aku, kamu, and sex

Kejelasan.



Kejelasan.

0Leo berjalan lesu disamping Lala menuju ke kelas mereka, tak ada suara yang keluar dari mulut keduanya. Leo melirik Lala yang menatap lurus ke depan tanpa sedikitpun menoleh padanya.     

"La." Panggil Leo.     

Lala menoleh , "Ada apa?"     

Leo menghentikan langkahnya, lalu menghadap kearah Lala "Maafkan aku, La." Ucap leo dengan nada sendu.     

"Sudahlah, aku sudah maafin kamu kok, lupain aja."     

"Tapi La, kamu pasti trauma karena percobaan pemerkosaan yang dilakukan oleh Pak Wiliam."     

"Ga usah dibahas lagi, kita lupakan saja." Jawab Lala sambil tersenyum kecil, lalu melanjutkan langkahnya menuju kelas mereka. Leo menarik nafas berat, lalu mengikuti langkah Lala ke kelas mereka.     

Bertepatan dengan bel istirahat berbunyi, Lala dan Leo sampai di kelas mereka, dan disambut oleh tatapan penasaran dari empat bersaudara itu.     

Leo menatap Silvia yang sedang membereskan buku-bukunya di atas meja. Lalu perlahan dia mendekat, "Sil, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." Ujarnya.     

"Mau ngomong apa?" Kata Silvia jutek.     

Leo berdiri tepat di depan Silvia yang bersedap dan menatapnya tajam. "Sebenarnya… sebenarnya…" Leo ragu mengatakan kejujurannya pada Silvia.     

"Sebenarnya apa?" Tanya Silvia tak sabar.     

"Sebenarnya, aku yang telah menukar jawabanmu, agar nilaimu menjadi jelek, dan mengkambing hitamkan Yola serta Jhonatan." Kata Leo dengan memejamkan mata, karena takut dengan reaksi yang akan diterimanya dari Silvia.     

Silvia menatap tajam pada Leo, lalu mengurai sedekapannya kemudian bertolak pingang dengan wajah penuh amarah.     

"Kamu dibayar berapa sama mereka buat ngaku kalau kamu yang melakukan itu? Hah!?"     

"Aku ga dibayar oleh mereka, tapi aku mengatakan yang sejujurnya padamu." Kata Leo dengan wajah ketakutan dan sendu.     

"Aku ga percaya." Kata Silvia lalu berjalan mendekati empat bersaudara yang sedang menatap kearahnya.     

"Heh!! Jhonatan!! Kamu bayar berapa si cupu buat ngakuin kesalahan kamu dan adik kamu." Kata Silvia emosi. Leo langsung berlari kearah mereka, sedangkan Jhonatan telah berdiri menghadap Silvia dengan wajah dingin, walau masih terlihat santai.     

"Sebenarnya kesalahan aku apa sih sama kamu, Sil? Sampai kamu berpikir sejahat itu sama aku?" Kata Jhonatan dengan menatap mata Silvia tajam.     

"Kamu itu sok kaya tahu ga? Belagu."     

"Maksud kamu apa? Selama ini aku tak pernah merasa punya masalah sama kamu, kenapa kamu bersikap seperti ini sama aku, sampai tak bisa melihat satu kebenaranpun pada diriku."     

"Sil. Aku ngomong jujur itu semua bukan salah Jhonatan ataupun mereka bertiga." Kata Leo pada Silvia tubuhnya pas berada di tengah-tengah antara Silvia dan Jhonatan.     

"Minggir kamu." Silvia mendorong tubuh Leo untuk menyingkir dari hadapannya dan Jhonatan.     

"Sil…"     

"Minggir!!" Teriak Silvia garang.     

Jhonatan memberi isarat pada Leo untuk menyingkir, lalu mengikis jarak antara dirinya dan Silvia. Ke tiga saudaranya hanya menonton mereka berdua dan bersiaga jangan sampai terjadi sesuatu yang membahayakan keduanya.     

Leo berlari ke ruang guru untuk memanggil Bu Lilik, sedangkan Lala pun tak berani menyela mereka.     

"Sekarang sebutkan apa kesalahanku sampai kau begitu membenci diriku." Kata Jhonatan pada Silvia.     

"Jangan sok ga tahu kamu." Kata Silvia sinis.     

Jhonatan mengerutkan dahi lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana seragam sekolahnya. "Aku memang ga tahu, kesalahan aku ke kamu itu apa?" Jawab Jhonatan dingin.     

"Kesalahan kamu adalah telah membuat sepupuku patah hati, kau menolak cintanya." Jawab Silvia. Jhonatan menarik nafas panjang lalu kembali bersedekap.     

"Aku saja ga tahu siapa saudara kamu."     

"Kamu ingat Sarah?"     

Jhonatan menyatukan kedua alisnya , "Yang pindah ke luar negeri itu?"     

