Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

7. Permintaan Maaf



7. Permintaan Maaf

0Ketika sang fajar menampakkan dirinya, hari baru telah dimulai lagi. Daniel telah terbangun sejak matahari terbit dan saat ini, ia sedang menyantap sarapan bersama kedua adiknya.     

"Rika, Raka, bagaimana dengan sekolah kalian? Apakah kalian beda kelas?" tanya Daniel.     

"Kami masih sekelas, Kak. Aku dan Raka baik-baik saja di sekolah dan kami memiliki teman-teman yang baik di sana," jawab Rika tersenyum bahagia menceritakan hal tersebut kepada kakaknya.     

Raka juga ikut menjawab sembari tertawa kecil mengingat kebaikan orang-orang di sekolahnya. Ia berkata, "Guru-guru pun baik kepada kami. Mereka mentraktir kami makan, hehe."     

"Sejak bersekolah di sana, tak ada yang berani mengganggu aku dan Rika. Jika mereka berani, aku akan membalasnya seperti ini, lalu begini dan ini!" lanjutnya. Masih tersisip sendok di mulutnya, ia menirukan gerakan harimau mencakar.     

Tampilan bahagia dari adik-adiknya membuat Daniel ikut berbahagia. Ia tertawa dengan tingkah adik laki-lakinya dan ia berkata, "Kalau kamu seperti itu, kakak harus membalas mereka seperti apa?"     

Raka berpikir sejenak setelah mendengar pertanyaan Daniel. Ia segera mendapatkan idenya dan langsung berkata, "Seperti ini, Kak!"     

Ia segera menggerakkan tangannya mengikuti gaya ular kobra yang mematuk mangsanya. Bersamaan dengan itu, ia mengikuti suara desisan ular dan di mulutnya masih terselip sendok sejak tadi. Tindakannya mengundang tawa Daniel dan Rika.     

Mengetahui bahwa adik-adiknya mendapatkan perlakuan yang lebih baik dibanding dengan dirinya, ia merasa sangat bahagia. Ia tak ingin keduanya mendapatkan perlakuan yang begitu pahit selama pertumbuhan mereka dan ingin mereka tumbuh dengan lingkungan yang lebih baik.     

Adik-adiknya segera bersiap untuk berangkat terlebih dahulu setelah menyelesaikan sarapan. Mereka berangkat lebih awal darinya karena jarak sekolah mereka yang lumayan jauh dari rumah mereka dan jalur sekolah mereka berbeda dengan sekolahnya.     

Butuh belasan menit untuknya membersihkan rumah sebelum bisa bersiap berangkat ke sekolah. Saat ini, ia telah mengenakan pakaian sekolahnya dengan rapi dan telah siap untuk berangkat.     

Sama halnya seperti kemarin, ia berangkat melewati jalan pintas agar bisa datang ke sekolah lebih cepat. Namun, kali ini ia melihat-lihat dulu keadaan sekitar jalan pintas sebelum berjalan di sana karena takut menjatuhkan jemuran ibu-ibu seperti yang tanpa sengaja ia lakukan kemarin.     

Mengetahui bahwa tidak ada jemuran di sana, ia bernapas lega. Ia berjalan santai sembari mengingat bagaimana Surti memarahi dan menasehatinya kemarin saat akan berangkat bekerja. Kejadian agak lucu itu membuatnya senyam senyum sendiri.     

Tak terasa, dirinya telah sampai di depan gerbang sekolah. Ia berjalan santai menyeberangi jalan menuju gerbang sekolahnya. Namun, ketika ia akan sampai menuju trotoar di depan gerbang sekolah, tiba-tiba saja ia aneh dan segera melihat sebuah mobil berjalan menuju arahnya berdiri saat ini.     

"Tidak semudah itu, Ferguso!" gumamnya percaya diri ketika melihat mobil itu.     

Ia melangkahkan kakinya dengan cepat menghindari kedatangan mobil itu, kemudian melesat laju masuk ke gerbang sekolah dan menghilang di kerumunan murid-murid yang juga masuk ke lingkungan sekolah.     

"Host, kamu hampir saja terjebak di kejadian yang sama seperti kemarin. Untungnya kamu selamat dan tidak jadi kedelai yang masuk pada lubang yang sama."     

Setelah berjalan jauh dari kerumunan murid yang masuk, ia mendengarkan suara Sky berbicara padanya. Nada suara yang menjengkelkan dan penggunaan kata yang salah membuatnya sedikit kesal.     

"Keledai, bukan kedelai!"     

"Oh, ternyata host memiliki kemampuan berpikir yang baik," kata Sky mengejek Daniel untuk menutupi kesalahannya.     

Diam, itulah yang dilakukan oleh Daniel saat ini mengabaiakan ejekan dari Sky. Ia berjalan santai menuju kelasnya, tetapi murid-murid yang melewatinya memandanginya dengan tatapan takut dan menjijikkan. Bahkan beberapa murid berjalan menempel di dinding saat melihatnya dan itu membuatnya berpikir apa masalah mereka dengannya.     

