aku, kamu, and sex

Perjuangan 6



Perjuangan 6

0"Maksud kamu apa Selena?"     

"Jadikan aku sandra mu ayah, aku akan memberikan nomor telpon ayahku padamu, aku yakin jika itu kau yang menculikku, dia akan keluar dari persembunyiannya, apa lagi saat ini perusahaan ayahku sedang tidak baik."     

"Dari mana kamu tahu tentang itu, Selena? Padahal kau selama ini di culik dan tinggal di rumah kami." Tanya Tuan Handoko penuh rasa ingin tahu pada Selena.     

"Aku meminta Jelita untuk membantuku melihat kondisi perusahaan ayahku saat ini, dan aku dibantu oleh Jelita untuk menganalisanya." Terang Selena sambil menatap lembut ke dalam mata Tuan Handoko yang sedang menatapnya tajam.     

"Sebenarnya apa maumu Selena?"     

"Aku ingin menghancurkan ayahku, supaya dia tahu apa artinya diriku untuknya."     

"Aku tidak mengerti Selena?"     

"sejak ibuku meninggal aku seolah tak dianggap anak oleh ayahku, padahal aku ini anak kandung satu-satunya yang ia miliki, tak pernah aku merasakan duduk berdua dengan ayahku sekedar untuk menikmati makan malam atau sarapan, tak pernah aku merasakan bagaimana rasanya liburan dengan ayahku, bahkan aku ingin sekali mancing ikan di danau dengan ayahku dari aku kecil, tapi semua hanya angan belaka, dan tak pernah terwujud."     

Selena menarik nafas panjang lalu matanya menerang jauh saat ia masih kecil, masa-masa ingin dimanja dan diperhatikan oleh ayahnya.     

"Bagaimana kalau besok sepulang dari kantor kita mincing, ada danau yang indah dan lokasinya tak jauh dari kantor, apa kau mau?"     

"Ini undangan berkencan atau undangan liburan ayah?" Tanya Selena sambil menggoda Tuan Handoko yang sedang tersenyum ke arahnya.     

"Mana yang belum pernah kau lakukan?" Tanya tuan Handoko sambil tersenyum lebar.     

"Dua-duanya, aku tidak pernah tertarik dengan laki-laki sebaya denganku, bagiku mereka terlalu kekanak-kanakan dan hanya mementingkan sex saja, itu sebabnya aku tidak pernah berkencan, lebih tepatnya belum pernah, kalau liburan? Aku belum pernah liburan dengan ayahku, selama ini aku hanya pergi dengan teman-temanku saja." Kata Selena sambil tersenyum dan matanya menatap bintang-bintang jauh diatas sana.     

"Benarkah? Ehm_kalau begitu mana yang lebih asik kau lakukan denganku? Berkencan dengan tua Bangka sepertiku atau berlibur dengan ayah mu ini?"     

"Bagaimana kalau dua-duanya? Bagaimana kalau kita sekaligus bawa tenda saja, sepertinya asik." Ujar Selena dengan mata yang berbinar.     

"Baiklah, asal besok kau cepat menyelesaikan tugasmu, maka ayah tak keberatan kau ajak camping." Ucap Tuan Sanjaya sambil tersenyum lebar. Selena tersenyum lebar dan menghambur kepelukan Tuan Handoko yang terkejut dengan tindakan Selena.     

CUP     

CUP     

"Terimakasih ayah, aku janji akan menyelesaikan tugasku dengan baik dan secepatnya selesai." Ucap Selena dengan wajah gembira, Sedangkan Tuan Handoko hanya tersenyum dan mengangguk karena terkejut dengan tindakan selena yang tiba-tiba memeluk dan mencium pipinya.     

Perbuatan Selena mengingatkan ia pada mendiang istriinya, dia akan melompat kegirangan dan memeluknya lalu mencium pipinya berulang-ulang jika Tuan handoko mengabulkan apa yang dia inginkan.     

"Aku balik kekamar dulu ayah, aku menyayangimu, selamat malam ayah." Kata Selena sambil mengurai pelukannya dan berjalan cepat untuk keluar dari kamar Tuan Handoko.     

Tuan Handoko masih terdiam di tempat karena masih mengingat apa yang dilakukan oleh Selena, ini berbeda jika yang melakukannya adalah Jelita, dia tak akan merasakan debaran di jantungnya, tapi sewaktu Selena yang melakukannya dia merasa debaran di jantungnya kian cepat.     

