aku, kamu, and sex

Sebuah awal



Sebuah awal

2Rena memeluk tubuh suaminya erat, seperti halnya Selena, Renapun menumpahkan segala kerinduan pada suaminya dengan memeluknya erat dan mencumbu wajah laki-laki tampan yang menjadi suaminya. Ronald menikmati perlakuan istrinya sambil satu tangannya sibuk mengendalikan laju mobil yang ia kendarai.     

Ronald dan Rena menuju ke sebuah rumah mewah milik Tuan Richard yang kini sebagian asetnya telah berganti nama menjadi Rena Zakariya Mahendra.     

Richard membagi seluruh harta yang dia miliki dengan adil untuk Danil dan Rena, namun satu hal yang Rena tolak yaitu perusahaan. Rena tak mau mengurusi perusahaan itu akhirnya semua perusahaan milik Richard diserahkan pada Danil, dan sebagai gantinya Rena mengambil asset berupa pulau dan lahan serta property milik Richard. Danil pun tak keberatan dengan hal itu, walau suatu hari nanti adiknya ingin mengelola perusahaan maka ia dengan senang hati memberikan salah satu perusahaan miliknya.     

Satu hal yang selalu di katakana Danil pada Rena, agar tidak menjadi kan harta sebagai dasar sebuah hubungan, ada yang lebih kuat untuk mendasari itu semua, yaitu rasa sayang dan cinta kasih kakak dan adik.     

Rena bersyukur mempunyai kakak yang sangat menyayanginya, dan dia akan mengingat apa yang diucapkan kakaknya, tidak akan ada permusuhan karena sebab harta diantara mereka, dan Rena akan memastikan tidak aka nada permusuhan karena sebab yang lain antara dirinya dan Danil.     

Danil adalah kakaknya dan dia adalah adiknya. FIX hanya itu, harta akan bisa dengan mudah pergi, tapi persaudaraan akan kekal walau maut memisahkan mereka.     

"Rena, aku tak kan bisa menyetir dengan baik jika kau begini terus, hmm?" Ujar Ronald yang merasakan tangan Rena sudah mulai menjalar ke area yang dapat membuat Ronald kehilangan kesadarannya.     

"Masih lama ya kita nyampeknya?" Tanya Rena sambil terus menciumi pipi Ronald.     

"Sebentar lagi sampai."Ujar Ronald mengecup jemari Rena.     

"Aldo sudah sampai?"     

"Tentunya."     

"Aku rindu padamu, calon ayah dari anak-anakku." Ucap Rena sambil bersandar di bahu Ronald.     

Ronald terkekeh, "Calon ibu dari anak-anakku, sedang merajuk rupanya."     

"Tentu saja, apa kau tidak tahu sejak kau pergi aku jadi sulit tidur."     

"Aku tahu itu." Ronald tertawa lalu mencium kening istrinya sekilas.     

Tak lama mobil yang mereka kendarai sampai di sebuah rumah mewah, mobil yang dikendarai Aldo bersama anak buah Richard yang menjaga asset Richard di negara C, telah terparkir dihalaman rumah itu.     

Rena membetulkan baju yang ia kenakan, lalu turun dari mobil setelah pintu terbuka dari luar ulah seorang asisten rumah tangga di rumah mewah itu.     

"Selamat datang, nona." Sapa maid yang sudah berjajar di sepanjang pintu rumah mewah itu.     

Rena mengangguk kemudian mulai melangkah masuk ke dalam rumah bersama dengan Ronald. Didalam rumah sudah menunggu Aldo dan beberapa orang kepercayaan Ricard.     

"Selamat datang nona Rena, dan Tuan Ronald." Salah satu dari orang kepercayaan mereka mengawali pembicaraan.     

Lalu Ronald mendengarkan dengan seksama apa saja asset yang ada di negara ini milik Richard yang diganti nama menggunakan nama istrinya.     

Rupanya Richard adalah seorang pengusaha pertambangan dinegara itu, pantas saja dia dengan mudah lolos selama ini karena memang pengaruhnya dengan Diego Santez di negara ini tak jauh berbeda, namun Richard tidak punya bisnis haram di negara ini, justru bisnis haramnya semua berada di negara mereka, itupun semua telah dihancurkan habis oleh Ronald.     

Setelah mengurus semua urusan tentang harta milik Richard serta melihat laporan perkembangan usahanya, Ronald mengajak Rena menuju ke kamar yang sudah disiapkan untuk mereka.     

