun langsung bertanya, "Kak Iksan, apa ada sesuatu di wajahku?"     

Iksan menggelengkan kepalanya. Ia segera berkata, "Apa yang terjadi padamu? Wajahmu terluka dan pakaianmu kusut. Tolong ceritakan apa yang baru saja terjadi padamu."     

Daniel pun terdiam sejenak setelah mendengarkan pertanyaan tersebut. Ia menghela napas lalu berpikir bahwa tak ada salahnya menceritakan hal ini. Ia pun menjelaskan, "Ketika pulang, aku dicegat oleh beberapa kakak kelas. Mereka mengancam dan merendahkanku, aku juga sudah muak dengan perlakuan semacam itu dari mereka. Jadi, aku berkelahi dengan mereka dan akhirnya menjadi seperti ini."     

"Kamu dibully?" tanya Iksan. Kali ini, suara dan tatapannya lebih serius dibandingkan sebelumnya.     

Daniel menganggukkan kepalanya. Matanya menunjukkan ketidakberdayaan dan ia menghela napas lagi. Menunjukkan senyum pasrahnya, ia berkata, "Sudah terjadi sejak setengah tahun lalu karena alasan yang cukup konyol jika aku mengingatnya lagi."     

"Ada-ada saja kelakuan para siswa zaman sekarang," kata Iksan menggeleng tak berdaya.     

Dirinya tak habis pikir murid seperti Daniel mendapatkan perlakuan semacam ini. Pola pikir para siswa sekarang membuatnya tak berdaya. Sosok murid yang merupakan seorang remaja yang sangat sopan, memiliki kecerdasan serta kemampuan yang baik dalam bidangnya, mendapat pembullyan dari teman sekolahnya sendiri. Dan jika itu benar-benar pembullyan hanya disebabkan oleh kecemburuan, ia menyerah untuk memikirkan budi pekerti dari siswa zaman sekarang.     

"Segeralah berganti pakaian dan cuci mukamu. Sebentar lagi pekerjaan pertamamu akan dimulai," lanjutnya berkat. Ia segera mengalihak pembicataan ke pekerjaan karena tak ingin satu-satunya karyawannya merasa terganggu. Ia juga tak lupa menunjukkan arah kamar mandi.     

"Baik, kak Iksan!" balas Daniel. Ia segera berjalan menuju kamar mandi.     

Melihat punggung lebar dari remaja laki-laki ini, Iksan tak bisa menghitung seberapa banyak beban yang dipikul oleh Daniel. Ia diam-diam bergumam, "Sungguh anak yang kuat. Beban menjadi tulang punggung keluarga sudah sangatlah berat, ditambah dengan beban mengalami hal semacam itu. Namun...."     

"Growl!"     

Gumamannya harus dihentikan karena tiba-tiba saja perutnya berbunyi, menyuarakan protes kepadanya. Ia pun bangkit dari lantai lalu berkata, "Aku lupa kalau belum makan. Daniel juga pasti belum makan. Sambil menunggunya selesai berganti pakaian, alangkah baiknya aku masak sekalian makan bersama dengannya nanti."     

"Mari tunjukkan bahwa aku bos yang baik," lanjutnya sembari menunjukkan senyum.     

....     

Mengganti pakaian dan mencuci muka, perasaan nyaman dan segar dirasakan olehnya. Iksan kemudian mengajaknya makan bersama, tapi ia sempat menolaknya karena merasa tak enak kepada bosnya tersebut. Namun, setelah dipaksa beberapa kali, ia akhirnya setuju untuk makan bersama. Usai selesai, ia bersama dengan bosnya langsung menuju ruang kerja.     

"Daniel, ini adalah laptop yang memiliki masalah. Permasalahan masing-masing laptop telah kutulis dalam catatan di sana," kata Iksan saat menyerahkan dua laptop kepada Daniel. "Jika kamu memiliki hal yang ingin ditanyakan, jangan sungkan untuk bertanya kepadaku."     

"Baik, Kak!" balas Daniel mengangguk paham. Ia menaruh satu per satu laptop yang diterimanya di depannya.     

Memilih salah satu laptop, ia segera memeriksa catatan yang telah diberikan oleh Iksan. Dalam catatan singkat tersebut, laptop yang diperiksanya ini memiliki masalah di mana setiap membuka program membutuhkan waktu yang lama dan sering muncul pemberitahuan di mana progam yang dibuka oleh laptop menunjukkan kalimat 'not responding'.     

Ia mengerti masalah apa yang terjadi pada laptop ini dan langsung mendapat solusi dari permasalahannya. Ia pun mulai memperbaikinya.     

....     

Matahari telah terbenam, malam pun datang. Kesibukan membuat waktu terasa berlalu dengan singkat. Iksan telah menyelesaikan pekerjaannya memperbaiki komputer-komputer yang memiliki kerusakan pada perangkat kerasnya. Mengingat bahwa ada seorang remaja yang bekerja dengannya saat ini, ia penasaran dengan hasil pekerjaan remaja tersebut. Ia menoleh melihatnya lalu berkata, "Apakah pekerjaanmu sudah diselesaikan?"     

"Semuanya sudah selesai, Kak," kata Daniel menjawab. Ia pun menyerahkan laptop-laptop yang sudah selesai ia kerjakan kepada Iksan lalu bertanya, "Apakah ada pekerjaan lainnya yang harus kuselesaikan, Kak?"     

