(In)Sanity

CH. 3 - Part One



CH. 3 - Part One

0Chapter 3 – Friends(?)     

SMA Nishigami, siang hari, di tangga yang menuju atap sekolah.     

Aku, Zuka, sekarang sedang bersama kelima sahabat ku sedang makan siang sambil mengobrol bersama.     

Obrolan kita sebelumnya masih obrolan yang biasa kita bicarakan saat bersama. Tapi..Lama-kelamaan, Rezuki mulai membicarakan soal masalah Yuna.     

Saat Rezuki mulai membawa topik itu, semuanya langsung terdiam..Kecuali Sara yang dengan tenang memakan bekalnya. Aku tidak tahu harus bereaksi dan membalas Rezuki seperti apa. Fakta kalau aku lah yang menyakiti Yuna sampai kelewatan batas memang benar.     

Tapi...     

Aku sekarang justru merasa sedikit menyesal.     

Seharusnya aku tahu tujuan awal ku mulai mengganggu Yuna karena apa..-     

-Itu karena...     

"Zuka? Kau ada disana?"     

"Hmm???"     

Aku dan kelima teman ku menengok ke arah bawah dimana di situ ada seorang murid perempuan yang memanggil ku.     

Aku membalas, "Ada apa?"     

"Kalian dipanggil oleh kepala sekolah untuk menuju ke ruangannya sekarang"     

Mendengar itu, kelima teman ku justru sedikit menyengir dan berbisik pelan-     

"Oya oya~ Sepertinya ada masalah penting 'lagi' sekarang, Zuka~"     

"Firasat ku mengatakan kalau ini ada hubungannya kembali dengan Yuna"     

"Rezuki..Kenapa dari kemarin kau selalu membawa Yuna?"     

"Tidak apa, bukan. Memang itu masalah yang Zuka sedang alami sekarang"     

"Iya sih. Tapi aku rasa ini bukan hanya karena masalah Yuna"     

"Aku juga berpikir begitu"     

Kelima teman ku berbicara satu sama lain dengan cara berbisik, dan aku tidak ikut dalam percakapan mereka. Aku kemudian membalas ke murid perempuan tadi mengatakan-     

"Baik. Kami akan segera kesana"     

"A-Ano..."     

Murid perempuan itu kelihatannya ingin menanyakan sesuatu.     

"A-Apa terjadi sesuatu lagi..Kepada Yuna?"     

Pertanyaanya hanya dapat membuat ku terdiam.     

Tidak ku sangka..     

Ternyata masih ada orang lain yang mengkhawatirkan Yuna. Tapi..Ini juga berarti kalau dia memang mengakui kalau segala hal yang terjadi kepada Yuna, semuanya, adalah berkat ku. Dan alasan dia menanyakan soal Yuna kepada ku, yang baru saja di panggil ke ruang kepala sekolah, jelas karena aku baru saja di panggil dan sudah jelas juga kalau aku yang sering menyakitinya ditambah lagi Yuna sudah seminggu lebih tidak masuk sekolah.     

Dengan pelan, dan dengan wajah yang sedikit merasa bersalah, aku menjawab-     

"...Aku harap tidak"     

Di ruang kepala sekolah.     

Kami berlima, sambil berdiri, menghadap di depan pak kepala sekolah. Pak kepala sekolah sekarang sedang duduk di kursinya sambil melihat kearah kami.     

Pak kepala sekolah terlihat sedikit frustasi dan juga kebingungan. Dia berkali-kali mengusap jidatnya sambil menghela nafasnya dalam.     

Aku dan teman-teman ku merasa cukup khawatir. Baik dengan kondisi Pak kepala sekolah dan juga kondisi kami sekarang ini.     

Aku takut, kalau pak kepala sekolah mengetahui perbuatan ku kepada Yuna dan dia akhirnya menghukum ku juga berkat itu teman-teman ku juga bisa ikut kena getahnya nanti.     

Tapi...     