Sesampainya di kelas, tatapan yang lebih parah didapatkannya dari teman-teman sekelasnya. Mereka menatapnya seolah-olah menatapnya seperti berandalan dan sampah masyarakat.     

"Lihat, deh. Murid tak tau diuntung. Dikasih tau baik-baik sama walikelas kita, ia malah marah-marah. Berandalan banget," ucap salah seorang siswi ketika Daniel muncul di pintu kelas.     

Mendengar ucapan dari siswi itu, ia akhirnya memahami mengapa ditatap aneh sejak awal. Ia tersenyum pahit atas tindakannya kemarin dan agak menyesal membuat keributan sebesar itu. Namun, dinyinyiri oleh teman sekelasnya adalah hal biasa yang diterima olehnya karena sudah sangat lama ia mendapatkan perlakuan seperti ini.     

Ia mengabaikan hal itu, ia menaruh tasnya di meja. Ia ingin berbincang dengan sahabat-sahabatnya, tetapi malah ia dipanggil oleh seseorang. Suara dari seorang gadis adalah yang didengar olehnya dan ia segera mengenali suara ini. Ia menoleh dan berkata, "Ada apa, Bella?"     

Sosok gadis yang memanggil Daniel adalah siswi baru dari Eropa yang memiliki kecantikan luar biasa, Bella. Masih menggendong tasnya, dia mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah dan berkata, "Daniel, ini adalah uang kompensasimu. Aku minta maaf karena telah menabrakmu kemarin dan hampir menabrakmu hari ini. Gunakanlah uang ini dengan baik dan janganlah memeras uang dari orang lain lagi."     

"Hah?!" serunya Bingung. Tiba-tiba disodorkan uang ratusan ribu oleh siswi cantik yang duduk di sampingnya membuat Daniel bingung, tapi setelah mencoba menelaah kalimat dari gadis ini pelan-pelan, ia akhirnya paham.     

"Jadi, kamu orang yang menabrakku kemarin. Permintaan maafmu saja sudah cukup untukku. Simpanlah uang itu karena tubuhku baik-baik saja dan tak perlu kompensasimu," jawabnya setelah memahami maksud dari Bella.     

"Dan lagi, aku bukanlah seseorang yang akan memeras uang orang lain. Walaupun aku miskin, aku masih memiliki tangan dan kaki untuk bekerja. Aku tidak mengerti bagaimana bisa dirimu bisa menyebutku sebagai seorang pemalak," lanjut Daniel seraya memberikan senyum pahit kepada Bella.     

Setelah mengatakan itu, Daniel langsung berbalik dan ingin menuju meja Max dan Regi. Ia tak ingin terlalu banyak berhubungan dengan Bella dan menyebabkan masalah padanya, karena itulah dia menyegerakan diri untuk pergi. Tetapi, sebuah pukulan tiba-tiba jatuh ke wajahnya hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan terjatuh.     

"Berani-beraninya kau memalak Bella?!"     

Kalimat itulah yang didengarnya dari seseorang yang tiba-tiba memukulnya. Ia menatap heran dan siap untuk membalas, tetapi Max dan Regi datang dengan cepat datang untuk menengahi keduanya.     

"Tiba-tiba memukulku dan mengatakan aku memalaknya?!" balasnya kesal.     

Suasana kelas menjadi sangat ribut dengan adanya perkelahian tersebut. Keributan itu mengundang datangnya walikelas mereka datang. Tanpa mendengar penjelasan lagi, Nia memerintahkan yang bersangkutan untuk datang ke ruang guru.     

Daniel merasa kesal dengan rentetan kejadian ini. Karena hal ini, dirinya menjadi curiga bahwa Bella bekerja sama untuk merundung dan memfitnahnya. Ia mencoba menahan kekesalannya karena tak ingin namanya semakin jelek.     

Sedangkan siswa yang menyerangnya dan Bella, mereka mengikuti Nia dengan patuh. Sementara siswa itu berjalan dengan santai mengikuti Nia, Bella berjalan dengan bingung memikirkan penyebab perkelahian ini.     

Sesampainya mereka di ruangan guru, mereka duduk di sebuah ruangan dan di depan mereka adalah Nia. Dia menatap ketiga muridnya lalu berkata, "Bisa jelaskan kalian kepada saya apa yang terjadi?"     

"Daniel ingin memalak Bella, Bu. Jadi, saya memukulnya untuk memberikan pelajaran kepadanya agar tidak memalak orang!" jawab siswa yang menyerang Daniel sebelumnya, Fahri, setelah ia diam sesaat.     

