Sistem Teknologi dan Kekuatan Super

28. Cerita dan Balas Dendam



28. Cerita dan Balas Dendam

0Cukup berbeda dengan hari-hari sebelumnya, Bella dan Daniel mulai lebih banyak berinteraksi sejak insiden di gudang olahraga yang terjadi dua hari lalu. Kesannya mengenai Daniel sempat pasang-surut, terutama saat mendengar rumor-rumor yang beredar dan juga saat sikap Daniel mengenai kecelakaan waktu itu. Namun, sejak diundang dan diselamatkan oleh Daniel dua hari lalu, semua keraguannya terhapus dan dia tak lagi ragu mengobrol lebih banyak dengan Daniel.     

Tak terasa bel istirahat pun berbunyi, Guru juga langsung mengakhiri jam pelajarannya. Setelah mengatakan beberapa hal kepada murid-muridnya, Guru itu pergi meninggalkan kelas.     

Bella langsung merapikan buku-buku yang digunakan untuk mencatat, kemudian mengobrol dengan Daniel. Siswa yang duduk di sampingnya tersebut mengatakan hal-hal lucu yang membuatnya tertawa, terutama ketika Daniel berusaha keras mengucapkan beberapa kata sulit dalam bahasa Belanda.     

"Maafkan aku, cara pelafalannya cukup lucu," kata Bella sembari tertawa kecil. Melihat bahwa Daniel merasa sedikit malu, dia buru-buru berhenti tertawa. Dia berkata, "Mau pergi ke kantin bersama?"     

Daniel merasa lega mendengar tawa Bella berhenti, tetapi ia merasa cukup terkejut ketika mendengar ajakan Bella. Namun, ia segera menggelengkan kepalanya seraya menjawab, "Aku membawa bekal, jadi aku tak bisa ke kantin."     

Ia kemudian melirik tiga gadis yang sedang berdiri bersama menunggu kedatangan Bella lalu kembali menatap Bella dan berkata, "Mereka sedang menunggumu, pergilah bersama mereka."     

"Maka aku akan pergi dulu. Sampai nanti," balas Bella sembari mengangguk penuh pengertian, kemudian dia pergi menghampiri tiga gadis yang telah menunggunya. Mereka adalah Hana, Silvi dan Nurul.     

Salah satu dari mereka, yaitu gadis cantik dengan gaya rambut ekor kuda yang mempesona, Hana mengerutkan keningnya ketika melihat canda-tawa Bella dan Daniel. Saat Bella mendekat, ekspresinya kembali normal dan menyambut Bella dengan senyuman. Menunjukkan tampang penasaran, dia langsung bertanya, "Sepertinya kamu jadi lebih akrab dengan Daniel akhir-akhir ini. Apa ada sesuatu yang terjadi pada kalian berdua?     

Bella cukup terkejut saat mendengar pertanyaan tersebut dari Hana. Menurut kesannya, Hana merupakan tipe orang yang netral, terutama mengenai Daniel. Dia telah memperhatikan reaksi teman-temannya ketika mendengar rumor maupun hal buruk mengenai Daniel, Hana hanya diam, tidak memberikan komentar apapun mengenai Daniel.     

Berpikir bahwa Hana hanya penasaran dengan hal-hal yang terjadi pada dirinya dan Daniel, dia pun menjawab tanpa rasa curiga sedikit pun, "Daniel menyelamatkanku dari gangguan dua siswa nakal dua hari lalu. Juga-"     

Bella ingin melanjutkan penjelasannya, tetapi dia melihat Hana tiba-tiba berdiri tegak dan berdiam diri seolah sedang memikirkan sesuatu. Hal ini membuatnya dan Silvi merasa bingung.     

"Hana, ada apa? Apakah ada yang terlupakan?" tanya Silvi sembari menebak-nebak alasan reaksi Hana sebelumnya yang cukup tiba-tiba.     

Hana segera kembali sadar setelah ditatap oleh dua temannya yang kebingungan. Lengkungan indah mulutnya segera muncul kembali dan dia menjawab, "Tidak apa-apa, aku hanya sedikit kaget mendengar Bella diganggu oleh siswa-siswa berandalan di sekolah ini."     

Setelah menghela napasnya, dia kembali bertanya kepada Bella mengenai penjelasan sebelumnya. "Apa ada hal lain yang terjadi pada kalian berdua selain kejadian itu?"     

Merasa alasan dari Hana cukup masuk akal, Bella pun terus melanjutkan ceritanya. "Beberapa hari lalu dia mengundangku ke acara ulang tahun adik-adik. Selain aku, ada juga Max, Regi, juga ada pria dewasa yang hadir di acara itu."     

Kini giliran Silvi yang merasa terkejut mendengar cerita Bella. Dia langsung bertanya, "Ia merayakan ulang tahun Rika dan Raka dan juga mengundangmu serta Max dan Regi?"     

"Ya. Ia juga mengundang seorang gadis lainnya," jawab Bella sembari menganggukkan kepalanya, menunjukkan ketegasan dari jawabannya. Dia melanjutkan, "Jika aku tidak salah ingat, nama gadis itu adalah Kinar. Max dan Regi memangil gadis itu dengan sebutan Ketua Osis."     

Hana terdiam dan matanya menjadi sayu, terutama ketika mendengar nama Kinar disebutkan oleh Bella. Perasaan kecewa dan penyesalan nampak dari matanya, tetapi ia ingat bahwa hal-hal yang dipikirkan olehnya saat ini merupakan hasil yang ia tuai sehingga ia menerima dua perasaan tersebut.     

"Setelah ini, aku akan menjelaskan dan mengejarmu," gumamnya untuk menguatkan niatnya sendiri. Matanya yang sayu menjadi cerah kembali.     