Sepertinya hal seperti itu tidak akan terjadi. Itu karena-     

"Hmmm...-" Pak kepala sekolah menghela nafasnya dalam lalu melanjutkan-     

"Aku ingin kalian- Tidak. Tapi hanya Zuka, untuk mulai berhenti membully Yuna hanya karena alasan untuk melindunginya dari pembully yang lain"     

Karena itu lah alasannya.     

Sebenarnya, alasan yang jelas kenapa aku selama ini membully Yuna adalah karena aku..Ingin melindunginya dari pembully yang lain.     

Alasan dan tindakan yang aneh bukan.     

Pada ujungnya, aku sama saja seperti pembully yang lain..Membully Yuna dan menyakitinya.     

Tapi..     

Ada sisi baiknya..Seharunya. Tapi sekarang, sisi baik itu mulai hilang berkat tindakan ku kepada Yuna pada waktu itu.     

Mendengar itu, aku hanya dapat menundukkan kepala ku dengan wajah bersalah. Aku mengepal kedua tangan ku dengan sangat kuat merasa kesal kepada diriku sendiri.     

Apa pak kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya sudah mengetahui soal perbuatan ku kepada Yuna pada waktu itu?     

Atau apa?     

"Aku tahu, kalau pada waktu itu kau meminta izin kepada ku untuk melindungi Yuna dari pembully yang lain. TAPI! Kenapa kau justru juga ikut membullynya? Itu yang selalu ku coba pikirkan dan ingin ku tanyakan kepada mu"     

"Maaf, pak. Aku melakukan itu..Agar tidak ada orang lain yang ikut membullynya juga"     

"Jadi maksud mu adalah, 'Jika hanya aku yang membully Yuna, maka tidak akan ada yang ingin membullynya juga', begitu?!"     

Aku hanya dapat terdiam sebentar, lalu menjawab dengan pelan sambil mengangguk-     

"...Iya"     

Jawaban ku membuat pak kepala sekolah dan kelima teman ku menghela nafas mereka berat merasa sangat kecewa.     

Memang perbuatan dan tindakan yang aneh dariku, bukan.     

Aku juga tidak tahu kenapa aku sampai ingin menyakitinya. Itu datang begitu saja. Aku juga merasa sangat bingung kepada diriku sendiri pada waktu itu, di hari pertama aku mulai membullynya.     

Bahkan setiap aku selesai membully Yuna, aku justru mulai merasa sangat menyesal dan rasanya aku sangat ingin memukul diriku sendiri. Tapi aku justru malah mengulanginya terus-menerus hampir setiap harinya.     

Ini karena aku "Ingin melindunginya".     

Begitu lah yang ku pikirkan.     

"Memang..Memang benar berkat kau yang 'Membully' Yuna, murid-murid yang sering membullynya dulu di tahun pertama mulai berkurang dan justru merasa was-was. Dan jika aku boleh jujur..Bullyan mereka lebih buruk daripada kau. Jadi aku bisa merasa sedikit lega"     

"Kenapa Pak kepala sekolah justru merasa lega kalau hanya Zuka yang membully Yuna, maksud ku, kenapa anda tidak ikut bertindak juga untuk melindungi Yuna?"     

Tanya Sara kepada pak kepala sekolah.     

Mengejutkan..Tidak ku sangka kalau Sara ternyata peduli terhadap Yuna. Darimana datangnya perasaannya ini dan sejak kapan dia memiliki perasaan terhadap Yuna?     

"Maaf jika tindakan kami kurang untuk melindungi Yuna. Tapi..Kami para guru sudah melakukan semampu kami"     

"Semampu kami? Lebih tepatnya?"     

"Kami sudah berkali-kali menghukum mereka yang dulu pernah membully Yuna. Mulai dari melarang mereka untuk masuk sekolah, memanggil kedua orang tua atau wali mereka, dan masih banyak lagi. Tapi..."     

