Misteri Gedung Kantor

Bab 6



Bab 6

0Cerita mengenai musibah yang terjadi di bekas ruang depan kantor tersebut masih terasa janggal di pikiranku. Misteri mengenai hilangnya dua petugas resepsionis, serta kematian Bu Risma yang dirasa Pak Rusdi dan Pak Jefri menyimpan suatu rahasia, Pekerjaanku menjadi sedikit terganggu akibat misteri tersebut, dan dengan penuh pertimbangan, akhirnya aku memutuskan untuk memeriksa sendiri ruangan yang misterius dan menyimpan kisah mengerikan itu     

Aku sudah pernah memandang dari dekat pintu dari bekas ruangan depan gedung yang ditempel oleh kertas putih bertuliskan 'Dilarang masuk!', dan karena ruangan tersebut sudah lama tidak terpakai, aku yakin akan mudah untuk masuk kesana. Ditambah tidak ada CCTV di depan ruangan tersebut, aku rasa misi untuk menyusup kesana akan lebih mudah dari yang kubayangkan. Tapi, aku rasa yang mungkin nantinya bisa merepotkanku ada di dalam sana, dan aku harus menyiapkan diri untuk hal tersebut.     

Security yang berjaga di dekat tempat itu juga tidak sebanyak yang berjaga di ruang depan gedung kantor saat ini. Mungkin karena memang tidak ada barang berharga disana, dan akses menuju ruangan apapun dari bekas ruangan depan itu pasti juga sudah ditutup, sehingga pengelola gedung memutuskan untuk lebih memfokuskan penjagaan di tempat lain.     

Sudah beberapa hari setelah aku mendengar kisah yang terjadi di ruangan itu, dan sejak saat itu aku selalu pulang terlambat untuk mempelajari pola patroli security, dan titik buta mereka selama berjaga sehingga aku bisa menyusup.     

Beruntunglah aku, karena kegemeranku atas segala hal berbau misteri, salah satunya juga tentu saja novel-novel dan film misteri membuatku menjadi lebih mudah mempelajari dan memahami pola patroli security di sekitar ruangan tersebut dengan mengikuti cara-cara yang biasa muncul di novel dan juga film. Aku menyadari adanya waktu singkat saat para penjaga gedung itu memiliki titik buta hingga tidak melihat apapun yang bergerak di sekitar ruangan misterius tersebut, hal ini lah yang akan aku manfaatkan sebaik mungkin.     

Hingga tiba hari ini, hari jumat yang tenang, akhir dari pekerjaan kantor selama sepekan dan biasanya jumlah security yang berjaga pada hari ini akan lebih sedikit dan lebih tersebar, sehingga waktu yang aku miliki untuk menyusup ke ruangan itu menjadi lebih panjang. Rencana aku mulai dengan berdiam diri di kantin kantor, berlaga memesan kopi dan makanan ringan, aku menunggu hingga gedung ini sepi.     

Tak lama bagiku untuk menunggu, di hari terakhir bekerja dalam sepekan ini, kebanyakan karyawan ingin cepat pulang dan beristirahat, bagi yang berkeluarga memilih untuk segera bergabung dengan keluarga mereka, dan ada pula yang memutuskan untuk menghabiskan waktu di kantin atau juga warung makan di dekat gedung kantor. Berkat kondisi ini, tidak ada seorang pun security atau petugas kantin yang curiga terhadapku, karena aku juga dianggap hanya sedang melepas penat pekerjaan dengan kopi dan makanan ringan kantin.     

Aku juga sudah mengajak Rivaldi untuk ikut denganku menelusuri ruangan tersebut, tapi sayangnya, Rivaldi menolaknya karena masih trauma dengan kejadian penampakan Bu Risma yang kami lihat saat lembur beberapa waktu yang lalu.     

Begitu pula denganku, aku pun juga masih trauma, hanya perbedaannya, aku mempunyai rasa penasaran yang lebih tinggi dari rasa takutku, aku memilih untuk melawan rasa takut tersebut, demi mengungkap misteri mengenai bekas ruang depan gedung perkantoran itu.     

Sesaat setelah keadaan lebih sepi, aku langsung menjalankan rencanaku, aku melihat waktu di jam tangan, dan berjalan dengan santai agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain. Berbekal hasil analisaku beberapa hari belakangan ini, aku tahu bahwa setidaknya aku punya waktu lima belas menit untuk bisa masuk ke ruangan tersebut tanpa diketahui.     

Tapi, tantangan pertama yang akan aku hadapi baru saja muncul, yaitu tantangan untuk menerobos masuk ke dalam ruangan ini. Aku tidak tahu apakah pintu ini diganjal dengan sesuatu atau tidak, dan aku punya sisa waktu delapan menit untuk menganalisa pintu tersebut, dan tanpa disangka, ternyata kunci pintu tersebut sudah rusak. Aku memastikan tidak ada barang apapun yang ditaruh untuk menghalangi jalan masuk, rencanaku ternyata berjalan lebih mudah dibanding dengan perkiraanku.     

Aku segera masuk dan kembali menutup pintu masuk ruangan ini. Lalu aku menyalakan ponselku dan mulai mengambil video dibantu dengan senter yang juga berasal dari ponselku. Ruangan tersebut sangat kotor, penuh debu, dan masih ada cukup banyak abu bekas musibah kebakaran tersebut. Yang aneh adalah adanya udara dingin yang seketika menyelimutiku, ruangan ini seharusnya sudah tidak dipasangkan AC atau semacamnya, tapi kenapa udara di dalam sini begitu dingin?     