Tanpa Tuan Handoko ketahui Selena menyandarkan tubuhnya di luar pintu kamar tUan Handoko, Selena menyandarkan tubuhnya dipintu sambil memegang dadanya berdetak lebih cepat, ia tak menyangka jika ia sebahagia itu ketika Tuan Handoko mengabulkan keinginannya, dan dia sengaja mencium pipi Tuan Handoko karena sejak pertama bertemu dengan pria tua itu dia gemas ingin mencium pipi sang dewa penolongnya.     

Setelah beberapa menit, Selena berjalan cepat menuju ke kamarnya, dan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Selena memegang bibirnya yang telah dengan lancang mencium laki-laki yang menganggapnya dirinya sebagai anaknya sendiri.     

Selena tak perduli dengan apa yang dipikirkan Tuan Handoko jika mengetahui apa yang ia rasakan pada pria itu adalah perasaan cinta seorang gadis kepada laki-laki dewasa, dia juga tak kan peduli dengan tanggapan sang ayah jika mengetahui dia mencintai Tuan Handoko, dan memimpikan setiap malam tidur dalam dekapan pria tua itu.     

Selena selalu merasa nyaman setiap kali berdekatan dengan Tuan Handoko, sikapnya yang ramah dan selalu hangat pada siapapun membuat dia selalu terpesona setiap melihat Senyum Tua Tuan Handoko, bahkan usianya yang sudah tak muda lagi tak membuat kulit dan ototnya kendur, Tuan Handoko masih memiliki tubuh yang tegap dan kekar, itu juga yang membuat Selena menyukai tampilannya jika sedang mengenakan kemeja atau jas, Tuan Handoko terlihat begitu tampan.     

Selena mencoba untuk memejamkan matanya tapi tak bisa, akhirnya ia membuka ponsel yang diberikan oleh Jelita untuk membaca berita-berita di berbagai negara, salah satunya adalah negaranya, dan perusahaan ayahnya. Selena tersenyum smirk membaca berita tentang keadaan perusahaan kingdom crush.     

Di kamarnya Tuan Handoko menatap wajah istrinya di layar ponsel yang ia pegang, kemudian mengecupnya pelan.     

"Sayang, apa aku telah menghianatimu?" Gumam Tuan Handoko pada foto istrinya.     

"Aku tak ingin menikah lagi, cukup sekali aku menikahi seorang gadis dan itu kamu."     

"Sayang anak kita sudah menikah dua-duanya, dan aku bahagia, apa lagi setelah ada Selena dia selalu membantu pekerjaanku, memakai jilbab setiap kali keluar dari rumah kita ini, walau kenyataannya dia bukanlah seorang muslim."     

"Sayang, apa kau marah jika besok aku pergi berkencan dengannya? Sebenarnya aku trenyuh dengan apa yang dia ceritakan, seorang anak yang tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, dan lebih parah lagi ayahnya itu adalah sahabat baik kita, kamu masih ingat Diego santez?"     

"Ya, dia sahabat kita tapi juga musuhkita, jika benar jika yang menculik Ronald adalah dia. Apa kamu tahu diego ternyata selama ini dia di negara C, pantas saja kita tak pernah bertemu dengannya, dan sulit sekali di temukan."     

Tuan Sanjaya masih saja bergumam mencurahkan segala isi hatinya pada sang istri walau hanya lewat sebuah foto, hingga tak sadar ia tertidur di atas kursi balkon kamarnya, Selena yang hendak mengambil air minum tiba-tiba tergerak hatinya untuk melihat apa yang sedang di lakukan oleh Tuan Handoko, namun kemudian ia mengeleng saat menemuka Tuan Handoko sedang tertidur dengan pulas diatas kursi yang sedari tadi ia duduki.     

"Kau tua, tapi wajahmu masih sangat tampan, dan tubuh ini sangat kekar." Gumam Selena sambil meneliti setiap lekuk wajah Tuan Handoko, kemudian ia tersenyum lalu melangkah menuju ranjang tuan Handoko untuk mengambil selimut, lalu ia menyelimuti tubuh Tuan Handoko yang tertidur di kursi tanpa niat membangunkannya.     

"Selamat tidur ayah, aku menyayangimu." Ucap Selena lalu melangkah pergi keluar kamar tuan Handoko dan menutup pintu kamarnya dengan pelan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.