"Itu semua tidak menghentikan mereka dari membully Yuna, bukan" Lanjut Rezuki.     

"Ya. Kami juga merasa bingung kenapa mereka sangat ingin membully Yuna. Lalu kau, Zuka, pun datang kepada ku meminta izin untuk melindungi Yuna. Aku pertama merasa sangat senang karena ada yang ingin melindungi Yuna pada akhirnya. Tapi...-"     

Aku hanya dapat menundukkan kepala ku lebih dalam lagi.     

"-Kenapa justru akhirnya malah sama saja! Apa ini hanya akal-akalan mu saja agar dapat membully Yuna dengan perlindungan ku?!"     

"M-Maafkan aku..." Jawab ku dengan nada yang sangat menyesal.     

Pak kepala sekolah menghela nafasnya sangat dalam kembali.     

"Zuka..Aku sangat menghargai mu atas prestasi mu, tapi aku tidak ingin namamu hancur dan kotor berkat tindakan mu"     

Aku merasa sangat jengkel kepada diriku sendiri. Tidak hanya aku telah menyakiti Yuna sendiri tapi aku telah mengecewakan beberapa orang yang sudah menaruh harapan mereka kepada ku dan telah menghargai ku selama ini.     

"Tolong jangan katakan kepada ku kalau kau sebenarnya ingin menyakiti Yuna dengan alasan ingin melindunginya"     

"Tidak. Aku tidak pernah bermaksud seperti itu. Aku tidak pernah berbohong kepada bapak"     

"Lalu..Mana bukti perlindungan mu terhadap Yuna?"     

Tanya pak kepala sekolah dengan nada dan raut wajah yang sedikit kesal dicampur sedikit kecewa.     

"Aku..."     

"Kau tidak ada, bukan?"     

"...Tapi...Setidaknya...Aku tidak membiarkan pembully yang lain menyakiti Yuna..."     

"Hmm..Setidaknya yang itu dapat membuatku sedikit lega"     

"Maafkan aku..."     

Suasana di sekitar kami semua menjadi sangat sunyi dan canggung. Tidak ada yang berbicara sama sekali. Tidak ada pergerakan sedikit dan sekecil apapun. Semua orang terlihat seperti kesulitan untuk bernafas dimana kami semua menahan nafas kami berat.     

Aku menundukkan kepala ku sangat dalam. Teman-teman ku hanya dapat melihat kearah ku dengan wajah khawatir. Pak Kepala sekolah hanya dapat melihat kearah ku dengan ekspresi wajahnya yang sangat serius.     

Lalu, setelah beberapa detik, Pak kepala sekolah menghela nafasnya sangat dalam kemudian berdiri dari kursinya, menghadap kebelakang membelakangi kami dan menghadap sekaligus melihat kearah beberapa foto yang terpajang disana. Foto-foto itu adalah foto dari mantan kepala sekolah SMA Nishigami.     

"Ada satu hal lagi, Zuka"     

Aku menjawab sekaligus bertanya dengan pelan dengan kepala ku yang masih menunduk dalam-     

"...Apa itu, pak?"     

"Sepertinya...Kau sedikit beruntung"     

"Eh?" Seketika aku langsung mengangkat kepala ku dengan ekspresi wajah yang bertanya-tanya. Begitu juga kelima teman ku yang sedikit bertanya-tanya juga.     

"Apa kau tahu rumor yang beredar di kalangan para murid tentang mu?"     

"Maaf, aku tidak tahu"     

"Mereka mengatakan kalau kau sebenarnya tidak membully Yuna dan bermaksud untuk melindunginya. Lalu luka yang ada di tubuh Yuna setelah bertemu dengan mu adalah rekayasa dan akting belaka saja"     

Eh???     

Aku sama sekali tidak tahu apa-apa soal itu. Apa benar mereka semua berpikir seperti itu?!     

Teman-teman ku, semuanya, melihat ke arah ku dengan tatapan mereka yang sangat tajam. Seolah-olah mereka mencoba untuk mengatakan, "Tentu saja tidak. Itu tidak mungkin."     

