aku, kamu, and sex

Saat ingin menciumnya



Saat ingin menciumnya

Setelah aksi pukul memukulnya pada Ronald terpuaskan, Jelita dan mamanya pamit untuk pulang, karena asisten Ronald juga sudah datang.     
1

Jelita merebahkan tubuhnya diatas kasur, bahkan sepatu dan jilbabnya masih terpasang ditempatnya, Jelita benar-benar merasa lelah, hingga dia tertidur hingga waktu menjelang maghrib dia terkejut dengan ketukan pintu dari arah luar kamarnya.     

"Nyonya, Nyonya Jelita, apa nyonya baik-baik saja?" Suara mbok Rahmi terdengar samar namun Jelita masih mampu mendengarnya.     

Setelah meregangkan ototnya Jelita melangkah menuju pintu kamarnya.     

"Aku cuma ketiduran, mbok. aku ga apa-apa, makasih udah bangunin Jelita ya mbok."     

"Syukurlah kalo cuma ketiduran, lhawong ndak biasanya neng Jelita pulang dari kantor langsung tidur, biasanya kan mandi terus ke dapur kalau enggak nonton tv di bawah."     

"Maaf mbok, udah bikin mbok khawatir, udah masak buat makan malam mbok?"     

"Udah, nyonya."     

"Ya udah, Jelita mandi dl ya mbok nanti keburu mas Danil pulang, Mbok jamaah sama pak sapto dan Pak atmo aja nanti kalau keburu ya Jelita ikut Jamaah kalau ga ya, nanti Jelita sholat sendiri aja ga apa-apa."     

"Ya udah Nyah, kalo gitu saya tak ke mushola dl."     

"iya mbok."     

Jelita menutup pintu kamarnya dan duduk disofa, melepaskan jilbabnya dan mengambil sepatu yang tadi dia lepas di sembarang tempat, setelah meletakkan barang-barang di tempatnya, Jelita masuk ke dalam kamar mandi, menyalakan shower dan memulai ritual mandinya.     

setelah hampir lima belas menit Jelita keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang segar, dia mengenakan kimono handuk saja karena mengira Danil belum pulang, namun perkiraannya salah Danil sudah menunggunya di samping pintu kamar mandi.     

CUP     

Sensasi hangat dan geli Jelita rasakan ketika bibir Danil mencium tengkuknya yang dingin karena baru saja selesai mandi.     

"Bukannya ngucapin salam dulu, malah main sosor aja." Ucap Jelita santai tangannya masih asik mengeringkan rambutnya dengan handuk, mengabaikan tangan Danil yang sudah melingkar di perutnya dari belakang, sambil terus memberikan ciuman dipundak istrinya.     

"Assalamualaikum istriku yang manis." Ucap Danil dan Jelita tersenyum senang mendengarnya.     

"Waalaikumsalam suami, gitu dong ucapin salam dulu." Jelita membalikkan tubuhnya menghadap Danil dan menatap pria di hadapannya penuh cinta.     

"Jadi sekarang boleh dong, kan udah ngucapin salam." Ucap Danil sambil mengesekkan pucuk hidung keduanya.     

"Iya boleh..." Jelita menjeda kalimatnya     

"Asyikkk..." Danil kegirangan.     

"Iya boleh sholat udah maghrib." Ucap Jelita sambil melepaskan tubuhnya dari pelukan Danil.     

"Hgh." Danil mendesah.     

"Dah sana mandi dulu, terus kita sholat, Jelita tunggu di mushola, cepetan mandinya ga pake lama, nanti maghribnya keburu habis." Kata Jelita sambil berjalan menuju ke sebuah ruangan yang berisi perlengkapan Danil dan Jelita yang hanya bersekat dinding kaca dan masih berada di dalam kamar mereka.     

"Baik Nyonya.." Sahut Danil sambil masuk kedalam kamar mandi karena tak ingin Jelita lama menunggunya untuk sholat berjamaah.     

Tepat jam tujuh malam ketika mereka duduk berdua di balkon kamar, setelah selesai sholat berjamah dan murajaah, Danil menarik tubuh Jelita agar duduk dipangkuannya.     

Hal yang tak pernah Danil bayangkan adalah memeluk Jelita setiap hari, melihat wajahnya setiap saat yang dia inginkan, seperti saat ini dia merasakan apa yang selama ini ia inginkan walau tak pernah sedikitpun ia berharap akan bertemu dengan gadis pujaannya lagi setelah peristiwa dulu.     

"Jelita ..."     

"hm."     

"Apa kamu dulu pernah membayangkan hidup bersamaku?"     

"Enggak"     

"Sadis."     

"Kamu tanya, aku jawab, terus kamu ngatain aku sadis? maunya apa?"     

"Jadi kamu ga pernah mengingat aku sampai kita bertemu?"     

"Apa mas Danil akan mengingat seseorang yang pernah menyakiti mas Danil? menghancurkan hidup mas Danil bahkan?"     