Bella merasa mendengar Hana mengatakan sesuatu, tetapi dia tak mendengar jelas kalimat yang dikatakan oleh temannya tersebut. Dia pun bertanya, "Apa yang ingin kamu katakan, Hana?"     

"Ah, tidak ada apa-apa," jawab Hana sembari menggelengkan kepalanya dan tersenyum.     

Melihat bahwa tidak ada sesuatu yang salah, Bella pun balas mengangguk. Perhatiannya kemudian dialihkan kepada Silvi yang telah mengatakan sesuatu yang menarik perhatiannya. Dia bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu nama adik Daniel yang kembar itu Rika dan Raka?"     

Mendengar pertanyaan Bella, Hana langsung menatap Silvi dengan rasa penasaran. Sementara itu, Silvi merasa tak berdaya melihat rasa penasaran kedua temannya tersebut. Senyum masam terbentuk di bibirnya dan dia segera menjawab, "Ceritanya cukup panjang. Jika meringkasnya dengan sangat-sangat ringkas, ia adalah teman masa kecilku."     

Sontak Bella dan Hana terkejut mendengar jawaban Silvi. Mereka saling memandang, kemudian Hana berinisiatif bertanya lebih lanjut, "Mengapa kamu tidak pernah bercerita tentang hal itu kepada kami?"     

"Itu ... aku akan menceritakannya di kantin nanti." Ekspresi sedih terpancar dari wajah Silvi saat menjawab rasa penasaran teman-temannya.     

Jawaban itu tidak memuaskan rasa penasaran mereka, tetapi mereka tahu bahwa ada cerita panjang yang terjadi antara Daniel dan Silvi saat keduanya melihat ekspresi sedih Silvi. Mereka mengangguk bersamaan sebagai bentuk jawaban.     

Berbeda dari mereka, Nurul lebih pendiam dan tak cerewet seperti biasanya. Sejak awal Hana menanyakan sesuatu tentang Daniel, dia sama sekali tidak mengatakan apapun. Dia tampak sedikit linglung, seolah memikirkan sesuatu yang cukup berat di dalam pikirannya.     

.....     

Sejak rencananya mendapatkan perhatian dari gadis yang ia sukai digagalkan oleh siswa yang dibencinya, Yudhistira langsung memikirkan tindakan balas dendam. Ia telah memikirkannya selama dua hari dan telah memutuskan cara balas dendam yang menurutnya bisa membuat siswa pengganggu tersebut jera. Ia tak lagi berpikir menggunakan cara licik, tetapi langsung memilih cara frontal dengan cara memukuli langsung siswa tersebut.     

Ia mulai mengawali balas dendamnya hari ini bersama dengan supir pribadinya, Bimo. Bersama dengan Bimo ia menunggu kepulangan Daniel di depan gerbang sekolah dengan cara sembunyi-sembunyi. Saat melihat Daniel sudah nampak dalam bidang penglihatannya, ia langsung memerintahkan Bimo untuk mengikuti Daniel secara diam-diam.     

Perlahan-lahan ia dan Bimo mengikuti Daniel sampai di sebuah persimpangan yang cukup sepi dan kemudain Daniel memasuki gang yang tak jauh dari persimpangan jalan tersebut. Ia dan Bimo saling memandang ketika menyaksikan jalan yang diambil oleh Daniel, tetapi ada senyum sumeringah di masing-masing wajahnya dan Bimo yang menunjukkan kebahagiaan. Ia dan Bimo segera turun dari mobil lalu berjalan melewati jalan yang digunakan oleh Daniel sebelumnya.     

Bersama dengan Bimo yang telah berpengalaman dalam berkelahi serta pengalaman berkelahi melawan Daniel sebelumnya, Yudhistira tidak merasa khawatir sedikit pun. Selagi berjalan memasuki gang, ia lebih memilih memikirkan metode yang bisa membuat Daniel jera dibandingkan dengan memikirkan mengapa ia dan Bimo dibawa ke gang sepi seperti ini.     

Saat mereka sampai di ujung gang yang merupakan jalan buntu, ia dan Bimo melihat Daniel sedang menoleh ke arah kanan dan kiri seolah sedang mencari sesuatu. Ia merasa terhibur melihat pengacau rencananya terlihat panik.     

"Kau tidak bisa kabur ke mana-mana!" serunya lantang dengan senyum percaya diri.     

Reaksi Daniel sesuai harapannya. Penganggunya gemetaran dan terlihat bingung setelah mendengar apa yang dikatakan olehnya. Hal ini membuat Yudhistira puas dengan keagungan yang dimiliki dirinya. Hasil ini cukup tak terduga sehingga dirinya pun melahirkan berbagai ide untuk semakin membuat Daniel jera.     

Yudhistira mengangkat tangannya di depan Bimo, memintanya agar tidak beraksi terlebih dahulu. Ia menunjukkan senyum percaya dirinya lalu berjalan mondar-mandir beberapa kali di depan Daniel sembari, "Sejak awal kita sama sekali tidak memiliki persimpangan di kehidupannya. Walau kau memiliki kemampuan akademis yang lumayan, perbedaan kasta yang terlalu tinggi tidak membuatku tertarik untuk mengganggu anak miskin sepertimu."     

Ia mengangkat kepalanya, menatap Daniel dengan tatapan dingin dan tajam, "Namun, kau telah mengangguku berkali-kali, terutama saat aku ingin mendapatkan hati gadis yang kusukai. Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, tetapi kau masih saja terus mengganggu urusanku. Jangan salahkan aku jika kali ini aku membalas perbuatanmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.