aku, kamu, and sex

Nyonya Mahendra



Nyonya Mahendra

0Danil mengecup kening Jelita, kemudian menarik salah satu kursi disisi meja makan.     

"Sepertinya sarapan kali ini sangat spesial."     

"Berarti kemarin ga spesial dong."     

"Bukan begitu maksudnya sayang, kali ini menunya spesial."     

"Iya, aku sengaja masak kesukaan mas Danil waktu masih kecil, ayam goreng chrispy dengan saus teriyaki."     

"Dari mana kamu tahu aku suka makanan ini sejak kecil."     

"Dari ibumu, dia sering bercerita apa saja tentang mu, jadi aku tahu kesukaanmu walau cuma sedikit."     

"Itu tidak masalah, aku akan menyukai segala macam masakan yang kamu masak."     

"Gombal."     

"Ga percaya."     

"Percaya deh.. biar Mas Danil seneng."     

"Nanti ada rapat pemegang sahamkan di kantor mas Danil?"     

"Hm.."     

"Semoga lancar dan sukses ya Mas.."     

"Amiin, doa istri soleha pasti akan terkabul."     

"Mas, Apa boleh nanti aku ke rumah sakit, menjenguk kak Ronald?"     

"Untuk apa, aku ga mau kamu tersakiti oleh sikap Ronald, biarkan aku menyelesaikan masalah ini dengan nya, tapi menunggu keadaannya membaik."     

"Ga bisa gitu, aku yang membuat kak Ronald seperti itu jadi itu salahku."     

"Itu bukan salahmu, sayang."     

"Nyatanya itu memang kesalahanku."     

"Ya sudah nanti kamu boleh ke rumah sakit, tapi jangan sendirian."     

"Aku sama Rey kog."     

"Ehm, oke baiklah nyonya, kamu boleh ke rumah sakit, apa anda puas sekarang?"     

"Sangat puas, terimakasih."     

"Karena sarapan saya sudah selesai, bolehkah saya berangkat ke kantor?"     

"Silahkan Tuan Danil, bekerjalah yang giat supaya mendapat uang banyak, karena istrimu ini sudah bersiap untuk menghabiskan uangmu."     

"Kamu bisa aja, makan aja minta dipinggir jalan, uang seratus ribu aja masih dikasih kembalian, kapan kamu mau habisin uang suamimu coba kalau begitu."     

Jelita tersenyum, sambil berjalan mengapit lengan suaminya menuju halaman rumah disana sudah ada Yogi yang menunggu di dalam mobil.     

"Tunggu waktunya ya Pak Danil." jawab jelita sambil terkekeh.     

"Baiklah Nyonya Mahendra, suamimu berangkat dulu, telpon aku jika ada sesuatu yang menganggumu, dan aku juga berharap, kamu menelponku karena kamu merindukanku."     

Jelita tertawa kecil, dan menatap suami dan...     

CUP     

"Selamat bekerja" Kata Jelita setelah mencium pipi Danil.     

"Trimakasih, tapi kog nyiumnya disitu sih."     

"Maunya?"     

"Sini." Kata Danil sambil mengetuk bibirnya dengan satu jari.     

"Maunya."     

"Ya udah kalau ga mau."     

CUP     

"aku bisa melakukan sendiri." Kata Danil melanjutkan ucapannya setelah terjeda dengan adegan ciuman di bibir Jelita.     

"Udah sana berangkat, kasian Yogi dah nunggu."     

Jelita mencium tangan Danil.     

"Assalamualaikum.."     

"Waalaikumsalam."     

Danil masuk ke dalam mobil dan tak lama mobil itu sudah melaju keluar dari gerbang rumah, Jelita kembali ke dalam dan menuju kamarnya untk segera bersiap ke kantor.     

"Pak, antar saya ke rumah sakit dulu ya, nanti baru ke kantor" Kata Jelita pada sang sopir.     

"Iya, Nyonya."     

Selama di perjalanan Jelita menatap jajaran angka di dalam tab yang dia pegang.     

'Richard Mahendra, tunggu saja nasibmu.' gumam Jelita.     

Di rumah sakit, Rey dengan telaten membantu kakaknya mengenakan baju, selama Ronald sakit, Rey dan Mama Jelita lah yang merawat Ronald, keduanya bergantian menjaga Ronald, dan jika malam tiba maka akan ada dua laki-laki paruh baya yang akan menemninya, Ayah Ronald dan Papa Jelita. hal itu membuat Rey sangat bahagia. dia seperti mendapatkan keluarga yang utuh.     

"Rey, apa tidak apa-apa jika kamu bekerja dikantorku terus, nanti Jelita kerepotan."     

"Ga apa-apa kak, dia sangat kompeten dalam tugasnya."     

"Kadang aku masih tak percaya, ternyata kalian berdua yang jebolan pesantrren ternyata bisa diandalkan memegang perusahaan."     

"Kenapa?"     

"Aku kira kalian di pesantren hanya akan belajar mengaji dan menjadi seorang ustad, ternyata kalian juga sangat pandai dalam memimpin perusahaan, aku salut pada kalian."     

