aku, kamu, and sex

Mendadak Nikah 2



Mendadak Nikah 2

0Danil menatap adiknya dengan senyum yang terkulum, karena melihat ekspresi adiknya yang tak sabar dengan sarat yang diajukan oleh Danil.     

"Syaratnya adalah kamu harus tetap melanjutkan sekolah kamu hingga lulus, dan tetap focus pada cita-cita kamu, itu yang pertama, yang kedua setelah nikah kamu harus tetap tinggal bersama kakak sampai pendidikanmu selesai itu artinya kamu tidak boleh ikut Ronald ke negara C dan R dan tidak boleh menyusulnya juga."     

"Ya Allah kak, Rena Cuma minta satu, NIKAH. Kenapa kakak kasih tiga syarat sama Rena, itu ga adil namanya." Protes Rena.     

"Terserah, tadi kamu udah bilang setuju lho, jadi ga boleh protes." Ujar Danil sambil bertopang dagu.     

Richard dan Jelita hanya saling pandang, tak ada gunanya juga mereka berdua ikut dalam perdebatan kedua kakak adik itu, tak aka nada hasilnya, lebih baik mereka menyetujui saja dengan hasil perdebatan Danil dan Rena.     

"Oke." Jawab Rena pada akhirnya dengan wajah yang sedikit kesal, namun tak apalah yang penting bisa menikah dengan orang yang ia cintai.     

"Sebenarnya ayah belum puas menjagamu dan mendidikmu, Rena." Ucap Richard pelan.     

"Namun tak apa, jika memang itu menjadi pilihan mu, semoga kamu dan Ronald selalu bahagia." Lanjut Richard.     

"Ayah." Rena memeluk ayahnya dari samping, Danil dan Jelita hanya saling pandang dan tersenyum.     

"Lagi pula bahaya juga kalau kamu dan Ronald ga buru-buru di nikahin." Richard terkekeh.     

"Kok gitu sih, Yah?"     

"Karena setan lebih pintar menggoda dari pada manusia." Ucap Jelita sambil bersandar di lengan suaminya.     

"Jadi kapan Ronald akan kemari, dan melamarmu, hm?" Tanya Richard pada Rena sambil membelai lengan sang anak.     

"Tiga hari langsung nikah, ga ada acara lamar-lamaran."     

Danil melotot, sedangkan Richard hanya terkekeh sambil menatap Danil yang sepertinya shok dengan apa yang diucapkan oleh sang adik.     

"Ronald bilang begitu?" Tanya Danil tanpa ekspresi.     

"Rena yang minta." Danil memijit pelipisnya yang berdenyut.     

"kamu serius, Rena?" Tanya Richard meyakinkan.     

Rena mengangguk tegas.     

"Dan Kak Ronald setuju gitu aja?" Tanya Jelita yang penasaran.     

"Rena yang maksa, kalau ga Rena akan menikah sama orang lain."     

Danil geleng-geleng kepala, tak mengerti dengan jalan pikiran sang adik.     

Ditempat terpisah Ronald pun sedang di interogasi habis-habisan oleh papa, mama dan ayahnya.     

"Kamu serius mau nikahin Rena? Tiga hari lagi?" Tanya mamanya dengan tatapan tajam pada Ronald.     

Ronald mengangguk tegas, "Iya Ma."     

"Apa yang kamu lakukan sama Rena, sampai dia minta kamu untuk segera nikahin dia, ayo jawab yang tegas." Ucap sang mamanya lagi.     

Seperti biasa, ayah dan papanya tak bisa berbuat apa-apa kalau sang nyonya sudah bertindak.     

"Ronald ga nglakuin apa-apa sama rena, sumpah ma, demi Allah, Cuma pernah nyium dia aja dikit."     

"Dasar bujang kebelet nikah. Mau sedikit kek mau banyak kek, tetap aja sama, Dosa!" lagi mamanya melotot kea rah Ronald.     

"Yah, tau gitu kan Ronald cium lebih banyak kemarin, Ma. Kalau dosanya sama." Jawab Ronald sambil nyengir.     

BUK!!!     

Satu bantal sofa melayang ke arah Ronald dan dengan sigap segera ia tangkap, sebelum jatuhin barang-barang di belakangnya.     

"bener-bener kamu ya bikin mama naik darah."     

"Ronald kamu yakin dengan Rena?" Tanya Tuan Sanjaya.     

"Yakin, pa." jawab Ronald.     

"Bukan masalah yakinnya, tapi bagaimana kita mau nyiapin acara nikahan kamu kalau waktunya tinggal tiga hari lagi?" Ucap sang mama geram.     