"Ini yang membuatku malas untuk berurusan dengan perusahaan, semua membuat kepalaku pusing, dan tak karuan." Ujar Rena sambil membanting tubuhnya ke atas kasur.     

Ronald terkekeh, lalu ikut merebahkan tubuhnya di atas tubuh mungil Rena yang terlentang. Ronald mengesek-gesekkan hidungnya ke hidung Rena, membuat Rena kegelian dan menoleh ke kanan kekiri, karena gerakan Ronald yang semakin lama semakin cepat dan tak tentu arah.     

Hidung Ronald bahkan kini mengendus leher jenjang Rena lalu perlahan menjilat are di samping telingga istrinya, membuat Rena mendesah nikmat. Ronald mengulang aksinya di leher sang istri lalu mengigit kecil dan meninggalkan bekas kemerahan.     

Ronald tak berhenti di situ, bibirnya kini bergerilya menyusuri setiap inci leher sang istri di sertai desahan yang makin membuatnya tak dapat menghentikan aksinya.     

Puas dengan cumbuan di leher, Ronald melumat bibir mungil yang menjadi candunya itu dengan lembut.     

"Inilah susahnya kalau hati telah terpaut cinta, hidup akan hampa jika sehari saja tak berjumpa, yang ada hanya rindu dan rindu." Ucap Ronald saat member jeda untuk istrinya menghirup udara.     

Rena tak menjawab namun kedua tangannya mengalung dengan indah di leher sang suami yang perlahan menurunkan bibirnya, lalu kedua bibir itu mulai melumat dan menghisap dengan intens. Rindu yang beberapa hari ini mereka rasakan terbayar dengan kemesraan dan kehangatan pertemuan dua bibir dan tubuh yang saling member rangsangan untuk memuaskan satu dengan yang lain.     

Lidah Ronald menjilat area dada sang istri yang entah sejak kapan telah terlepas dari sarangnya, hingga kini kedua tubuh yang sedang saling memuaskan itu tak terbalut sehelai benangpun.     

Ronald begitu memuja tubuh istrinya, yang memang seksi dan molek. Setiap inci tak ada satupun yang terlewat dari belaian tak sapuan lidah Ronald, yang membuat Rena melenguh nikmat, merasakan senses yang beberapa hari ini ia rindukan.     

Ia tak dapat menjamin jika setelah ini Ia bisa berada jauh dari suaminya, setiap hari tubuh ini yang ia rindukan, bibir ini yang selalu imgin dia sesap.     

Ronald membelai area sensitive dibawah sana dengan sapuan lidah handalnya, lagi-lagi Rena harus melenguh dan mendesah lebih keras karena perbuatan suaminya. Untung saja ruangan ini berukuran sangat luas dan kedap suara, jadi mereka tak takut suara desahan mereka akan terdengar hingga keluar.     

"Ommmm…egghhhh….hhhhhh" Rena merasakan kenikmatan yang membuat Ia lupa akan segalanya, dan Ronald tersenyum senang, kini ia bangkit dan mengarahkan benda pusakanya yang sudah menegak angkuh ingin segera masuk ke dalam sarangnya.     

Dan tak perlu menunggu lama, Ronald langsung…JLEEEBBB!! "Ahhhhhhhh" Desahan dari Ronald dan Rena saat benda itu masuk menyusuri lorong sempit menuju ke surge dunia yang telah menanti.     

"Baru beberapa hari saja tak kumasuki, kenapa jadi bertambah sempit, sayaaaanngggg." Ucap Ronald sambil memejamkan mata merasakan jepitan milik Rena yang selalu berhasil membuatnya menggila.     

"Punya Om, yang bertambah besar, membuat milik Rena menjadi sesak." Balas Rena sambil mengatur nafasnya yang memburu karena kenikmatan yang mendera.     

Ronald terkekeh, lalu mulai mengerakkan pinggulnya dengan tempo sedang, namun desahan Rena membuanya semakin menggila dan mempercepat tempo gerakannya, Rena kembali mendesah panjang saat mendapatkan pelepasannya lagi, Ronald tak member jeda pada istrinya, ia terus mengempur lubang sempit yang berkedut nikmat, hingga setelah Rena beberapa kali merasakan kepuasannya, Ronald baru menyusul menyemburkan lava putih di dalam rahim istrinya.     

Ronald memeluk tubuh Rena yang masih terengah, lal mengecp dahinya. Memakaikan selimut untuk mereka berdua, lalu akhirnya tertidur dengan saling berpelukan, merasakan hangatnya cinta dan kasih sayang yang membuncah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.