aku, kamu, and sex

Pengorbanan 2



Pengorbanan 2

0Rena memeluk tubuh Ronald dengan erat, lelehan air matanya tak mampu ia bending. Ronald membalas pelukan istri kecilnya sama eratnya, sejujurnya ia tak tega meninggalkan istrinya, namun demi ketenangan hidupnya dia harus menyelesaikan urusannya dengan gangster yang telah merampas kebahagiaannya.     

"Kau harus kembali, harus." Ucap Rena dengan nada manja yang sarat isakan.     

"Iya sayang Iya, aku akan segera kembali, untuk mu."     

"Ya, aku percaya."     

Rena mendongak menatap wajah tampan sang suami yang selalu bisa meneduhkan hatinya, membuat tenang saat mendengar suaranya, dan merasa aman ketika disisinya.     

Ronald menunduk menatap mata coklat sayu milik sang istri yang membuatnya selalu terhanyut dalam keteduhannya, Ronald mengakui istrinya memang jauh di bawah usianya, namun Rena mempunyai sisi kedewasaan melebihi umurnya saat ini, mungkin karena kerasnya hidup yang harus menuntut ia harus hidup mandiri dan lebih dewasa dari umurnya.     

"Berapa lama Om pergi?"     

"Mungkin sekitar dua minggu atau satu bulan, aku usahakan untuk mempercepat segalanya, agar kita bisa berkumpul lagi."     

"Iya, jaga diri disana baik-baik, jangan minum minuman beralkohol."     

"Aku sudah lama tidak menyentuh minuman itu sayang, kamu jangan khawatir."     

"Baiklah, aku mencintai mu Om."     

"Aku jauh lebih mencintaimu, gadis kecil yang membuat aku tahu tujuan hidup."     

Ronald menunduk lalu melumat bibir mungil milik Rena yang selalu membuatnya bergelora, membakar jiwanya, Rena membalas lumatan sang suami dengan lembut, dan tak sampai hanya sekedar melumat mereka berlanjut sesi demi sesi percintaan yang panas, walau hampir tiap malam mereka melakukan kegiatan yang menguras eneri namun tak pernah membuat keduanya bosan justru selalu ingin melakukannya lagi dan lagi.     

Di belahan negara lain Matt sedang sibuk di ruang kerjanya ketika sebuah ketukan di pintu terdengar di pendengarannya. Matt sudah tahu siapa yang datang, pasti Molly sahabatnya yang kini tinggal bersamanya.     

"Matt." Sapa Molly.     

"Ada apa Molly?"     

Molly mendekati Matt yang sedang duduk dikursi kerjanya dengan berkas berserakan di meja.     

Molly memeluk Matt dari belakang lalu mencium pipi Matt lembut, "Sepertinya kau sedang sibuk Matt."     

Matt mengangguk lagi balas mengecup pipi Molly. "Kau sudah makan?" Tanya Matt pada Molly.     

"Belum."     

"Ya sudah, ayo kita makan."     

"Tapi aku ingin memakanmu Matt." Matt Terkekeh mendengar Molly merajuk manja di telinganya.     

"Baiklah silahkan, mau bagian yang mana dulu yang kau inginkan untuk disantap, hm?" Ucap Matt dengan senyum mengoda sambil menciumi telinga serta leher jenjang Molly.     

"semua bagian tubuh mu membuat ku lapar Matt." Balas Molly tak kalah sensual.     

Molly lalu duduk di pangkuan Matt dan melahap bibir seksi Matt dengan rakus. Matt membalas sesapan bibir Molly tak kalah rakus, bibir tipis yang hanya dia yang berhasil menikmatinya. Matt percaya itu, karena Molly menjaga diinya dengan baik dan tak pernah tidur dengan laki-laki manapun kecuali dirinya walau dulu sedikitpun Matt tak membalas perasaannya.     

"Kau nakal sekali Molly, kenapa kau tak pakai dalaman, hm? Apa kau sengaja ingin menggodaku?" Ucap Matt disela-sela ciuman mereka.     

"Kalau iya kenapa? Aku memang ingin menggodamu."     

Tubuh Molly melengkung ke belakang saat bibir Matt merangsek masuk ke dalam belahan dadanya, mencium, menjilat dan menghisap dua benda kenyal yang menjadi titik erogenous Molly. Dan Matt selalu tahu dimana letak Molly akan mengeluarkan desahannya, Matt bangkit dari duduknya sambil membawa Molly dalam gendongannya, bahkan bibirnya masih melahap pucuk dada Molly dengan gemas.     

Matt masuk ke dalam kamarnya dan membaringkan tubuh Mollydi atas kasur. Kembali, Matt mencium bibir Molly lebih keras, kemudian beralih ke leher jenjang Molly yang mulus, tangan Molly menarik kaos yang dipakai Matt hingga terlepas dan terpampanglah dada bidang milik Matt yang selalu menggodanya untuk segera ia lahap. Molly mendorong tubuh Matt hingga kini Molly berada diatas tubuh Matt dan langsung menjilat dada bidang Matt dengan sensual, mencium dan menghisap putting Matt dengan gemas. Membuat Matt tak kuasa untuk tidak mengeluarkan desahannya.     