"Kamu ingat juga akhirnya." Kata Silvia dengan nada sinis.     

Jhonatan tersenyum kecil, lalu mengaruk pelipisnya yang tak gatal. "Aku memang tidak mencintainya, dan jikalau pun aku mencintai dia maka tak mungkin hanya ku jadikan pacar, tapi akan aku jaga sampai aku bisa menghalalkannya, itupun entah kapan, kewajiban kita saat ini hanya belajar dan belajar untuk masa depan kita, bukan pacaran." Ujar Jhonatan.     

Silvia menyatukan gigi-giginya, antara membenarkan apa yang dikatakan Jhonatan dan rasa kesal.     

"Kamu salah paham Sil. Aku menghargai Sarah yang menyukaiku dengan tidak memacarinya, karena aku hanya ingin pacaran dengan istriku kelak, itupun setelah halal." Lanjut Jhonatan.     

Belum sempat Silvia menjawab kata-kata Jhonatan, Bu Lilik datang ke kelas mereka bersama Leo.     

"Silvia." Panggil Bu Lilik lembut, yang dipanggilpun menoleh.     

"Ya bu."     

"Apa yang di katakana Leo itu benar, bahkan Leo telah mengakui di depan guru mata pelajan yang hasil ulangannya dia tukar."     

Silvia menunduk, "Maafkan saya bu." Ucap Silvia.     

"Minta maaf pada Jhonatan." Perintah Bu Lilik yang membuat Silvia menjadi bingung antara malu dan entah lah…     

"Jhonatan, aku yang bersalah tentang hal ini, tolong maafkan aku, kalian berdua tolong jangan marahan lagi. Ini semua salahku." Kata Leo sambil menunduk.     

"Aku sudah memaafkan kamu, Leo dan kamu juga Sil. Tapi aku juga mau minta maaf telah berbicara kasar kemarin sama kamu." Ucap Jhonatan pada Leo dan Silvia.     

Silvia menatap Jhonatan, Ia tak menyangka Jhonatan mau meminta maaf padanya, padahal ini semua adalah kesalahannya yang menuduh Jhonatan dan saudara-saudaranya yang tidak-tidak.     

'Pantas Sarah jatuh hati pada Jhonatan, ternyata ini sebabnya.' Pikir Silvia.     

"Ya, aku juga minta maaf Jo."     

"Bagus kalian sekarang ga usah marahan lagi, berteman kan lebih baik." Ujar Bu Lilik lalu pergi meninggalkan mereka.     

"Aku juga minta maaf sama kamu, Yola, Fahri, Fatih." Kata Silvia.     

"Sama-sama, kita saling memaafkan ya, walau bukan lebaran." Ucap Fatih yang membuat semuanya menjadi tertawa.     

"Kantin Yuk, laper nih." Ajak Yola sambil memegang perutnya.     

"Ayok dah, Jhonatan yang traktir." Kata Fahri langsung mengandeng Yola pergi keluar kelas diikuti oleh Fatih.     

"Ayo La, Leo, ikut ke kantin." Ajak Fatih lalu keduanya mengangguk pelan.     

Jhonatan tersenyum pada Silvia, "mau ikut ke kantin?" Tanya Jhonatan pada Silvia. Lalu Silvia tersenyum lebar dan mengangguk.     

"Kamu manis kalau tersenyum." Ujar Jhonatan sambil melangkah mendahului Silvia yang justru terpaku mendengar pujian dari Jhonatan.     

Jhonatan diam-diam tersenyum namun tak menghentikanlangkahnya, Silvia segera menyusul Jhonatan dengan berjalan dibelakangnya dan dengan jahilnya Jhonatan sengaja berhenti mendadak membuat Silvia menabrak pungung Jhonatan.     

Dengan memegang dahinya Silvia mendongak menatap Jhonatan yang menoleh padanya.     

"Sorry, ada rombongan semut lewat barusan." Kilah Jhonatan lalu menarik lengan Silvia agar berjalan di sampingnya.     

"Makanya jangan berjalan di belakangku."     

"Bawel." Kata Silvia dengan menyembunyikan senyumnya dengan menunduk.     

Jhonatan tersenyum lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju ke kantin menyusul teman-teman mereka yang telah lebih dahulu berangkat ke kantin.     

"Makasih ya Jhon."     

"Untuk?"     

"Maaf mu."     

"Itu hanya salah paham, jadi tak sepenuhnya kamu yang salah,"     

"Makasih."     

"Untuk apa lagi?"     

"Ngajak aku ke kantin."     

Jhonatan tersenyum kecil lalu mengeleng pelan dan masuk ke dalam ruang kantin yang luas lalu duduk bersama dengan ketiga saudaranya serta Lala yang menatap Jhonatan dan Silvia dengan rasa cemburu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.