"Ronald yang burus semuanya, Ma. Acaranya akan dilaksanakan di rumah Danil dan Jelita di negara A."     

Ketiga orang tua yang duduk berjajar di depan Ronald, mendesah nafas panjang lalu menyandarkan kepalanya ke sofa secara berbarengan.     

"kalau mau pingsan jangan bareng-bareng dong." Ucap Ronald dengan nada cemas.     

"Sanjaya urusin anak kamu tuh, saya pusing." Ujar Handoko yang memijit pelipisnya sambil memejamkan mata.     

"Anak kamu juga kalau kamu lupa." Ujar Tuan sanjaya menimpali omongan sahabatnya.     

"Aku saja lupa kalau dia anakku." Handoko terkekeh.     

"AYAH!!" Ronald tak percaya dengan ucapan sang ayah.     

"Jadi lusa kita berangkat ke luar negeri?" Kata Sanjaya pada keluarganya itu.     

"Siapkan pesawatmu." Ujar Handoko pada Tuan sanjaya.     

"Bannya bocor." Jawab Tuan Sanjaya singkat, Tuan Handoko lagi-lagi terkekeh dibuatnya.     

Ronald tersenyum geli melihat bagaimana cara ayah dan papanya bercanda.     

"Biar Ronald yang urus segala, kan dia yang mau nikah, suruh siapa waktunya mendadak." Kata Nyonya Sanjaya.     

"Dari pada Rena menikah dengan orang lain, nelangsa anak bujang mama." Ucap Ronald sambil mengelus dada.     

"Hah_" Mamanya mendesah nafas berat.     

"Kasian sekali Rena, harus berjodoh sama kamuh." Ucap sang mama dengan wajah sok memelas, padahal niatnya hanya ingin menggoda anak bujangnya.     

"maksud mama?"     

"Tua, judes, nyebelin." Ujar sang mama yang membuat papa dan ayahnya kembali terkekeh.     

"Ma, anak mama ini Cuma tua umur, bukan muka, lihat dong wajah Ronald masih kayak anak kelas tiga SMU kan?" kata Ronald sambil bergaya didepan mamanya.     

Nyonya sanjaya mencibir, "SMU apa, udah jenggotan gitu."     

"Kan bisa di cukur, gimana sih mama."     

"Intinya sama, kamu udah tua."     

"Tua-an juga mama sama papa, apa lagi ayah."     

"Sembarangan kamu, ayah sama papa seumuran enak aja kamu bilang lebih tua, kualat nanti kamu."     

"Coba aja Tanya encum."     

"Ye, kalau Tanya encum jawabannya ga akurat, buat dia yang paling ganteng dan awet muda Cuma Atmo, ga ada yang lain." Ucap sang ayah membela diri.     

"Tapi ga apa-apa kamu nikah sama Rena, ada baiknya juga?" Ucap sang papa.     

"Apa?" Tanya Handoko.     

"Bangun tidur nengok kesebelahnya ada cewek cantik, waaahhhh…. Langsung semangat hidupmu."Kata Tuan sanjaya sambil tertawa.     

"Maksud papa apa? Mau bilang kalau mama sekarang ga cantik gitu?" Kata Nyonya sanjaya ketus.     

Sang papa langsung nyengir.     

"Ga ikutan deh, mending aku bantuin Atmo kuras rumah arwana." Ujar Tuan Handoko yang langsung bangkit dari duduknya dan ngacir ke ruangan di sebelahnya tempat Atmo sedang menguras aquarium besar.     

"Ikut Pah." Ujar Ronald langsung lari mengekor pada sang ayah.     

Kini Tuan sanjaya harus menghadapi sendiri singa betina yang sedang kelaparan.     

"Mama cantik kok, yakin sumpah papa ga bohong," Kata Tuan Sanjaya yang langsung lari ke kamar mereka sontak nyonya sanjaya mengejar sang suami.     

Dikamar nyonya Sanjaya langsung duduk di atas perut suaminya yang tidur telentang.     

"Satu-satunya perempuan tercantik dan membuat hati ini selalu berdebar ya hanya kamu, Shalwa." Ujar Tuan sanjaya sambil memanggil nama sang istri mesra.     

Tuan Sanjaya merengkuh leher sang istri membawanya tepat di depan wajahnya, lalu melumat bibir merah sang istri dengan lembut, begitulah mereka selalu menjaga keharmonisan keluarga kecilnya dengan keintiman dan kehangatan. Keduanya meluapkan rasa sayang dan cinta mereka dalam sebuah cumbuan panas yang berhasil mengelorakan cinta mereka dan menumpahkan hasrat keduanya dalam bara percintaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.