Iksan tersenyum sembari menggelengkan kepalanya. Ia mengambil alih laptop-laptop tersebut dan menjawab, "Tak ada yang perlu kamu kerjakan lagi. Beristirahatlah sebentar. Aku akan memeriksa hasil pekerjaanmu ini."     

Daniel pun mengangguk dan berkata, "Iya."     

Iksan mulai memeriksa hasil pekerjaan Daniel. Sepanjang ia memeriksanya, Ia tak menemukan kejanggalan-kejanggalan pada laptop-laptop tersebut. Masalah-masalah yang dimiliki laptop pelanggan pun telah berhasil diatasi dengan ssangat baik. Namun, ketika memeriksa laptop terakhir, ia melihat ada sesuatu yang sedikit berbeda dengan laptop lainnya. Memeriksanya lagi dengan teliti, senyum di bibirnya pun segera terbentuk.     

'Yah, bagaimanapun ia masihlah remaja. Aku ingin ia belajar dari ini besok,' ucapnya dalam benaknya.     

Semua pekerjaan Daniel telah selesai diperiksanya dengan cepat. Ia tak kecewa dengan hasil ini, tapi malah merasa sedikit pensaran. Sebagai penilaiannya, ia pun berkata, "Semua pekerjaanmu telah selesai dengan baik."     

Walaupun percaya dengan kemampuan dan pengetahuannya, Daniel merasa lega mendengarkan penilaian awal Iksan. Iksan pun melanjutkan penilaiannya, "Terkait dengan perbaikan ini, ada beberapa hal yang masih perlu kamu pelajari. Kali ini aku akan mengajarimu mengenai hal tersebut."     

"Benarkah?" Daniel cukup terkejut mendengarnya. Ia berpikir bahwa pekerjaannya cukup sempurna, tetapi ternyata ia masih memiliki beberap kekurangan. Ia merasa kecewa dengan ini, tetapi merasa antusian juga ketika Iksan akan mengajarinya mengenai kekurangannya tersebut. Lantas, Ia pun menjawab, "Aku akan belajar darimu, Kak. Terima kasih!"     

"Aku belum mengajarkanmu, terlalu cepat untuk berterima kasih," kata Iksan dengan senyum di wajahnya. Ia cukup senang dengan antusian belajar dari remaja laki-laki didepannya tersebut. "Kalau begitu, mari kita mulai," lanjutnya.     

Ia pun mulai mengajari Daniel beberapa hal mengenai dasar-dasar dari industri reparasi. Mulai dari apa yang harus dilakukan saat akan memperbaiki laptop atau komputer yang memiliki masalah hingga bagaimana cara melayani pelanggan. Ia memilih untuk mengajarkan hal ini karena ini adalah dasar-dasar dari semua pekerjaan di tokonya.     

Pengetahuan yang diberikan oleh Iksan diterima dengan baik oleh Daniel. Melalui pengetahuan ini, ia menyadari kurangnya kemampuan dirinya pada bidang ini walau memiliki keterampilan dan pengetahuan teknologi komputer yang sangat terdepan. Hal-hal seperti yang dijelaskan oleh Iksan lah yang sangat perlu dipelajari olehnya.     

Penjelasan dan pengajaran yang dilakukan oleh Iksan berlalu dengan cepat. Tak terasa, Satu jam telah berlalu dan Iksan pun mengkahiri penjelasannya. Ia meregengkan otot kedua lengannya lalu bertanya, "Ada penjelasan yang tak kamu pahami?"     

"Tidak ada. Penjelasanmu sangat mudah dipahami, Kak," ucap Daniel dengan perasaan senang.     

"Maka kita akan akhiri pekerjaan hari ini," kata Iksan. Ia berdiri lalu bertanya lagi, "Sudah waktunya untukmu pulang. Kamu mau makan dulu sebelum pulang?"     

"Tidak, terima kasih. Aku akan makan di rumah saja," jawab Daniel yang juga ikut berdiri setelah lama duduk di lantai. Ia menolak ajakan Iksan karena masih merasa tak enak hati pada bosnya. Namun, ia merasa puas dengan pekerjaan hari ini ditambah dengan pengetahuan yang didapatkannya. Ia pun mengambil tasnya dan siap untuk pulang.     

"Terima kasih untuk pekerjaanmu yang luar biasa hari ini," kata Iksan menatap remaja laki-laki di depannya tersebut.     

Daniel menganggukkan kepalanya. Ia berkata, "Terima kasih juga atas ilmu yang kak Iksan berikan. Itu sangat membantuku."     

"Kalau begitu, aku akan pergi dulu, Kak," lanjutnya.     

Iksan juga menganggukkan kepalanya sebagai persetujuan. Ia tak lupa untuk berkata, "Oke. Berhati-hatilah!"     

Daniel menganggukkan kepalanya lalu berjalan pergi meninggalkan toko.     

"Aku cukup penasaran ekspresi apa yang akan ditunjukkannya besok," katanya sembari melihat kepergian Daniel. Setelah Daniel tak bisa terlihat lagi dari tokonya, ia mengalihkan tatapannya pada seisi tokonya lalu tersenyum senang. Ia meregangkan pinggangnya lalu berkata, "Pekerjaan hari ini terasa lebih ringan dengan adanya karyawan baru. Saatnya beristirahat dan bermain game."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.