(In)Sanity

CH. 3 - Intermission



CH. 3 - Intermission

0Kini aku sekarang sedang sarapan bersama Dokter Agase di kamarku.     

Sebelumnya, aku sudah melakukan rehabilitas, berlatih untuk dapat berjalan kembali. Sejauh ini hasilnya cukup baik. Menurut Dokter aku mulai dapat berjalan kembali dalam 2-3 hari kedepan. Entah kenapa bagiku itu cukup lama.     

Tak kusangka kalau aku selemah ini. Terluka untuk waktu yang cukup lama.     

Yak..Aku tidak meragukannya lagi sih. Soal lemahnya diriku.     

Sehabis aku dan Dokter Agase selesai sarapan, Dokter Agase mengambil piring yang kugunakan untuk makan dan memberikanku segelas air putih untuk ku minum.     

Setelah aku meminum segelas air putih tersebut, aku memberikan gelas yang sudah kosong itu kembali kepada Dokter Agase.     

"Apa ada hal lain yang kau inginkan?" Tanya Dokter kepadaku.     

"Tidak ada. Aku sudah kenyang. Terima kasih atas makanannya, Dok"     

"Baiklah kalau begitu. Jadi..Tidak ada yang kau inginkan lagi, 'kan?"     

"Ya. Tentu"     

"Kalau begitu, Dokter tinggal ke lantai bawah, ya. Dokter ingin mencuci piring dan yang lainnya"     

"Tentu Dok"     

"Seperti biasa, kau tiduran saja di atas kasur. Jangan melakukan apa-apa dan jangan berusaha untuk berdiri seperti kemarin malam"     

"A-Aku menegerti..Aku tidak akan bandel lagi. Ehe he he he..He.."     

"Yang sabar, ya, Yuna. Dua sampai tiga hari lagi, aku dapat menjamin kau dapat berjalan kembali seperti biasanya. Tapi kau masih belum boleh masuk sekolah. Seminggu lagi baru kau boleh masuk sekolah. Kau mengerti"     

"A-Aku mengerti, Dok"     

"Apa mau ku nyalahkan TV-nya?"     

"Tidak. Tidak perlu. Tidak ada acara yang menarik sekarang. Sekarangkan jam sekolah"     

"Begitu, ya. Baiklah kalau begitu. Aku tinggal, ya"     

"Y-Ya-"     

"Kalau ada apa-apa, teriak saja! Aku pastinya akan datang"     

"E-Ee..Y-Ya. T-Tentu, Dok-"     

"Dan jika kau ingin makan, teriak saja juga! Aku akan langsung memberikan mu makanan"     

"Kan tadi sudah makan..."     

"Siapa tahu mau lagi"     

"T-Tidak. Terima kasih.."     

"Dan juga-"     

"Baiklah, Dok, aku mengerti! Ampun~..Dokter mulai terlalu perhatian belakangan ini~ Aku kan sudah mulai sehat sekarang"     

"B-Begitu kah? Aku mulai terlalu perhatian?"     

"Dokter tidak menyadarinya?"     

"T-Tidak..."     

"Haaaaaahh.." Aku menghela nafasku lalu melanjutkan-     

"Aku mengerti, Dok. Jika ada apa-apa aku hanya tinggal berteriak saja, bukan"     

"Y-Ya..."     

"Tenang saja. Aku tidak membutuhkan begitu banyak hal kok sekarang"     

"B-Begitu, ya.."     

"Dengan begitu..Dokter sekarang boleh kebawah dan bersantai di ruang TV"     

Aku berkata seperti itu sambil menunjuk kearah pintu kamarku menandakan Dokter boleh, atau lebih tepatnya, harus keluar dari kamar ku sekarang.     

"B-Baiklah..."     

Dokter Agase pun akhirnya mulai bergerak menuju pintu kamar ku. Sebelum keluar dari kamar ku, Dokter Agase menengok kearah ku sekali lagi, mencoba untuk memastikan kondisiku.     

"Aku tidak apa, Dok" Ucapku terhadap Dokter yang menengok kearah ku.     

