aku, kamu, and sex

Big Family



Big Family

1"Jhon, adikmu bener mau masuk pesantren?" Tanya Fahri dan pandangannya tak beralih dari gadget yang ia pegang.     

"Ya, apa kamu merasa kehilangan?" Tanya Jhonatan yang juga asik dengan game ditangannya.     

"Ya, kemana-mana kalau ga ada dia kan jadi kurang asik."     

"Dia rese."     

"Tapi ngangenin, dan yang penting dia juga penyelamat kita dari cewek-cewek ganjen." Fatih tersenyum lebar.     

"Iya sih, tapi mau gimana lagi, dia sudah mutusin gitu. Saat tahun ajaran baru nanti dia akan masuk pesantren."     

"Yola itu memang lain dari yang lain, dia selalu cuek dan seolah tak perduli dengan apapun, tapi dibalik itu semua sebenarnya dia yang paling perduli diantara kita."     

"Ya, kamu benar."     

"Dan aku baru melihat ada saudara kembar yang selalu akur dan saling menyayangi seperti kalian berdua."     

Jhonatan tersenyum. "Aku sangat menyayanginya."     

"Aku juga menyayangimu, abang." Ucap Yola yang tiba-tiba saja dan memeluk tubuh Jhonatan dari belakang, lalunmencium pipinya gemas.     

"Ih, rese… gangguin aja sih, kan jadi kalah kan?" Kesal Jhonatan.     

"Sorry deh abangku sayang."     

"Fahri, gimana alat yang kemarin kita bikin dah jadi belum?" Tanya Yola pada Fahri, sementara Fatih hanya rebahan sambil menonton tv disamping mereka tak lupa snack kentang kesukaannya berada dalam gengaman.     

"Ini lagi aku uji coba." Ujarnya lalu Yola mendekati Fakhri dan menyibukkan diri mereka dengan gadget.     

Sementara di taman, para orang tua dan Kakek mereka sedang beramah tamah dan bersenda gurau, memang setiap week end mereka selalu menyempatkan diri untuk berkumpul dengan seluruh keluarga.     

"Ramond, katanya mau datang kak, kapan?" Tanya Humaira pada Ronald.     

"Mungkin minggu depan." Ujar Ramond.     

"Baiklah, aku sudah rindu pada Ramond."     

"Bukan Cuma kamu aja yang kangen, Ra. Aku juga udah kangen banget sama dia." Kata Jelita.     

"Katanya dia dapat beasiswa kuliah di kampus Munish." Kata Rey lalu menyesap tehnya.     

"Dia memang cerdas, sama seperti mendiang Arlita." Ujar sang mama, yang justru langsung menerawang karena mengingat Arlita dan Arka saat masih hidup.     

"Mama jadi sedihkan kalau ngomongin Arlita." Ucap Jelita yang duduk di pangkuan Danil.     

"Bagaimana lagi, mama juga sayang banget sama Arlita, kasian dia, anak yang tak pernah diakui dikeluarganya."     

"Iya, tapi aku yakin dia sekarang bahagia bersama Arka disana." Ucap Humaira lalu menyandarkan tubuhnya di bahu sang suami.     

"dari pada sedih, ayo kita bakar ikan, pasti ikan di empang sudah besar-besar." Ucap Danil.     

"Kamu tahu aja, kalau ayah melihara ikan." Ucap Richard.     

"Rena yang bilang, katanya ayah Handoko dan ayah Richard punya empang." Jawab Danil sambil mengandeng Jelita menuju ke belakang rumah dimana ada berjajar kolam empang disana.     

"Aku siapin bumbu deh." Ucap Humaira lalu mengajak Rena ke dapur.     

"Aku siapin alat pangang sama mama dan Selena." Ucap Jelita lalu menagajak sang mama dan Jelita menyiapkan alat pangang yang tak jauh dari empang.     

"Ya udah ayo kita ambil ikan." Ajak Papa Sanjaya.     

"Kamu serius mau mengirim Yola ke pesantren, Jel?" Tanya Selena pada Jelita sambil membersihkan ikan yang baru saja di dapat oleh para kaum pria diempang.     

"Ya, Yola yang menginginkannya, aku sama mas Danil tidak pernah memaksanya."     

"Itu bagus, supaya dia lebih tahu tentang agama, apa lagi dia perempuan, tempat terbaik untuk dia menjaga dirinya ya di pesantren. Apa lagi melihat pergaulan jaman sekarang, mengerikan sekali." Ucap mama.     

"Aku seneng sih, Yola masuk pesantren, hanya saja aku pasti tak mampu menahan rindu sama dia." Ucap Selena.     

