aku, kamu, and sex

Missing



Missing

1JANGAN DIBUKA LAGI YA GUYS KARENA BELUM BISA UPDATES KARENA MEMANG LAGI SIBUK BANGET.     

Berulang kali Jelita menatap jam di dinding sambil tangannya saling meremas gelisah, karena Jhonatan yang tak kunjung tiba di rumah.     

"Telpon aja sih, Bun." Kata Yola yang sedang menonton Tv bersama Ramond.     

"Atau biar aku jemput aja bunda." Kata Ramond.     

"Bunda udah telpon Jhonatan tapi ponselnya ga aktif." Jawab Jelita dengan wajah cemas dan berjalan mondar mandir di dekat ruang TV sambil sesekali matanya menatap kearah pintu.     

"Tadi kan pulang bareng sama Lala, kenapa ga telpon ke rumah kita yang ditempati Lala Bun?" Kata Yola pada Jelita, ibunya.     

"Kamu benar juga, Yol." Jelita langsung menekan nomor telpon rumah yang lama, lalu tak berapa lama telpon itu tersambung.     

"Assalamualaikum." Sapa Jelita saat telpon itu terangkat.     

"Waalaikumsalam." Jawab BU Ranti.     

"Maaf menggangu, apa ini ibunya Lala?" Tanya jelita.     

"Iya benar, maaf saya bicara dengan siapa ya, Bu?" Tanya Bu Ranti sopan.     

"Saya Jelita, ibunda Jhonatan, Maaf Bu, apa Lala sudah pulang? Karena kata Yola tadi Jhonatan pulang bersama Lala, tapi hingga jam segini dia belum sampai rumah, dan ponselnya mati."     

"Oh, iya bu. Tadi Jhonatan berada di sini, mereka pulang jalan kaki karena tidak ada angkot yang lewat, tapi baru saja diantar pulang oleh Lala dengan naik sepeda." Kata Bu Ranti. Jelita disebrang telpon mengelus dadanya bersyukur karena ternyata tidak terjadi sesuatu pada anak laki-lakinya.     

"Ya sudah kalau begitu, maaf sudah menganggu, Assalamualaikum."     

"Tidak apa-apa Bu, waalaikumsalam." Jelita menutup telponya, lalu menaruh kembali ponselnya kedalam kantung baju.     

"Jhonatan sedang perjalanan pulang, bersama Lala naik sepeda." Ujar jelita sambil tersenyum.     

"Ha!! Naik sepeda?" Yola menatap Jelita dengan wajah melongo.     

"Apa mereka sedekat itu disekolah?" Tanya Jelita pada Yola, lalu Yola mengeleng.     

"Setahuku, abang itu dari dulu lebih dekat sama Silvia dan baru rengang setelah ada kasus kemarin, tapi tadi pagi semuanya sudah baikan."     

Jelita terdiam, otaknya berpikir keras, mengingat apa yang Jhonatan katakana padanya kemarin. "lalu kenapa sekarang pulang bareng Lala?"     

"Entah. Tapi setahu Yola, dari dulu abang paling ga suka kalau lihat Lala di jahili teman, atau kesusahan."     

"Benarkah?"     

"Hooh."     

"Assalamualaikum, Bunda." Sapa Jhonatan dengan langkah riang sambil berjalan masuk ke dalam rumah, di ikuti Lala yang berjalan di belakangnya sambil menunduk.     

Jelita tersenyum senang, saat melihat anak laki-lakinya pulang dalam keadaan selamat.     

"Waalaikumsalam, sayang." Jelita tersenyum lebar saat melihat ada Lala di belakang putranya.     

"Bunda kenalin, ini yang namanya Lala."     

"Lala, Tante." Kata Lala lalu mencium pungung tangan Jelita.     

"Manisnya." Ujar Jelita sambil menatap Lala dengan mata berbinar.     

"Oh, ada Lala rupanya." Kata Danil yang baru muncul dari ruang tamu.     

"Kok ga ucapin salam sih Yah." Protes Jelita.     

"Kamu saja yang tak dengar, karena ada tamu gadis semanis ini." Kata danil lalu mengecup kening Jelita dengan sayang, Lala hanya menunduk melihat keharmonisan keluarga Jhonatan.     

"Duduk, La." Ajak Yola sambil menepuk sofa kosong di sampingnya. Lala mendekati Yola, lalu duduk di sampingnya. Sedangkan Jhonatan sudah lari kekamarnya untuk membersihkan diri, begitu juga dengan Danil dan Jelita yang masuk ke kamar mereka.     

"Tadi kalian jalan kaki?"     

"Iya, habisnya ga ada angkot lewat."     

"Oh gitu."     