"B-Baiklah...Dokter tinggal, ya"     

"Un"     

Pada akhirnya, Doter Agase pun keluar dari kamar ku dan menutup pintuku dengan sangat rapat.     

"Dokter ini...Tidak seperti biasanya sifatnya jadi seperti orang tua yang terlalu khawatir dan perhatian terhadap anaknya"     

Kalau begitu..     

Sekarang..     

Apa yang ingin kulakukan?     

Sudah hampir seminggu atau mungkin dua sampai 3 minggu aku seperti ini terus. Berbaring di atas kasur tidak melakukan apa-apa.     

Aku seharusnya bosan, tapi entah kenapa rasa bosan ku seperti sedang terkendali belakangan ini. Sekarang aku seperti..     

Sedang menunggu sesuatu.     

Entah apa sebenarnya yang sedang aku tunggu. Aku sendiripun juga tidak tahu.     

Omong-omong..     

Tumben "Dia" tidak berisik. Biasanya Kanako akan keluar sekarang dan mengganggu pikiranku dengan ocehannya yang tiada hentinya.     

Hmmm...     

Karena aku tidak tahu mau apa..Aku tidur siang sajalah.     

Entah kenapa..Suasana disekitar ku sekarang menjadi sangat sunyi. Seolah-olah akan ada sesuatu yang datang.     

Jujur aku ketakutan. Aku tidak tahu apa yang akan datang nantinya. Yang bisa kulakukan hanya menunggu apa yang akan datang itu. Aku tidak tahu kapan sesuatu itu akan datang. Jadinya mungkin sekarang aku hanya harus dan tinggal menunggunya saja.     

Sambil menunggu, aku tidur siang saja. Sehabis makan dan kenyang, tidur itu pilihan yang tepat. Tidak. Mungkin itu pilihan yang salah. Tidur sehabis makan itu tidak baik dan tidak sehat. Tapi untuk sekarang, daripada tidak ada sesuatu untuk dilakukan, aku tidur sajalah.     

"Selamat tidur" Ucapku kepada diriku sendiri.     

Dan akupun..Tertidur dengan sangat pulas.     

...............     

Aku tidak tahu sudah seberapa lama aku tertidur.     

Hordeng jendela kamarku, ku tutup dengan sangat rapat, tidak membiarkan sinar matahari masuk sedikit pun membuatku sedikit kesulitan untuk melihat dan memastikan waktu. Melihat jam pun juga masih membuat ku sedikit bingung.     

Kenapa aku bilang kalau "Aku tidak tahu sudah seberapa lama aku tertidur"..Itu karena aku merasakan sesuatu yang membuatku terbangun dari tidur ku begitu saja.     

Perasaan yang hampir sama saat kedatangan mendadak Shikishima beberapa hari yang lalu.     

Tapi kali ini...     

Perasaan itu lebih berat lagi.     

Dan juga..     

Lebih menekan.     

Dan lebih menakutkan untuk ku.     

Aku terbangun dari tidur ku begitu saja. Secara tiba-tiba langsung membuka kedua mataku yang sebelumnya terpejam dengan sangat rapat. Dengan ekspresi wajah yang sangat panik dan juga ketakutan, aku menengok kearah pintu kamar ku.     

Saat aku menengok kearah pintu kamar ku, kedua mataku terbuka dengan sangat lebar, lebih lebar lagi dari sebelumnya.     

Dalam sekejap, aku langsung mulai mengeluarkan keringat dingin.     

Jantungku langsung berdetak dengan sangat keras dan kencang. Seolah-olah dapat didengar oleh siapa saja yang ada disekitar ku. Dan mungkin saja "Dia," yang berada didepan ku sekarang ini, dapat mendengarnya juga.     

Tubuhku menjadi sangat kaku dan bergemetar sangat luar biasa.     

Mulutku menganga namun tidak begitu lebar.     

Aku tidak dapat mengucapkan sepatah katapun. Aku tidak dapat berteriak meminta pertolongan Dokter Agase.     

Lagipula, apa yang Dokter baru saja lakukan!? Membiarkan "Orang itu" masuk kedalam rumahku. Terutama mengizinkannya masuk kedalam kamarku.     

Apa yang kurasakan sekarang?     

