(In)Sanity

CH. 3 - Part Five



CH. 3 - Part Five

0Di suatu apartement, Kamar dari tempat tinggal salah satu teman Zuka.     

Apartement yang besar dan luas. Memiliki banyak kamar dan penghuni. Di salah satu kamarnya, Di huni oleh salah satu teman Zuka yang paling ceria. Mereka semua sedang berkumpul bersama membicarakan sesuatu.     

Di dalam kamar sangat rapih dan bersih. Semua barang di tata dengan rapi. Tidak ada sampah dan barang lain yang berserakan. Di atas kasur ada banyak boneka milik teman Zuka.     

Mereka semua duduk di atas lantai melingkari satu meja bundar. Di atas meja bundar itu ada banyak Snack, Makanan ringan, Soda, dll.     

Kamar ini sudah menjadi tempat kumpul para gadis.     

Berbincang, Membicarakan apa yang biasanya para gadis bicarakan, Sampai hal yang tidak-tidak lainnya.     

"Ahahahahaha~"     

"Benar kan, Ahahahahaha~"     

Suara tawa para gadis mengisi kamar itu     

Sedikit demi sedikit mereka berbicara dan tertawa lalu mengambil snack atau makanan ringan yang ada di atas meja.     

Biasanya saat para gadis berkumpul bersama, Mereka akan membicarakan hal-hal seperti Laki-laki, Percintaan, Drama, Gosip, dan yang lainnya. Tapi untuk mereka sedikit berbeda. Mereka justr membicarakan hal yang serius sampai pada membicarakan Yuna Akari.     

Mereka bahkan saling menggoda satu sama lain, Terutama pada Zuka yang sangat mereka sukai karena Kekerenannya, Kehebatannya, dan kekuatannya..Bukan hanya itu, Zuka juga sangat cantik.     

Walaupun di kenal sangat dingin dan juga pembully, Zuka juga di kenal sebagai salah satu perempuan tercantik di sekolah. Walaupun bukan yang nomer satu tapi kecantikannya dapat memikat hati banyak orang. Baik laki-laki maupun perempuan..Terutama teman-temannya.     

"Nee, Nee~ Zuka~"     

"Apa...?"     

"Bisa tidak kau jadi lebih feminin"     

"Hah?! Apa maksud mu?"     

"Emm..Benar-benar..Kau yang seperti ini sudah cukup keren bagi kami bahkan bagi perempuan yang lain..Tapi..Kami ingin melihat kamu yang lebih feminim lagi. Boleh(?)~"     

"Ehhh...Itu tidak mungkin~"     

"Kenapa?"     

"Karena kalau Zuka nanti terlihat Feminim maka fans perempuannya akan berkurang"     

"Heeehh...Sisi baiknya fans laki-lakinya bertambah bukan~"     

"Kalian...!?"     

"Tapi tapi..Mana yang lebih kau pilih, Zuka? Perempuan atau laki-laki?"     

"Pertanyaan macam apa itu?"     

"Hehe~ Sekedar bertanya memangnya tidak boleh~"     

"Pertanyaan itu sedikit melenceng bukan"     

"Oh ya..Belakangan ini Zuka kedapatan banyak sekali surat cinta loh~"     

"Oyyy, Kau! Sudah kubilang rahasiakan!"     

Wajah Zuka memerah karena malu.     

"Heehh..Benar kah? Sudah yang keberapa kali, Hm..Zuka~"     

"Berisik!"     

"Dan yang paling banyak itu dari perempuan loh~"     

"Hentikan!"     

"Kalau itu sudah tidak di ragukan lagi bukan, Ahahaha~"     

"Bagaimana dengan yang laki?~"     

"Haha, Mereka tidak terlalu berani mendekati Zuka"     

"Apa ini~ Kalah tampan kah~"     

"Tidak tidak tidak, Tapi kalah keren"     

"Tidak, Mungkin kalah kuat"     

"Ahahahahahahahaha~"     

"Kalian semua sudah cukup hentikan!..Hmmm~"     

"Yeay~ Zuka yang seperti ini yang kami suka, Ahahaha"     

"Zuka terkadang bisa terlihat seperti perempuan juga ya~"     

"Aku memang perempuan, Dasar kalian ini~"     

Karena merasa malu telah di goda oleh teman-temannya, Zuka menutup wajahnya dengan boneka yang di peluknya. Boneka berbentuk panda yang lucu.     