"Daniel, benarkah kamu memalak?" tanya Nia. Kali ini, dia tak sembarangan menuduh seperti kemarin dengan bermodalkan ucapan dari salah satu muridnya.     

"Ibu walikelas, biar Bella saja yang menjelaskannya kepada ibu. Dia jauh lebih terpercaya dibandingkan seorang murid yang dianggap oleh walikelasnya sendiri sebagai berandalan," jawab Daniel seraya tersenyum kecut.     

Nia merasa malu mendengarnya. Dia sangat mengingat kesalahannya kemarin dan juga menyesal karena belum meminta maaf kepada siswa yang ia tuduh dan hina kemarin. Ia berdaham untuk menyingkirkan rasa malunya lalu berkata, "Bella, bisakah kamu menjelaskannya?"     

Bella yang tak mengerti ada masalah apa antara keduanya mulai menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Ia mengawalinya dengan menceritakan tentang permintaan maafnya kepada Daniel karena telah menabraknya dengan mobil. Dia juga menceritakan tentang menawarkan uang sebagai bentuk kompensasi karena dirinya mendengar bahwa Daniel memeras uang orang lain.     

"Namun, Daniel menolak kompensasi tersebut. Setelah itu, ia ingin pergi, tetapi Fahri tiba-tiba menunju wajahnya dan mengatakan bahwa ia memalak saya. Padahal Daniel telah menolak uang tersebut, Bu," ujar Bella menjelaskannya.     

Penjelasan yang sama dengan kejadian aslinya membuat kecurigaan Daniel kepada Bella telah berkurang banyak. Kesannya kepada Bella sedikit demi sedikit mulai berubah menjadi kesan yang baik.     

Sementara Fahri, ia yang awalnya merasa percaya diri menjadi bingung setelah mendengarkan penjelasan Bella. Seseorang berkata bahwa ia akan aman melakukan hal tersebut, tetapi saat ini Bella malah memberikan keterangan yang membela Daniel. Ia menjadi takut bahwa perilakunya akan membuat sekolah memanggil orangtuanya.     

Nia selesai mendengarkan penjelasan tersebut. Ia merasa menyesal berpikir bahwa Daniel berbohong kepadanya. Tak ingin mengulangi kesalahan yang sama, dia tak ingin tergesa-gesa dalam memutuskan. Mengingat bagaimana kejadian tadi, ia teringat dengan Max dan Regi yang memisahkan perkelahian mereka. Ia segera memikrikan cara untuk mengetahui kebenarannya lebih lanjut. Sebelum memutuskannya, dia memilih untuk mengembalikan mereka ke kelas terlebih dahulu.     

"Saat ini, Bella dan Fahri kembali ke kelas dulu. Nanti akan ada pemberitahuan lanjut dari saya."     

"Baik, Bu!" jawab keduanya bersamaan.     

Fahri merasa senang dan bahagia karena mengira walikelasnya akan menyalahkan Daniel. Ia pergi dengan senyum bahagia di wajahnya. Sementara itu, Bella menatap Daniel dengan perasaan rumit, dia menatapnya sebentar sebelum pergi dari ruang guru.     

Nia melihat keduanya telah pergi. Ia mengalihkan tatapannya kepada Daniel dan berkata, "Daniel, kamu ke ruangan kepala sekolah dulu. Beliau telah menunggumu."     

"Terima kasih, Bu," jawab Daniel berterima kasih. Masih menundukkan kepala, ia tak lupa untuk meminta maaf dengan tulus kepada guru dihadapannya. Ia berkata, "Ibu, saya minta maaf atas perilaku saya kemarin dan barusan. Saya telah melewati batas dan menyesalinya."     

Nia melihat murid yang dia anggap sebagai murid berandalan meminta maaf secara tulus kepadanya. Dia merasa tersentuh dengan perilaku muridnya sehingga dia pun meminta maaf juga tanpa sedikit rasa malu dan gengsi kepada murid di hadapannya.     

"Daniel, ibu juga meminta maaf atas tindakan ibu kemarin. Ibu benar-benar menyesal tidak memeriksa kebenaran terlebih dahulu dan menghina orangtua serta kakekmu."     

Rasa marah dan kesal Daniel terhadap guru sekaligus walikelasnya telah menghilang karena sikap tulusnya meminta maaf dan menyadari kesalahannya. Ia tersenyum lembuh seraya berkata, "Masing-masing dari kita memiliki kesalahan, Bu. Semoga ibu maupun saya tidak mengulangi kesalahan yang sama dan belajar dari kesalahan tersebut."     

"Kalau begitu, saya akan ke ruang kepala sekolah dulu, Bu," lanjutnya. Mendapatkan anggukan dari sang guru, ia segera berjalan keluar dari ruangan.     

Baru saja mencapai pintu keluar, suara dering elektronik unik didengar olehnya. Segera setelahnya, layar biru transparan muncul di hadapannya.     

"Misi baru telah didapatkan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.