aku, kamu, and sex

Selena 1



Selena 1

0Hari ini Tuan Handoko berangkat ke kantor dengan ditemani oleh Ronald, Rena dan Selena. Mereka berjalan menyusuri mesin-mesin besar yang sedang beroperasi membuat makanan cepat saji. Rena melihat mesin-mesin itu dengan antusias, sedangkan Tuan Handoko dan Ronald sibuk dengan laporan ditangan mereka sambil melihat proses produks.     

"Ayah, sepertinya ada masalah pada bahan baku yang baru saja datang." Ucap Selena yang mengagetkan Robald dan ayahnya karena mereka masih sibuk menyamakan persepsi tentang kelanjutan pabrik tersebut.     

"maksud kamu?" Tanya Ronald.     

"Ayo kita cek, tadi sekilas aku melihat gandum yang datang bukan gandum yang kita pesan, antara laporan pembelian bahan baku dan barang yang datang tidak sama, aku tahu betul jenis semua gandum." Ucap Selena sambil mengajak mereka melangkah dengan lebih cepat.     

Mau tak mau Tuan Handoko, Rena dan Ronald berjalan mengikuti langkah Selena ke arah gudang dan melihat ada mobil yang sedang membongkar muatan yang berisi gandum.     

"Tunggu!" Ucap Selena pada pekerja yang mengangkat karung berisi gandum.     

Selena langsung membuka isi karung itu dan mengecek kualitasnya. "Ini kualitasnya tidak terlalu bagus ayah, ini tidak sesuai dengan invoice."     

Tuan Handoko kemudian mendekati Selena, dan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh Selena, seketika Tuan Handoko terbelalak dan menatap selena, "Kamu benar Selena."     

"Pisangkan barang-barang yang baru datang, dan jangan digunakan." Perintah Tuan handoko pada kepala operasional pabrik, yang langsung menyampaikan pada pekerja lainnya tentang perintah tuan Handoko.     

Tuan Handoko melangkah ke kantornya dengan langkah tergesa diikuti Selena, Ronald dan Rena.     

"Pesan ulang bahan baku dengan kualitas terbaik." Ucap Tuan Handoko pada manager operational. Sang manager langsung mengangguk dan melakukan perintah Tuan Handoko.     

"Ini pasti kelakuan para koruptor itu, mereka telah membeli bahan baku dengan kualitas buruk, sedangkan di laporan mereka tertulis kualitas terbaik, Pantas saja kualitas produksi kita menjadi menurun, untung saja mereka sudah kita pecat." Ucap Tuan Handoko sambil terus berjalan ke kantornya.     

"Selena bagaimana kau tahu jika bahan baku itu bukan kualitas terbaik, kau bahkan tak perlu mengecek lebih detail hanya dengan sekali lihat tadi."     

"Aku sudah bilang, aku punya lahan gandum, tentu saja aku tahu mana kualitas yang bagus dan tidak." Ucap Selena sambil menatap Ronald.     

"Kak selena luar biasa, aku juga ingin ahli dalam tanam menanan." Ucap Rena.     

"Bagus sekali, Rena. Suatu saat kita bisa bekerja sama." Tandas selena sambil tersenyum pada Rena.     

"Ayah sangat beruntung karena mempunyai asisten yang pandai." Ucap Ronald memuji kemampuan selena dalam urusan pabrik dan juga tentang analisa pembukuan.     

"Ayah juga tidak mengira jika Selena cakap dalam mengelola perusahaan." Ucap Tuan Handoko.     

"Sepertinya hanya Rena yang tidak suka mengelola perusahaan." Ucap Rena sambil mengerutkan dahi.     

"Kau terlahir dari keluarga pengusaha, aku yakin kepandaian mengelola usaha dari orang tuamu menurun padamu, hanya saatnya saja belum datang, tapi ayah bangga sama kamu Rena, kamu bisa hidup sendiri dengan baik, tidak manja, dan juga cekatan, kamu bisa mengelola toko bunga dan kebun bungamu dengan baik, itu sudah salah satu contoh jika kamu pandai mengelola bisnis dengna baik pula." Ujar Tuan Handoko pada menantunya.     

"Tapi Rena tak tertarik dengan urusan bisnis yang ribet seperti ayah, aku lebih suka mengurus kebun bungaku, itu saja."     

"Kau harus menanam bunga yang banyak di rumah ayah, suatu saat jika ayah punya cucu, ayah akan berhenti bekerja, dan tinggal di rumah sambil menyiram tanaman dan menjaga cucu ayah, itu impian ayah." Ucap Tuan Handoko pada Rena dan Ronald sambil menatapnya secara bergantian.     