Danil terdiam, kali ini dia salah melontar kalimat, akhirnya dia sendiri yang merasakan akibat dari kesalahannya. Danil menghela nafas panjang, tangannya semakin erat memeluk Jelita. Kemudian Danil mencium pipi istrinya.     

Tangan Danil menarik halus dagu Jelita agar Jelita menatapnya, perlahan Danil mendekatkan wajahnya, bibir mereka hampir bertemu ketika suara ledakan keras terdengar di dekat pagar rumahnya.     

DUUAARRR DUUAAARRR     

Jelita langsung beranjak dari pangkuan Danil, begitu pula dengan Danil yang langsung berdiri dan melihat kesekelilingnya, dia melihat beberapa orang sedang berusaha masuk melewati penjaga, Danil berlari keluar kamar dan langsung turun menuju teras rumahnya, sedangkan Jelita memilih langsung turun kebawah dari balkon kamar, dia turun menggunakan ranting yang ada disisi balkon, dan langsung memukul seseorang yang hendak menyandra Pak Atmo.     

Betapa terkejutnya Danil ketika melihat istri mungilnya telah sampai di halaman rumah mereka Danil melihat Pria yang dipukul Jelita terpental beberapa meter karena saking kerasnya pukulan Jelita, pria itu meringis merasakan darah yang mengucur dari sudut bibirnya.     

"Ayo Maju, jangan jadi pengecut." Ujar Jelita sambil memasang kuda-kuda, Jelita tampak begitu Serius menatap pada pria itu.     

Namun ternyata yang menyerang bukan hanya orang yang ada didepan Jelita melainkan satu orang lagi yang berada di belakang Jelita, Pak atmo sudah berlari menyelamatkan sucurity yang terluka akibat dari pukulan orang-orang itu.     

Dua orang mendekati Jelita dan menyerangnya secara bersamaan, namun Danil terlebih dahulu menghalau salah satu pria yang hendak menyerang Jelita dari arah belakang.     

Jelita menendang laki-laki dihadapannya hingga terpukul mundur, Danil telah melumpuhkan satu orang yang tadi menyerang Jelita,     

Jelita kembali maju dan memberikan tunjunya pada pria tersebut hingga pria itu jatuh tak berdaya, beberapa menit berikutnya anak buah Danil datang dan menyelesaikan semua perkelahian itu, mereka menangkap empat orang pria yang telah berani menyerang bosnya, dan melemparkan bom molotov di halaman rumah Danil.     

"Kamu tidak apa-apa, sayang?" Kata Danil sambil memegang kedua pundak Jelita dan memutar-mutar tubuh Jelita.     

"Aku ga apa-apa Mas, mas Danil ga apa-apa?" Tanya Danil tak kalah kuatir dengan kondisi Danil.     

"Nyonya, Tuan.!!" Teriak mbok Rahmi sambil berlari ke arah Jelita dan Danil.     

"Mbok Rahmi, gimana Pak Atmo dan Pak Sapto?"     

"Mereka ga apa-apa nyonya, cuma si Saiful yang terluka karena terkena pukulan tapi sudah saya obati dan sekarang sudah baik-baik saja."     

Tak berapa lama polisi datang untuk olah kejadian perkara, seorang gadis berambut panjang muncul setelahnya, kemudian dia menghampiri Danil dan Jelita yang duduk di gazebo samping teras rumah mereka.     

"Selamat malam Tuan Danil, selamat malam Nyonya, perkenalkan saya Saya Arlita, saya yang memimpin penyelidikan kasus ini."     

'Arlita? kayak pernah denger nama ini, tapi dimana ya?' Jelita berkata dalam hati, matanya mengamati Arlita dari bawah hingga atas kepalanya.     

'Apa iya dia cewek yang diceritakan si Rey, tapi kata nya mabuk kog jadi polisi?' Jelita masih asyik membatin.     

"Selamat malam Bu Arlita, mari silahkan duduk, Oya ini Jelita istri saya." Jelita langsung mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan Arlita.     

"Maaf pak Danil, apa ada orang yang anda curigai atas tindakan pengeboman ini?" Tanya Arlita mencoba mencari keterangan dari Danil dan Jelita.     

"Saya tidak mencurigai siapapun, karena memang saya sendiri tidak pernah merasa mempunyai musuh, tapi kalau dalam bisnis banyak orang yang tidak suka dengan kita, saya rasa itu sesuatu yang wajar. " Ujar Danil.     

"Anda benar, saya akan mencoba mencari bukti-bukti dan menginterogasi para pelaku, saya akan secepatnya akan memberi kabar kepada anda, dan selama kasus ini belum tuntas mohon anda lebih berhati-hati dan diperketat penjagan, atau anda membutuhkan kawalan polisi?"     

"Saya rasa belum perlu, semoga hal seperti ini tidak terulang lagi dan pelakunya segera tertangkap."     

"Semoga saja Tuan Danil, kami akan bekerja keras untuk itu, kalau begitu kami permisi dulu."     

"Terimakasih Bu Arlita, Silahkan."     

Danil dam Jelita mengantar Arlita hingga di depan Gazebo, kemudian mereka masuk ke dalam rumah karena malam sudah mulai larut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.