Tentu saja sudah jelas bukan..     

"Aku ketakutan"     

Itu yang kurasakan.     

Bagaimana tidak. Seseorang yang bagiku, ku idolakan dan juga ku benci dan juga kutakuti..Sekarang..     

Berdiri di depan pintu kamar ku.     

Dia...     

Baru saja membuka pintu kamar ku dan berdiri dengan tegak didepan pintu kamarku yang terbuka dengan sangat lebar.     

Dia berdiri disana, mengintimidasi seperti biasanya, memberikan rasa takut kepada siapa saja yang berhadapan dengannya. Dia memberikan tekanan yang sangat kuat kesiapa saja yang berhadapan dengannya.     

Sekarang ini, aku tidak berusaha untuk melawannya atau berurusan dengannya, tapi justru dia yang datang begitu saja kepadaku.     

Aku benar-benar ketakutan.     

Aku ingin meminta pertolongan baik dari siapapun.     

Tapi aku tidak bisa.     

Aku tidak bisa berteriak karena takut.     

Aku...     

Tidak dapat melakukan apa-apa.     

Aku tidak dapat bergerak karena tubuhku yang tiba-tiba menjadi kaku berkat kedatangannya.     

Aku...     

Benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa.     

Tamatlah riwayat ku.     

Orang itu, dia melangkah masuk kedalam kamarku lalu menutup pintu kamar ku dengan sangat rapat kemudian menguncinya.     

Aku menjadi semakin takut dan panik. Tapi aku tidak dapat melakukan apa-apa.     

Sekarang..Mau bagaimanapun juga..Aku hanya dapat pasrah dan menerima nasib yang akan menimpaku selanjutnya.     

Orang itu mendekat dengan berjalan dengan sangat pelan kearahku.     

Aku dapat mendengar langkah kakinya yang berjalan dengan sangat pelan menghampiriku.     

Step! Step! Step!     

Setiap langkah kakinya, membuat detak jantungku berdetak semakin kencang dan dahsyat seolah-olah jantungku ingin copot.     

Aku benar-benar ketakutan.     

Saat dia sudah semakin dekat denganku..     

Lebih dekat lagi..     

Lebih dekat dan lebih dekat lagi sampai pada akhirnya dia berada di hadapan dan sudut pandangku, aku langsung menutup kedua mataku dengan sangat cepat sambil mengucapkan "HIIIKK!!!" Karena merasa ketakutan.     

Aku dapat bersuara kembali..Namun itu suara ketakutan ku.     

Aku berusaha untuk melindungi wajahku dengan kedua tanganku, namun aku tidak bisa karena tubuhku masih kaku.     

Habislah aku.     

Aku kira aku akan sembuh 2-3 hari kedepan. Tapi sepertinya aku akan mendapatkan luka yang berat sekali lagi.     

Aku benci ini.     

Padahal aku sudah ingin sembuh tapi kenapa aku malah harus sial lagi.     

Dia masih terdiam disebelah kasur ku.     

Lalu..     

Setelah terdiam untuk beberapa saat..     

Dia mulai bergerak..     

Aku menjadi semakin takut dan sudah berusaha menyiapkan mental dan fisikku untuk apapun serangan yang ia ingin kerahkan kepadaku.     

"Yuna....-" Dia menyebut namaku dengan pelan dan santai.     

"H-HIIIKK!!!" Tentu saja aku ketakutan.     

Apa dia akan menyerangku sekarang juga? Atau ingin menghinaku terlebih dahulu?     

Pikir ku begitu..     

Tapi kenyataanya...-     

Dia justru membungkukan tubuhnya sangat tajam dan dalam kepadaku lalu berkata-     

"Maafkan aku!" Ucapnya mengutarakan permintaan maafnya kepadaku.     

"Eeehhh???" Tentu saja aku menjadi sangat kebingungan dan sangat terkejut.     

Hah?     

Eh?     

Apa ini?!     

Apa-apaan ini!?     

Aku...     

Sama sekali tidak paham dan mengerti..     

Apa yang baru saja terjadi?!     

"A-Apa maksudnya ini....Zuka???"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.