"Asal kak Ronald tau ya, di pesantren itu kita ga cuma ngaji tapi disana ada pendidikan berjenjang sampai universitas, hanya bedanya di Universitas pesantren itu kami belajar ekonomi Islam, bukan kontemporer."     

"Ow, gitu lalu bagaimana kamu bisa menyesuaikan diri dengan ekonomi perusahaan yang tidak berdasarkan syariah?"     

"Managemennya sebenarnya tak jauh beda, hanya pada hal-hal tertentu saja, di kantorku sudah 50% berjalan dengan sistem syariah, kami harus pelan-pelan merubah sistem dikantor."     

"Begitukah?"     

"Apa kakak tau, waktu ada krisis moneter dinegara kita ini, banyak lembaga keuangan dan perusahaan gulung tikar, tapi ada satu lembaga keuangan yang bertahan dan tidak terkena imabas krisis tersebut."     

"Apa itu."     

"Lembaga keuangan syariah."     

"Benarkah?"     

"Heem, tanya mbah google kalau ga percaya."     

"Hahahaha... bisa aja kamu."     

Mereka masih asik bercengkrama, ketika terdengar suara perempuan yang tak asing di telingga Rey mengucapkan salam. Rey segera membuka pintu setelah membalas salam dari tamu tersebut.     

"Reyyy... kangen." Jelita merengek dan bergelayut pada lengan kekar Rey.     

"Dasar manja, udah punya suami juga."     

"Suami..ya suami.. Reynald ya Reynald."     

"Hadehhh... dasar lo ayo masuk." Jelita memasuki ruangan dengan tangannya masih bergelayut pada lengan Rey, dalam hati Jelita masih tersimpan sedikit ketakutan terhadap Ronald.     

"Ga usah takut, ada gw.. kak Ronald juga udah jinak kog."     

"Aku denger lho Rey." Kata Ronald menyahut, dan Jelita berganti menatap wajah Ronald.     

"Apa kabar kak Ronald."     

"Alhamdulilah baik."     

"Ayo duduk Jel.." Kata Rey sambil menarik satu kursi di samping ranjang. sedangkan Rey memilih duduk di sisi ranjang yang Ronald tempati.     

"Apa sudah lebih baik?"     

"Sudah kog." Jawab Ronald singkat.     

"Maafkan aku kak, karena aku kakak jadi kayak gini."     

"Aku yang seharusnya minta maaf padamu."     

"Dah serasa lebaran nih, sana sini pada minta maaf." Celetuk Rey.     

"Memangnya salah minta maaf" kata jelita     

"Ya, ga sih.. cuma ya udah lah kalian lupakan aja, yang udah berlalu ya biarlah berlalu, ayo kita memulai dengan hidup yang baru." Jawab Rey     

"Iya, Kapan kak Ronald mulai terapi untuk belajar berjalan?"     

"Mungkin beberapa hari lagi."     

"Oh, yang semangat ya kak, semoga kakak cepet sembuh."     

"Ya, trimakasih Jelita."     

"Rey, hari ini lo jadi kan ikut ama gw ke kantor mas Danil?"     

"Iya, hari ini aku temani kamu, untuk hari ini kantor biar kak Ronald yang pantau dari sini."     

Ronald tersenyum melihat interaksi keduanya, kemudian mengangguk.     

"Kalian pergilah, nanti terlambat."     

"Meeting belum akan selesai, sebelum kami datang."     

"kenapa begitu?"     

"Ada beberapa orang yang ingin menjatuhkan Danil dari posisinya, dan Jelita adalah benteng terakhir Danil jika situasi terus memburuk."     

"Kenapa?"     

"Karena Jelita pemegang saham terbesar kedua setelah Danil."     

"Bukannya pemilik saham terbesar itu adalah pemilik Chandra Corp?"     

"Memangnya selama ini kak Ronald tak tau kalau aku bekerja di Chandra Corp bersama jelita?"     

"Ha?!"     

"Sebelum ibunya Danil meninggal, dia mengalihkan semua saham dan perusahaan Chandra Corp atas nama Jelita Sanjaya."     

"Apa?! Kenapa bisa? berarti Danil tak mengetahui tentang hal ini?"     

Mereka berdua mengelengkan kepalanya, dan Ronald hanya mampu menatap mereka dengan wajah tak percaya, menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan.     

"Ya sudah kalau begitu kalian pergi saja, kasian Danil, aku tahu betul perjuangan dia dalam membangun perusahaan itu, aku juga tak mau dia kehilangan segalanya, apa lagi musuh-musuhnya sangat licik dan jahat, mereka akan menghalalakan berbagai cara untuk menghancurkan Danil."     

"Kakak benar, ayo Jelita kita harus segera berangkat."     

"Baiklah, tapi apa kak Ronald tidak apa jika kami tinggal?"     

"Ga apa-apa Jel, bentar lagi juga mama dateng.."     

"Mama??"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.