"Ya ya~ Seperti ini Zuka~"     

"Ke femininan seperti ini cocok untuk mu~"     

"Diaaaaammmm!!!~"     

Zuka teriak karena merasa malu. Itu justru membuat teman-temannya tertawa semakin keras.     

Sudah berjam-jam mereka berbincang-bincang dan bersenang-senang, Tidak di sadari kalau sudah hampir sore hari.     

Waktu sekarang sudah mendekati jam 3 sore hari dan mereka masih belum selesai bersenang-senang..Walaupun hanya berkumpul bersama dan tidak melakukan apa-apa selain berbincang-bincang dan makan snack.     

"Oo~ Kita hampir kehabisan snack"     

"Apa tidak ada lagi di lemari?"     

"Tidak. Kalau begitu aku akan keluar dan membeli beberapa snack"     

"Kalau begitu ayo kumpul kan uang kita"     

"Tidak perlu, Aku masih memiliki cukup uang"     

"Eeeh, Tapi kami merasa tidak enak"     

"Kalau begitu kalian boleh menggantinya nanti"     

"Baiklah..Aku pesan yang seperti biasanya"     

"Aku juga~"     

"Ok. Tunggu aku ya~"     

Salah satu teman Zuka keluar dari kamar dan pergi ke supermarket terdekat untuk membeli snack.     

Saat salah satu teman Zuka keluar, Mereka yang di dalam mulai membicarakan kejadian kemarin.     

Kejadian dimana Zuka ingin membicarakan sesuatu dengan Yuna Akari.     

"Pada akhirnya, Kau tidak jadi membicarakan hal itu dengan Yuna ya, Zuka"     

"Padahal kemarin itu waktu yang tepat, loh. Dan sekarang sekolah libur..Kau tidak jadi membicarakannya lagi dengan Yuna"     

"Emmm..."     

Udara di sekitar mulai terasa serius dan berat.     

Mereka yang sebelumnya ceria dan tertawa kini menjadi serius dan terasa suram.     

"Apa perlu kita ke rumahnya?"     

"Tidak! Itu tidak perlu. Aku tidak ingin ke rumahnya hanya untuk bertemu dengannya dan membicarakan hal ini dengannya. Aku tidak sudi menginjakan kaki ku di rumahnya"     

Teman-temannya menundukan kepala dan membuang nafas setelah tawaran mereka di tolak oleh Zuka.     

"Tapi...Jika ini terus berlanjut nanti adik mu-"     

"Aku tahu itu! Aku sangat tahu itu...Tapi..."     

"Zuka...Ini demi adik mu. Kalau adik mu terkena sesuatu nanti kau bisa kerepotan..Bahkan lebih kerepotan dari sekarang"     

"Aku tahu itu"     

"Zuka..Kau ini pemberani. Tidak ada salahnya meminta Yuna untuk-"     

"TAPI!!!"     

Teman-temannya terkejut melihat Zuka yang berteriak.     

"Tapi...Aku tidak ingin...Aku hanya tidak ingin...Adik ku..Dekat dengan anak itu"     

"Zuka..."     

"Yuna mungkin cantik..Bahkan lebih cantik dari pada aku..Aku akui itu. Dia bahkan lebih pintar dari pada aku. Dia juga lebih tenang dari pada aku. Charismanya kuat..Dia dapat memikat orang-orang yang ada di sekitarnya..Bukan hanya karena kondisi tubuhnya..Tapi memang seperti itu-"     

"...Bahkan Himawari juga jatuh kepadanya"     

"Itu...Benar...Sangat benar"     

"Himawari yang selalu membully Yuna sekarang justru dekat dengannya. Sihir apa yang Yuna gunakan?"     

"Bukan sihir melainkan Charisma"     

"Persis yang Zuka katakan sebelumnya"     

"Kita bahkan belum menemukan keberadaan Himawari...Aku hanya takut, Jika adik ku dekat dengan Yuna..Apa dia akan berakhir seperti Himawari-"     

"ITU TIDAK BOLEH TERJADI!"     

"Hmmm???"     

"Zuka..Dia mungkin adik mu dan kau kakaknya..Tapi..Bukan Zuka seperti ini yang kami kenal. Zuka itu kuat dan tangguh..Berani menghadapi banyak rintangan dan hambatan. Kau bahkan rela di ejek sebagai seorang pembully padahal Kau itu bukan Pembully. Kau hanya ingin memberitahu ke Yuna hanya saja kau...Sedikit takut..Dan akhirnya mengambil jalan yang salah"     

"Itu..."     