"Yang ku maksud dengan beruntung adalah, Nama dan reputasi mu"     

"Nama dan reputasi ku itu tidak terlalu penting, pak"     

"Hoo.."     

"Aku...Aku hanya ingin...Aku hanya ingin Yuna tidak disakiti oleh orang lain-"     

"Kecuali dirimu, begitu?"     

Aku hanya dapat terdiam tidak melanjutkan sambil menundukkan kepala ku lagi.     

"Tapi Zuka..Apa kau tahu satu hal lain yang dapat menguntungkan mu?"     

"...Tidak"     

Pak kepala sekolah memutar badannya dan sekali lagi pak kepala sekolah hadapannya lurus kepada kami, namun tatapannya lurus dan menuju kepadaku. Pak kepala sekolah mendekat ke kursi dan mejanya namun tidak duduk di kursinya kembali.     

"Zuka..Kau masih belum terlambat, untuk membuat rumor itu menjadi nyata"     

Eh???     

Perkataan pak kepala sekolah membuat aku dan teman-teman ku cukup terkejut seolah-olah aku baru saja diberikan harapan dan kesempatan kedua.     

"Untuk sejauh ini, kami para guru sudah melakukan yang terbaik untuk Yuna dan kami juga sudah mulai berani mengambil tindakan juga keputusan untuk mengeluarkan para pembully. Dan sekarang, adalah giliran mu-"     

"-Sekarang lah saatnya kau benar-benar melindunginya. Aku tahu, jauh di dalam lubuk hati mu, kau sebenarnya sangat perhatian terhadap Yuna. Jadi, jika rumor itu benar, maka aku minta kau tidak perlu berpura-pura. Dan jika rumor itu salah, maka aku minta kau untuk berhenti menyakiti Yuna lalu mulai lah melindunginya dengan perasaan mu yang sebenarnya. Buat rumor baik mengenai dirimu itu menjadi nyata, Zuka"     

Perkataan pak kepala sekolah justru menyinari dan melegakan perasaan ku sekarang. Aku benar-benar seperti baru saja mendapatkan kesempatan kedua.     

Apa aku...     

Apa aku harus melakukannya?     

Ya...     

AKU HARUS!     

Aku sudah muak menyakiti Yuna tanpa sebab yang jelas.     

Aku sudah sangat muak mengatai Yuna dan meludahinya.     

Aku sudah sangat muak memukul dan menendang Yuna.     

Aku sudah tidak ingin..-     

-Menyakitinya.     

Sudah waktunya untuk ku mengikuti dan membuktikan perkataan dan tindakan ku yang sebenarnya kepada pak kepala sekolah pada waktu itu.     

Aku akan melindunginya.     

Aku akan..     

Menjadi Malaikat pelindungnya.     

Tapi...     

"Tapi pak..."     

"Ada apa?"     

Sebelum itu, aku harus jujur kepada pak kepala sekolah mengenai tindakan ku kepada Yuna pada waktu itu.     

Aku tidak boleh merahasiakannya kalau sudah seperti ini.     

Aku harus jujur sekarang dan berani mengambil risikonya.     

Lagi pula..Itu memang tindakan bodoh ku.     

"Tapi...Aku telah menyakiti Yuna seminggu yang lalu dan membuatnya terluka sangat parah sampai sekarang ini. Apa aku bisa untuk-"     

"Hmm? Apa yang kau maksud, Zuka?"     

"M-Maksud ku..Aku telah-"     

"Tidak, tidak. Kalau kau memang menyakitinya seminggu yang lalu, maka tidak mungkin lukanya sebegitu parahnya, bukan. Lagipula, dia sekarang terluka sangat parah berkat dan karena dia salah satu korban dari Bare Fist Satsuji. Bukan karena perbuatan mu. Kau boleh tenang, Zuka"     

"EH?!"     

"APA?!"     