"Kakak ke kamar dulu ya, mau siap-siap ke masjid." Kata Ramond yang mendapat anggukan dari Lala dan Yola.     

"Kak Ramond itu juga kakak kalian?" Tanya Lala.     

"Bukan, kak Ramond itu anaknya Tanteku tapi dia lebih suka tinggal disini, kalau enggak tinggal bersama Opa dan Oma."     

"Oh, kita ke kamarku yuk. Bentar lagi Kak Ramond, ayah sama abang mau ke masjid, sholat berjamah, kita sholat di rumah sama bunda."     

"Tapi aku lagi ga sholat."     

"Oh, ya udah kalau gitu kamu tunggu di kamarku aja, aku mau sholat jamaah sama bunda."     

"Baiklah."     

Seperti yang dikatakan Yola, Jhonatan, Ramond serta ayahnya berangkat ke masjid yang tak jauh dari rumah mereka untuk sholat berjamaah, sedangkan Jelita dan Yola sholat jamaah di rumah. Lala dengan santai berdiam di kamar Yola sambil membaca buku di sofa kamar Yola.     

Tak berapa lama, Yola masuk ke kamar setelah melakukan sholat maghrib berjamaah bersama Jelita.     

"La, turun yuk, kita makan malam bareng."     

"Iya." Lala langsung mengikuti langkah Yola untuk pergi ke ruang makan, ternyata disana sudah menunggu Danil, Ramond dan Jhonatan yang masih menggunakan sarung dan peci, sedangkan koko sudah mereka lepas dan dig anti dengan kaos oblong pendek.     

Baru kali ini Lala melihat tampilan lain seorang Jhonatan. Menggunakan sarung dan peci membuat ketampanan Jhonatan berkali-kali lipat bertambah.     

"Duduk, La." Kata Yola sambil menarik satu kursi untuk Lala disampingnya.     

"terimakasih." Ucap Lala, lalu duduk dengan kedua tangan berada di pangkuan dengan jemari yang saling bertaut.     

"Katanya tadi jalan kaki apa itu benar, La?" Tanya Danil.     

"Iya, om. karena tidak ada angkot yang lewat, taksi pun tidak ada." Jawab Lala.     

"Dikejar anjing lagi tadi kita, yah." Adu Jhonatan, seketika semua orang menatap Jhonatan lalu tertawa lebar.     

"Beneran, La?" Tanya Yola. Dan Yola mengangguk. Mereka serempak ketawa terbahak, apa lagi setelah Lala menceritakan kronologisnya.     

"Untung saja, kalian sudah makan bakso, jadi ada tenagan untuk lari." Ujar Ramond sambil menetralkan deru nafasnya karena lelah tertawa.     

"Ya udah, besok kamu bareng Jhonatan atau Yola saja, La." Kata Jelita.     

"Makasih Tante, tapi sepeda saya sudah dibetulkan oleh ayah, jadi besok bisa naik sepeda, lagipula rumah yang sekarang kan tidak terlalu jauh dari sekolah." Ujar Lala.     

"Iya, besokaku juga mau naik sepeda saja, Yah. Biar lebih sehat." Kata Jhonatan, danil menghentikan makannya lalau menatap Jhonatan yang msih makan dengan lahap, begitu pula dengan Jelita, sedangkan Ramond hanya geleng-geleng kepala karena tahu Jhonatan mungkin menyukai Lala, hanya dia tidak menyadari dengan perasaannya sendiri.     

"Kalau gitu, besok Yola juga naik sepeda aja deh, Yah. Nanti aku telpon fahri dan Fatih." Kata Yola.     

"Tidak perlu, aku sudah bicara pada mereka, tadi bertemu di masjid." Ujar Jhonatan.     

"Oh, ya udah."     

"Mereka juga akan naik sepeda bareng sama kita." Kata Jhonatan lagi.     

"Baguslah, kalian bisa sekalian olah raga, lagi pula lebih aman naik sepeda dari pada naik motor." Kata Jelita.     

"Iya bunda."     

"Lala, nginep disini kan?" Tanya Jelita.     

"Tidak tante, saya nanti harus pulang."     

"tapi kan udah malem."     

"Ga apa-apa Tan, saya berani kok."     

"Biar aku antar Bun." Kata Jhonatan.     

"Eh, ga usah." Kata Lala sungkan.     

"Biar kakak aja yang antar, sepeda kamu naikin ke mobil aja, La, ini udah malem, walau ga jauh tetep aja kamu perempuan, ini berbahaya." Ujar Ramond.     

"Bener kata Kakak kamu, biar Lala diantar Kak Ramond aja." Kata Danil.     

"Ya udah aku ikut." Tandas Jhonatan, sedangkan Danil dan Jelita hanya menggeleng, sedangkan Yola hanya tersenyum tipis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.