"Dia benar Zuka, Kau bukan seorang pembully dari awal tapi orang-orang sudah salah menilai mu. Adik mu mungkin sudah pernah bertemu dengan Yuna dan itu yang membuat mu panik bukan..Tapi..Kita bisa mencoba memaafkan Yuna atau meminta Yuna untuk tidak mendekati adik mu lagi dari sekarang"     

"Walaupun kau sudah meminta adik mu untuk tidak ke sekolah menemui mu tapi itu tetap saja tidak menghentikannya untuk menemui Yuna"     

"Dia justru pernah melanggar perintah mu bukan"     

"....."     

"Kita harus menyelesaikan masalah ini cepat Zuka..Kami ini teman mu dan kami peduli dengan mu juga keluarga mu..Jadi..Ayo ambil jalan pintasnya dengan menemui Yuna"     

Zuka menundukan kepalanya berpikir dalam-dalam sebelum menjawab.     

Bagi Zuka..Adiknya adalah prioritas nomer satu karena hanya adiknya lah keluarga terakhir yang Zuka miliki.     

Orang tuanya berpisah dan meninggalkan mereka berdua. Keluarga besarnya tidak ingin mengurus Zuka dan adiknya. Hanya Zuka yang menjadi tulang punggung adiknya dan dirinya sendiri. Dia sudah seperti ini sejak SMP, Untungnya dia memiliki teman-teman yang selalu ada untuknya. Dengan begini, Zuka sudah menganggap teman-temannya sebagai keluarganya juga.     

"Baiklah"     

Mendapat jawaban dari Zuka, Teman-temanya tersenyum senang.     

"Semuanya terima kasih..Ini mungkin akan terasa sedikit canggung nantinya tapi..Kalian semua benar, Kita harus menyelesaikan masalah ini segera"     

"Itu benar"     

"Ini baru Zuka yang kami kenal"     

"Mm...Kalau begitu mari kita-"     

"SEMUANYA!!!"     

"Hmmm???"     

Dari luar, Teman Zuka yang tadi pergi ke supermarket kembali dengan tergesa-gesa dan berkeringat.     

Dia terlihat panik dan terkejut.     

Cara dia membuka pintu dengan cepat dan tergesa-gesa menunjukan kalau terjadi sesuatu yang tidak baik.     

"Ada apa?! Kau mengejutkan kami"     

"Semuanya..."     

"Ada apa? Tidak biasanya kau seperti ini"     

"Hi...Hi..."     

"B-Bisakah kau langsung saja...Kau mulai membuat ku takut"     

"Ada apa? Cepat katakan...Pertama-tama coba untuk tenang dulu dan-"     

"SEMUANYA!!!"     

"E...?!"     

"Himawari..."     

Mendengar nama Himawari, Zuka dan teman-temanya sedikit terkejut.     

"A-Ada apa dengan Himawari?!?!? Cepat katakan!"     

"Himawari..."     

Wajah dari temannya itu mengangkat ke atas.     

Dia menangis mengeluarkan banyak air mata dan seluruh tubuhnya bergemetar.     

Hal ini spontan membuat Zuka dan teman-temannya mulai panik.     

"O-Oii! Ada apa...Kau kenapa?"     

"Zuka..."     

"A...A?"     

"Himawari...Mayat Himawari...Telah di temukan"     

Zuka dan teman-temannya tekejut mendengar perkataan temannya itu.     

"M-Mayat...?!?!"     

"Apa yang...???"     

Temannya yang baru datang itu jatuh berlutut di atas lantai dan mulai menangis.     

Zuka dan teman-temannya yang lain terkejut dan tidak dapat bergerak bahkan tidak dapat bereaksi apa-apa.     

Kedua mata mereka terbuka lebar. Kaki mereka mulai bergemetar. Satu-persatu 2 dari teman Zuka juga jatuh berlutut di atas lantai.     

Salah satu dari mereka menutup mulutnya.     

Dan Zuka...Hanya terdiam berdiri dengan tegak.     

"M-Mayat...Himawari...Mayat???-"     

"...Mayat...Himawari telah...Himawari..."     

.     

.     

.     

.     

"Apa-apaan...Ini...?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.