Aku merapatkan jaketku, berusaha mencegah udara dingin masuk ke tubuhku, dan melanjutkan penelusuran. Bekas meja resepsionis terlihat cukup jelas dari pintu masuk, namun jalan menuju ke meja resepsionis sedikit terhalang oleh besi yang jatuh secara diagonal. Hanya sedikit bagian dari meja resepsionis yang terlihat, namun beruntunglah aku karena besi besar itu bisa dilewati dengan cukup mudah.     

Tak butuh waktu lama, aku pun sampai di depan meja resepsionis, tampak meja resepsionis tersebut dalam keadaan yang benar-benar sudah tidak layak, kayu-kayu yang dipakai untuk melapisi bagian luar meja resepsionis ini pun sudah terkelupas menampilkan bagian dalam mejanya yang sudah dipenuhi debu dan abu sisa kebakaran.     

Aku melangkah masuk ke bagian dalam dari tempat resepsionis, terlihatlah olehku debu dan abu bekas musibah kebakaran yang ternyata lebih banyak di bagian ini, aku juga merasa seperti telah menginjak sesuatu yang menonjol dari balik debu, aku langsung menyingkir, membuka sedikit bagian atas jaketku, dan menaruh ponselku di kantong kemeja, ini aku lakukan agar aku bisa lebih leluasa menyingkirkan debu yang menghalangi menggunakan tanganku, hingga lama kelamaan, muncul lah suatu benda putih yang sudah terlihat kotor, dan sangat rapuh. Aku amati benda putih tersebut dengan hati-hati agar tidak merusaknya, dan ternyata benda tersebut adalah bagian dari tulang manusia yang sudah hampir hancur tak bersisa.     

Aku melompat mundur, terkejut melihat sebuah tulang manusia, apakah ini tulang milik petugas resepsionis yang menghilang? Atau hanya perbuatan orang iseng yang menaruh tengkorak manusia di tempat seperti ini? Pertanyaan itu bagai berputar di kepalaku.     

Aku diam sejenak, berusaha memulihkan fokus dan kendali tubuhku kembali, setelah mendapatkan konsentrasi lagi, aku membuka laci-laci yang ada di meja resepsionis, tidak ada apapun yang tersisa rupanya, kecuali kalung yang terbuat dari besi.     

Kalung tersebut berwarna putih, dan cukup menonjol diantara butiran debu dan abu disana, walaupun sudah kotor, tapi, aku tidak melihat adanya tanda kerusakan di kalung itu. Aku menaruh kembali kalung tersebut di laci meja itu, dan meninggalkan meja resepsionis.     

Aku berjalan mengelilingi ruangan ini, hampir tidak ada apa-apa kecuali serangga yang masih berkeliaran, cukup jijik sebenarnya karena aku sendiri tidak begitu kuat melihat kecoak, perasaan geli selalu menjalar di tubuhku setiap kali aku melihat kecoak.     

Saat aku sedang asyik berkeliling, sebuah suara seperti besi yang beradu terdengar di dalam ruangan ini. Aku reflek menyangka akan adanya orang lain, dan segera bersembunyi lalu mematikan senter dari ponselku. Kini aku berdiam diri di kegelapan total, di ruangan yang mengerikan, bersama tengkorak yang hampir hancur di bawah meja resepsionis, dan para serangga.     

Aku menunggu beberapa saat, berharap aku bisa mendengar suara lain lagi, dan mengikuti jejak suara tersebut nantinya. Dengan sabar aku menunggu dalam gelap, tapi tetap tak ada satupun suara lagi yang terdengar. Aku memutuskan untuk menyalakan kembali senter ponselku, sesaat sebelum aku menyalahkan senter, tiba-tiba,     

*CLAP!!     

Sebuah suara tepukan tangan yang sangat kencang mengejutkanku. Bukan hanya karena suara itu sangat kencang sehingga membuat telingaku sakit, tepukan tangan itu juga berasal tepat di sebelahku. Aku cepat menoleh, dan tak ada apapun yang aku temukan, hanya kegelapan hampa yang menunggu.     

Aku cepat menyalahkan ponselku, mengaktifkan senter dari ponsel, dan melihat sekeliling, sialnya tak ada apapun yang bisa kulihat melainkan debu dan para serangga. Oh, tunggu. Kali ini aku kedatangan teman baru, yaitu para tikus. Suara dari para tikus tersebut terdengar, dan aku bisa melihat seekor tikus dengan jelas di salah satu pojok ruangan, tikus itu hanya berdiam menatap kearahku, tapi tatapannya justru membuatku merasa ngeri.     

Seekor Tikus itu tiba-tiba saja berlari ke salah satu sisi, tapi anehnya, aku merasa kalau tikus itu berusaha menunjukkan sesuatu kepadaku, dan aku pun mengikuti tikus tersebut. Saat aku mengikutinya, tikus tersebut berbelok secara tiba-tiba, aku lanjut mengikutinya, dan tikus itu sudah menunggu sambil melihat kearahku di pojok ruangan tersebut, aku bahkan tidak menyadari sebelumnya ada lorong seperti ini. Tikus aneh itu menunggu hingga aku mendekat, seolah ada suara yang menghipnotis, aku mendekati tikus itu, rupanya ada sebuah ruangan lagi disini. Aku membuka pintu ruangan tersebut, dan tampak olehku sebuah kursi ditempatkan di tengah ruangan, tak ada apapun di dalam sana melainkan kursi tersebut, dan tikus tersebut berlari menjauh meninggalkanku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.