"AAhhhhh…Molly...Mollyy" desah Matt sambil meremas dada Molly, seperti ia sedang bermain squisy.     

"Ahhhh….Mattt…."     

Molly kembali mencium bibir Matt dan tangannya perlahan membuka celana yang dipakai Matt, dan menurunkannya menggunakan kedua kaki jenjangnya, Molly menurunkan ciumannya kembali menyusuri dada bidang Matt, mengecupnya dan member banyak tanda merah di berbagai bagian tubuh Matt.     

Ciuman Molly turun ke bawah hingga mencapai benda pusaka kesukaan Molly.     

Segera Molly melahap benda pusaka Matt dengan rakus, menjilat menghisap dan memainkan benda itu sesuka hatinya.     

"Molly, kau pandai menyenangkan aku sayang." Ucap Matt dengan suara parau.     

Molly terus melancarkan aksinya hingga hingga Matt memuncratkan cairan kental putih di mulut Molly.     

"Kau nakal Molly."     

"Dan kau senang dengan kenakalanku Matt."     

"Tentu saja."     

Matt menarik tubuh Molly kemudian kembali mencium bibir tipis Molly lalu turun ke lehernya dengan meninggalkan beberapa tanda merah disana, Matt melanjutkan lagi cumbuannya di dada kenyal Molly yang memang berukuran besar, serta tubuh Molly yang indah dengan pinggul besar dan pantat menonjol membuat Matt semakin terselut birahi.     

Benda pusaka dibawah sana sudah kembali tegak, dan ingin segera memasuki sarangnya, namun Matt masih ingin merasakan kemolekan tubuh Molly, walau sudah berulang kali mereka melakukannya nyatanyab membuat Matt selalu ketagihan dan ingin merasakan lagi dan lagi tubuh seksi Molly.     

"Mattt….."Desah Molly saat bibir Matt mengulum puncak dadanya, dan satu tangannya bermain di area penting diantara dua paha dibawah sana, mengaduk-aduk benda kecil yang menjadi spot kenikmatan Molly.     

"Ahhhhhhh….Matttt, akuh…aku….mau…"     

"Keluarkan sayang." Ujar Matt yang justru mempercepat gerakan jarinya di benda mungil Molly, sedangkan bibirnya masih setia menikmati dua gunung kembar Molly secara bergantian.     

"Maattttt ahhhhhhhhhhh…." Molly mendapatkan pelepasan pertamanya, namun Matt tak berhenti disitu saja, bibirnya kembali mencium dada molly dan turun ke perut serta ke bagian paling sensitive yang dimiliki oleh Molly, Matt mencium du bibir bawah milik Molly menghisapnya perlahan kemudian melahap benda kecil yang tadi ia mainkan dengan jari.     

"Mattttttt, Aouugggghhh ahhhhhhh….. ahhhhhh…. Terus Mattt." Molly terus mendesah nikmat atas serangan yang diberikan oleh Matt, dua jarinya ia susupkan di lubang surgawi Molly menambah erangan yang panjang keluar dari bibir tipis perempuan itu.     

"AAAaaaaaaaagggggghhhhh." Kembali Molly mendapatkan pelepasannya, kali ini Matt berhenti sejenak sambil memperhatilkan wajah dan tubuh Molly yang sudah bersimbah peluh kenikmatan, tak lama kemudian. JLEB! Benda pusaka milik Matt berhasil kembali mendarat di sarangnya, memaju mundurkan benda itu dengan tempo sedang, kedua kaki Molly ia angkat ke atas bahunya membuat Matt semakin dalam memasukkan kejantanannya ke dalam lubang surgawi Molly.     

"Agghhhh…Molly kau nikmat sayang….kau selalu membuatku gila…" lenguh Matt di sela-sela gerakan pingulnya yang semakin lama semakin cepat, jari Matt kembali bermain di benda mungil milik Molly, membuat Molly semakin melenguh karena mendapat dua kenikmatan sekaligus. Dan tak lama keduanya mencapai puncak kenikmatan.     

Matt mencium bibir Molly dan juga keningnya.     

"Aku mencintaimu Matt."     

"Aku menyayangi mu Molly."     

Keduanya berpelukan sambil tersenyum satu sama lain, bahkan Matt berulang kali mencium pucuk kepala Molly, entah karena apa, rasa bersalahkah atau apa Matt pun tak tahu. Jauh dilubuk hatinya, masih terpaut pada sosok Arlita, namun sisi hati lainnya selalu tak mampu untuk mengecewakan Molly, walau kenyataannya dia telah mengecewakan Molly dengan belum bisa sepenuhnya mencintai gadis itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.