"Ya. Aku tahu perasaan kalian sekarang ini. Reaksi kalian itu memang sudah sangat wajar jika mengenai kasus Bare Fist Satsuji"     

Perkataan Pak Kepala sekolah..Membuat kami berenam sangat terkejut.     

Aku dan teman-teman ku terkejut bukan karena mendengar kalau Yuna adalah korban Bare Fist Satsuji. Tapi karena sebenarnya aku lah orang yang telah melukai Yuna. Bukan Bare Fist Satsuji.     

"T-Tidak...I-Itu..-"     

"Umm. Aku tahu kalau kalian sedang shock sekarang berkat baru saja mendengar berita soal Yuna adalah salah satu korban dari Bare Fist Satsuji. Berita ini sebenarnya sudah datang sejak seminggu yang lalu, 3 hari setelah Yuna izin tidak masuk, dari walinya Dokter Agase"     

"DOKTER AGASE!?"     

Aku dan teman-teman ku terkejut sekali lagi setelah mengetahui kalau Dokter Agase, Dokter terbaik yang pernah ada di negeri ini, adalah wali Yuna selama ini.     

D-Dokter Agase..Adalah Wali Yuna!?     

Tidak mungkin. Dokter Agase adalah dokter terbaik yang pernah ada di negeri ini. Aku tidak dapat percaya kalau ternyata Dokter Agase adalah wali Yuna.     

Bagaimana bisa Yuna dapat kenal dengan Dokter Agase?     

"Dokter Agase meminta kami para guru untuk merahasiakan ini agar tidak membawa kekhawatiran dan semacamnya. Tapi aku rasa aku perlu memberitahu kalian soal ini karena kalian lah yang setidaknya 'Dekat' dengan Yuna. Itu lah sebab lain aku memanggil kalian kesini"     

"T-Tapi itu...Bare Fist Satsuji..I-Itu tidak benar. A-Aku lah yang telah-"     

"Ya. Aku tahu kalau kau tidak dapat menerima apa yang telah dilakukan Bare Fist Satsuji terhadap Yuna. Begitu juga kami para guru. Tapi, untuk sekarang kita hanya dapat berdoa dan berharap Yuna dapat kembali sembuh secara total. Tenang saja, sudah ada Dokter terbaik yang menangani penyembuhan Yuna. Menurutnya, Yuna dapat kembali masuk sekolah minggu depan"     

"I-Itu...Cukup melegakan. T-Tapi..A-Aku...Aku lah yang telah...A-Aku...-"     

Teman-teman ku melihat ke arah ku dengan wajah dan tatapan mereka yang begitu khawatir.     

Aku tidak dapat berkata apa-apa. Setelah mendengar itu, aku tidak dapat melanjutkan perkataan ku dan menyampaikan kepada pak kepala sekolah kalau aku lah yang sebenarnya yang telah menyakiti Yuna.     

Apa-apaan ini?     

Apa yang sebenarnya terjadi?     

Aku lah orang yang bertanggung jawab atas apa yang Yuna derita saat ini. Bukan Bare Fist Satsuji.     

Aku sangat yakin kalau Yuna tidak diserang oleh Bare Fist Satsuji sama sekali.     

Aku sangat yakin kalau...-     

-Yuna baru saja berbohong.     

Tapi kenapa?     

Apa alasannya dalam berbohong?     

Kenapa dia tidak mengadu dan mengatakan yang sebenarnya kalau aku lah yang sebenarnya yang telah menyakiti dan melukainya?     

Kenapa dia ini?     

Apa yang dia inginkan dariku sebenarnya?     

Pak kepala sekolah terus melihat ke arah ku menunggu ku untuk menyelesaikan kalimat ku..Tapi aku tidak bisa.     

Pada akhirnya, aku pun hanya dapat terdiam tidak mengatakan kepadanya yang sebenarnya dan mau tidak mau aku harus menerima dengan pahit, untuk sekarang dan saat ini, kalau Yuna adalah salah satu korban dari Bare Fist Satsuji.     