"Moma sih, terlalu manjain dia, sayangnya kebangetan sama Yola." Ucap Jelita.     

"Yola itu lucu, manis, pasti banyak cowok yang suka."     

"Eh, moma… dia masih SMP lho.."     

"Aku nikah sama Ronald kelas 2 SMU kalo kamu lupa, Jel." Ujar Rena yang baru datang sambil membawa bumbu ikan bersama Humaira.     

"Lain kamu lain juga Yola, sayang." Ucap Jelita pada Rena.     

"Jika ada yang mau sama dia gimana?"     

"Asal jangan sekarang aja, masih kecil." Ujar jelita lalu mereka tertawa bersama.     

"Wah, kayaknya enak nih, BUnda." Kata Yola yang datang bersama Fakhri.     

"Kalian berdua ini ngagetin aja."     

"Ayah kemana, BU?" Tanya Fakhri pada Humaira.     

"Itu lagi nangkep ikan." Jawab Humaira.     

"Ikutan Ah…" kata Fakhri lalu berjalan menuju ke empang dimana para om kakek dan juga ayahnya sedang menangkap ikan dan ada juga yang sedang membersihkan sisik ikan.     

"Opaaaa…. Fakhri datang." Kata Fakhri lalu ikut masuk ke dalam empang.     

"Yaaaaa…Ikan nya jadi lari kan fakhri." Ujar sang Opa Handoko.     

"Ye, itu bukan karena Fakhri opa… tapi ikannya yang ga mau ditangkap."     

"Kamuj lagian ngapain ikut-ikutan kotor-kotoran segala fakhri." Kata Opa Sanjaya.     

"Biarkan dia belajar, kalian yang tua harus tahu, laki-laki itu harusbisa segala hal." Ujar Richard.     

"Setuju sama Kakek." Kata Fakhri.     

"Richard, kamu selalu saja membela Fakhri." Kata handoko.     

"Kakek kan sayang sama Fakhri." Ujar Fakhri.     

"Opa pun juga sayang sama kamu, nih buktinya." Ucap Handoko yang langsung mengoleskan lumpur diwajah tampan Fakhri.     

"Opaaaaaaa….!!!" Teriak Fakhri yang membuat semua orang jadi menatap ke arahnya dan tertawa terbahak-bahak.     

Dua jam kemudian semua hidangan sudah siap di atas karpet lebar, yang sengaja mereka gelar agar muat untuk menampung seluruh keluarga besar.     

"Tak terasa ya, waktu begitu cepat berlalu, kalian semua sudah punya anak, dan anak kalian sudah besar-besar. " Ujar Sang mama.     

"Iya dan semua karena mama, kami bisa seperti ini." Ucap Ronald lalu memeluk mamanya yang kebetulan duduk disampingnya.     

"Ayah kamu ga dianggap." Ucap Sanjaya.     

"Aku hanya merasa punya anak, tapi kalian berdualah yang benar-benar mendidiknya." Ujar Handoko.     

"Ayah tetep ayah kami, tapi mama dan papa tetep mama dan papa kami juga…" Kata Rey dan Ronald bersama-sama lalu mereka tertawa terbahak-bahak.     

"Dasar, kalian maruk." Maki Jelita.     

"Bilang saja kamu iri, Jel." Ujar Rey.     

Jelita mencibir.     

"Bunda…bunda."     

"kenapa Yola?" Tanya Rena.     

"Itu Tan, Bunda orangnya cemburuan. Ga Opa sama Oma atau ayah, semua orang yang deket sama mereka di cemburuin."     

"Ih sok tahu." Tandas Jelita pada Yola.     

"Emang bener, coba aja kalo kita lagi deket sama ayah, apa lagi tidur bareng ayah, pasti bunda langsung manyun-manyun deh."     

"Masa?" Sergah Ronald.     

"Bener Om, serius." Ujar Jhonatan.     

"Ayah sama bunda itu pasangan bucin om." Ujar Yola.     

"Biarlah, ayah kan juga sayang sama bunda." Ujar Danil.     

"ayah juga sayang sama kalian berdua." Lanjutnya.     

"Kayaknya orang tua kita semuanya bucin deh." Ujar Fakhri.     

"Setuju. Om Ronald sama Tante Rena juga bucin, ayah sama ibu juga, aku suka dicuekin kalau mereka lagi berdua." Ujar Fatih.     

"Lebih enak punya orang tua bucin kan dari pada orang tua yang suka berantem." Ucap Ricahard.     

"Assalamualaikum." Suara yang terdengar Familiar, yang membuat mereka semua menoleh ke sumber suara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.