"Nanti Rena kasih cucu yang banyak untuk ayah." Ucap Rena sambil memeluk Tuan Handoko yang sedang duduk di kursi kerjanya, Tuan Handoko menepuk lengan sang menantu dengan sayang, sambil tersenyum.     

Lagi, Selena merasa sedih melihat bagaimana Rena yang selalu bisa memberikan kasih sayang dan di beri kasih sayang oleh keluarganya.     

"Selena." Tegur Ronald yang melihat air mata Selena tiba-tiba menetes melihat kedekatan Rena dan Tuan Handoko.     

"Maaf, aku…aku…" Jawab Selena gugup.     

Rena melepas pelukannya pada Tuan Handoko dan berjalan kea rah selena yang duduk di depan Tuan Handoko bersama Ronald.     

Selena memeluk Selena dari belakang dengan tangannya yang mengalung di atas dada Selena, kepalanya Ia susup kan di ceruk leher Selena, Sontak tangisan Selena semakin menjadi. Kemudian Selena memutar kursinya hingga berhadapan dengan Rena. Selena kembali memeluk pingang Rena yang berdiri di depannya.     

Rena hanya menepuk pungung Selena dan tak mengucapkan sepatah katapun. Matanya terarah pada Ronald dan Tuan Handoko yang diam membisu dan hanya saling tatap.     

Setelah tangisannya mereda Ronald memberikan tisu yang ia ambil dari atas meja kerja sang ayah pada Selena, perlahan Selena mengatur nafasnya dan mulai bercerita.     

"maaf kan aku." Ucap Selena sambil menunduk.     

"Aku hanya iri dengan Rena yang mempunyai keluarga seperti kalian, aku tak pernah mendapatkan kasih sayang dari orang tuaku, apa lagi ayahku, itu sebabnya aku tidak banyak mempunyai teman baik laki-laki maupun perempuan."     

Suasana Hening sejenak, kemudiann Ronald berucap, "Kau bahkan memanggil ayahku sebagai ayah, bagaimana bisa kau bilang kau tidak punya keluarga seperti Rena, kau mempunyai kami Selena."     

"Benarkah?" Tanya Selena, kemudian menatap kea rah Tuan Handoko yang tersenyum kepadanya.     

"Jangan bersedih, terlepas kau adalah anak Diego Santez yang telah menghancurkan keluargaku, tapi kau juga seorang hamba Allah yang wajib disayang oleh sesamanya, termasuk kami."     

"Terimakasih, terimakasih ayah, Ronald, dan kau Rena Terimakasih."     

"Sudah jangan bersedih lagi, sekarang kita makan diluar saja, lama sekali ayah tidak makan di restoran favorit ayah." Ujar Tuan Handoko yang langsung bangkit dari duduknya dan berjalan lebih dahulu di ikuti ooleh Selena yang langsung mengandeng lengan Tuan Handoko, Ronald dan Rena hanya saling pandang dan kemudian tersenyum lalu mengikuti langkah ayah dan Selena.     

Ronald dan sang ayah menggunakan dua mobil yang berbeda, Ronald bersama Rena sedangkan sang ayah bersama selena dan satu sopir, serta Arya yang datang menjemput bosnya.     

"Om, ehm…kayaknya Selena cinta sama ayah deh." Ucap Rena sambil melambangkan hati dengan kedua tangannya. Ronald tertawa kecil kemudian mengacak poni istri kecilnya.     

"Kamu ada-ada aja ah."     

"Ih serius lho sayangku." Goda Rena sambil memainkan kedua alisnya.     

Ronald terbahak melihat kelucuan Rena, "Oke, kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"     

"Aku ini perempuan, yang juga mencintai laki-laki yang lebih tua dari aku, jadi aku paham betul dari sikap Selena pada ayah, di rumah dengan telaten Selena melayani ayah, mulai dari mengambilkan makan, menyiapkan Koran pagi, sarapan, dan baju kerja ayah."     

"Masa? Bukannya tadi baju kerja ayah kamu yang siapkan."     

"Niatnya gitu, tapi saat mau antar baju ke kamar ayah, Selena telah lebih dulu keluar dari kamar ayah dan ternyata Rena sudah melihat baju untuk kerja ayah hari ini tergeletak di ranjang."     

"Wow."     

"Jadi?"     

"Menurutmu bagaimana?" Tanya Ronald pada istri kecilnya.     

"Biarkan saja mereka, itu lebih baik untuk ayah dan Selena. Aku yakin Selena akan bisa merawat ayah dengan baik."     

"Dan akan segera menjadi nenenk-nenek jika kita punya anak nanti."     

"Resiko."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.