Tentunya aku sama sekali tidak percaya dan sama sekali tidak dapat menerima pernyataan itu.     

Aku tidak tahu alasan kenapa Yuna berbohong. Tapi aku tahu satu hal-     

Kalau sepertinya Yuna baru saja melindungi ku.     

"Hmmm...Sekali lagi, aku tahu kalau kau hanya tidak dapat menerima kenyataan pahit ini, Zuka. Tapi, sekali lagi, aku ingin kau menepati perkataan mu untuk melindungi Yuna dengan sesungguhnya. Kau benar-benar bisa, bukan?"     

Aku terdiam sejenak sebelum menjawab-     

"Ya...Aku bisa..."     

Pak kepala sekolah tersenyum merasa sangat senang. Pak kepala sekolah kemudian kembali duduk di kursinya lalu lanjut berbicara-     

"Bagus lah. Itu yang sangat ingin ku dengar darimu. Aku senang pada akhirnya kau dapat jujur terhadap perasaan mu sendiri, Zuka"     

"!?"     

Perkataan pak kepala sekolah barusan...     

Mengingatkan ku kepada...     

Perasaan ku yang sebenarnya selama ini ku pendam terhadap Yuna.     

Teman-teman ku justru tersenyum kecil- Tidak. Lebih tepatnya mereka justru menyeringai kearah ku.     

Seolah-olah mereka ingin mengatakan, "Kena kau~" kepada ku.     

"A-Aku..."     

Pak Kepala sekolah tersenyum kearah ku.     

"Mulai sekarang, kau tidak perlu lagi menahan beban berat, Zuka. Kau tidak perlu di panggil seorang pembully lagi. Kau dapat menjadikan Yuna sebagai teman bahkan sahabat mu. Kau dapat mengubah penilaian buruk milik orang-orang terhadap dirimu"     

"Aku...Ini bukan masalah nama dan reputasi ku, Pak"     

"Ya. Aku tahu itu. Tapi ini masalah perasaan dan mental mu"     

Mendengar itu..Aku hanya dapat terdiam kembali.     

"Aku sangat yakin, kalau Yuna sangat membutuhkan mu, Zuka. Dia pastinya sangat membutuhkan orang seperti mu yang bisa selalu ada di sampingnya. Kau dapat melindunginya, Zuka. Dan kau juga dapat memberikan anak itu sebuah harapan. Harapan yang manis untuk pertama kalinya dalam hidupnya"     

"Aku...Dapat?"     

"Tentu saja. Kau pastinya dapat melakukan itu. Kau tidak perlu membebankan pikiran mu mengenai ini. Yang perlu kau lakukan hanyalah menjadi teman untuk Yuna. Bukan sesuatu yang berat. Aku yakin kau bisa"     

Perkataan pak kepala sekolah membuat jantung ku berdetak kencang.     

Teman-teman ku masih menyeringai ke arah ku.     

Mendapat dorongan dan perhatian seperti ini untuk melakukan tindakan yang baik, walaupun aku telah melakukan banyak perbuatan buruk, membuat ku...-     

-Sangat senang.     

Aku rasa...     

Aku dapat berubah dan menjadi orang yang lebih baik lagi.     

Terutama kepada Yuna.     

Tapi...     

Aku harap dia dapat menerima ku.     

Jujur aku sangat ingin..     

Sangat ingin Yuna dapat menerima ku.     

Aku selalu ingin ada untuknya.     

Aku selalu ingin berada di sebelahnya/di sampingnya.     

Aku selalu ingin ada kapan pun dia membutuhkan ku.     

Aku ingin melindunginya.     

Aku ingin...     

Menjadi malaikat pelindungnya.     

Setelah menundukkan kepala ku cukup lama, aku pun menaikkan kepala ku.     

Aku memperlihhatkan wajah yang sangat yakin dan serius, lalu berkata dengan semangat dan sangat yakin-     

"Aku akan melakukannya! Aku akan melindungi Yuna! Aku akan menjadi temannya! Aku akan..Menjadi malaikat pelindungnya!"     

Pak kepala sekolah dan teman-teman ku tersenyum sangat bangga kepada ku.     

"Zuka..."     

"Akhirnya kau..."     

"Hmph~ Memang sudah seharunya"     

"Membutuhkan waktu yang cukup lama untuknya agar dapat jujur terhadap perasaannya"     

"Ummm~ Niko senang mendengarnya~"     

Ucap teman-teman ku pelan dengan perasaan bangga.     

Pak kepala sekolah mengangguk kemudian berkata-     

"Bagus lah, Zuka. Kalau begitu-"     

"Sebelum itu.."     

"-Hmm?"     

"Ada apa Zuka?" Tanya Aoi begitu juga pastinya dengan teman-teman ku yang lain.     

Suasananya justru berubah menjadi serius kembali begitu saja.     

Ada satu hal yang dari kemarin selalu mengganggu pikiran ku. Tepat di hari mayat Himawari ditemukan.     

Ada satu hal yang selalu ingin ku ketahui..Dan itu di rahasiakan oleh para guru.     

Aku hanya ingin tahu satu hal ini.     

Wajah ku terlihat sangat serius, lalu bertanya-     

"Apa yang sebenarnya kalian (Para guru) lakukan di hari mayat Himawari ditemukan?"     

"!!"     

"Zuka?!" Teman-teman ku sedikit terkejut mendengarnya.     

"Aku sangat yakin kalau kalian tidak sedang berlibur, bukan. Kalian berbohong soal liburan itu, bukan. Pasti ada yang kalian sembunyikan. Aku sangat yakin itu. Aku ingin bapak memberi tahu kami soal itu. Aku mohon"     

"...Kenapa kau sangat ingin tahu soal itu, Zuka?" Tanya balik pak kepala sekolah kepadaku untuk memastikan.     

"Sekolah tidak mungkin di liburkan begitu saja dengan alasan para guru dan karyawan sedang berlibur. Itu pasti sebuah alasan yang dipaksa dibuat begitu saja. Aku ingin tahu kebenarannya"     

Pak kepala sekolah menatap ku dengan tajam dimana aku membalas tatapannya dengan tatapan ku juga.     

"Apa kau sangat ingin tahu?"     

"Ya. Aku sangat ingin"     

Pak kepala sekolah meminta kami untuk mendekatkan kuping kami kepadanya. Pak kepala sekolah pun mulai berbisik pelan kepada kami-     

"Tolong rahasiakan ini dari yang lain. Hanya kalian yang tahu. Tolong di ingat dengan baik"     

Kami mengangguk menanggapi permintaan pak kepala sekolah dengan baik dan berjanji untuk merahasiakannya.     

Perkataan pak kepala sekolah selanjutnya justru..Membuat kami cukup terkejut.     

"Sebenarnya, kepolisian sedang menyelidiki banyak sekolah belakangan ini"     

"Menyelidiki? Menyelidiki apa dan kenapa?"     

"Sebenarnya..Kepolisian sedang mengejar seorang pembunuh berantai misterius yang sudah mereka kejar sangat lama"     

"P-Pembunuh berantai!-"     

"Ssshhh!"     

Niko hampir saja berteriak namun dapat ditenangkan oleh Sara.     

"Lalu? Apa hubungannya dengan sekolah ini?"     

"Itu lah kenapa. Itu karena, menurut penyelidikan kepolisian, pelakunya menyamar sebagai seorang guru atau karyawan di sekolah"     

"EH!?"     

"Selama 6 tahun belakangan ini"     

"I-ITU!? Itu tidak mungkin!?"     

Aku dan teman-teman ku sangat terkejut mendengarnya.     

"Kami juga berpikir begitu. Tidak mungkin ada pembunuh berantai di sekolah ini"     

"Apa kasus ini di sangkut-pautkan dengan kasus Himawari? Apa kepolisian mulai menyelidiki sekolah kita berkat kasus Himawari?"     

"Karna Himawari baru ditemukan setelah kami di panggil dan di selidiki, kemungkinan Tidak"     

"...Begitu, ya"     

"Tapi..Kalian bisa sedikit tenang"     

"Kenapa?"     

"Karena kami semua, para guru dan karyawan, dinyatakan aman dan tidak mencurigakan"     

"Begitu kah?"     

"Ya. Kami juga sangat lega tentunya"     

Perkataan pak kepala sekolah membuat kami merasa sangat lega dan bersyukur.     

Kami kembali berdiri dengan tegak dan melihat ke arah pak kepala sekolah seperti sebelumnya.     

"Tapi..Kalian tetap harus berhati-hati. Ada penjahat dan pembunuh selain Bare Fist Satsuji di luar sana. Dan tentunya sangat banyak. Aku ingin kalian semua untuk tetap berhati-hati. Besok kami para guru akan mengumumkan kalau sekolah akan mulai di pulangkan lebih cepat berkat kondisi yang sekarang ini. Lebih tepatnya, pemerintahlah yang meminta agar semua sekolah memulangkan para murid dengan cepat"     

"Begitu ya. Yaa, tidak diragukan lagi sih mengenai masalah dan kondisi belakangan ini"     

"Umu..Zuka, aku tahu kalau kau seorang atlet bela diri yang sangat kuat. Tapi aku tidak ingin kau mencoba-coba untuk berhadapan dengan para penjahat itu"     

"Tenang saja..Aku tidak akan lagi"     

Sebenarnya, alasan kenapa pak kepala sekolah mengatakan itu karena dia tahu kalau aku adalah seorang petarung di Death-Seum dan petarung seni bela diri bawah tanah yang sudah berhadapan dengan banyak petarung menakutkan dan juga tentunya seorang penjahat.     

"Lagi?" Tanya teman-teman ku kepada ku dan kepada pak kepala sekolah.     

"Aaahhh! B-Bukan apa-apa! B-Bapak hanya tidak ingin dia kelewatan seperti biasanya..I-Itu saja.."     

Dengan panik, pak kepala sekolah menjelaskan dan teman-teman ku dapat menerimanya begitu saja.     

"Begitu ya"     

"Yaa..Zuka memang selalu kelewatan sih kalau soal bertarung"     

"Tapi untungnya kemarin dia tidak begitu kelewatan saat melawan Jun"     

"Iya sih"     

Salah ku..     

Aku keceplosan mengatakan "Lagi" barusan.     

Teman-teman ku tidak boleh tahu kalau aku ikut berpartisipasi dalam ajang seni bela diri bawah tanah yang cukup berbahaya.     

Manager ku sudah pernah mengatakan kalau tidak apa untuk ku memberitahu teman-teman ku soal itu. Tapi, akunya yang tidak bisa dan tidak ingin memberitahu mereka.     

Aku takut mereka nantinya di serang oleh orang yang tidak dikenal yang kemungkinan saja salah satu Haters ku di ajang seni bela diri bawah tanah.     

Jujur saja..Sebenarnya aku memiliki cukup banyak Haters di ajang seni bela diri bawah tanah. Tapi tidak untuk di Death-Seum dimana aku adalah salah satu petarung wanita terbaik.     

"Ehem! Kalau begitu, kalian boleh kembali ke kegiatan kalian masing-masing. Maaf karena telah mengganggu makan siang kalian"     

"Tidak. Itu tidak apa, pak kepala sekolah. Kami mendapatkan apa yang kami butuhkan"     

"Lebih tepatnya hanya kamu, bukan" Ledek Sara kepada ku.     

"S-Setidaknya begitu..."     

Dengan begitu, kami keluar dari ruang kepala sekolah dan kembali ke tangga tempat kami selalu bersantai disana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.