(In)Sanity

CH. 4 - Part Three



CH. 4 - Part Three

0Keesokan harinya.     

SMA Nishigami pukul 8 pagi di waktu setempat.     

Seluruh orang di sekolah baik Guru, Murid, dan karyawan yang bekerja berkumpul di satu ruangan yang besar yaitu Gymnasium.     

Tempat yang biasanya di gunakan oleh para murid untuk berolahraga kini digunakan untuk memeringati suatu kejadian.     

Kejadian yang cukup mengejutkan dan membuat beberapa orang berduka. Baik keluarga, teman, bahkan orang yang tidak dikenal oleh orang ini..Mereka semua berduka penuh kesedihan.     

Semua murid duduk di atas kursi sambil menundukan kepala mereka. Para guru duduk didepan dan beberapa dari mereka ada yang berdiri dan beberapanya lagi duduk diatas podium.     

Di paling depan tempat dimana mic berdiri, Seorang laki-laki paruh baya yang merupakan seorang Kepala Sekolah dari SMA Nishigami berdiri dengan tegak dan menyampaikan perkataan dan doa untuk seseorang yang sudah pergi.     

Seseorang yang sedang meraka antar kepergiannya bersama...     

Hide Himawari.     

Gadis muda yang sudah meninggal akibat Pembunuhan, Penyiksaan, dan Mutilasi. Fotonya terpajang di paling depan sambil dihiasi oleh bunga.     

Kepala sekolah menyampaikan pidato yang sangat menyentuh. Beberapa dari mereka yang datang menangis dan ada beberapa dari mereka yang menahan rasa sedihnya. Tapi tidak sedikit dari mereka yang tidak mengeluarkan perasaan yang sama seperti yang lain.     

Salah satunya adalah Yuna Akari.     

Sementara itu, Zuka dan teman-temannya duduk secara bersebelahan. Teman-teman Zuka semuanya menangis dan tidak ada salah satu dari mereka yang dapat menahan tangisnya. Sementara itu Zuka sendiri ingin menangis..Tapi dia tidak bisa.     

Dia tidak bisa menangis mengantari kepergian Himawari temannya. Dia sudah cukup syok kemarin sampai dia tidak tahu harus berbuat apa lagi selanjutnya.     

Zuka sudah melihat jasad Himawari di rumah sakit kemarin bersama teman-temannya dan keluarga dari Himawari. Zuka ingin muntah waktu itu tapi sifat dan kepribadiannya yang kuat menahannya..Sama halnya saat dia ingin menangis baik kemarin maupun sekarang.     

Di tengah rasa haru dan kesedihan ini, Zuka merenung sendiri mengingat semua kelasahannya yang dia lakukan kepada Himawari.     

Mencampakkannya, Menjauhinya, Tidak mendengarkannya, dan tidak menghargai usahanya.     

Zuka merasa telah gagal menjadi seorang teman dan sahabat bagi Himawari. Zuka sudah berjanji untuk tidak meninggalkan atau melupakan satu pun temannya tapi dia melupakannya secara tidak ia sadari dan sekarang..Dia baru mengingatnya kembali.     

Aku bodoh!     

Teriak Zuka didalam hatinya. Lebih tepatnya renungan Zuka didalam hatinya.     

Aku sangat bodoh! Apa-apaan aku ini!? Sahabat macam apa aku ini!? Himawari tidak seharusnya berakhir seperti ini. Ini salah ku...Ini salahku...Kesalahan ku yang bodoh!     

Aku kuat?! Tidak itu hanya dalam bela diri saja..Kenyataannya aku ini lemah. Aku bahkan tidak dapat melindungi Himawari dimana aku sudah berjanji pada diri ku sendiri. Aku bahkan tidak dapat melindungi adik ku dari Monster itu..Lalu apa aku ini?! Hanya seorang pengecut..Hanya wanita biasa yang lemah mentalnya.     

Aku...Bodoh!     

Zuka terus merenung didalam hatinya mengingat kesalahan dan mengejek dirinya sendiri. Dia tidak terlihat sedih diluar..Melainkan di dalam.     

Zuka menekuk tubuhnya dalam dan menundukan kepalanya lebih dalam dari yang lain. Zuka kelihatannya akan menangis..Matanya terlihat sudah mulai berkaca-kaca. Lama kelamaan matanya mulai ditutupi oleh air mata yang masih menumpuk dan menunggu untuk jatuh.     

Zuka sudah sangat lama tidak menangis ataupun mengeluarkan air mata setetes pun. Dia bahkan sudah lupa terakhir kali ia menangis. Tapi sekarang..Dia akan mengingatnya.     

Himawari..Maafkan aku..Aku yang salah..Seharusnya aku melindungi mu..Kau itu orang yang baik..Bahkan dari kita semua kau yang paling tidak ingin jatuh. Kau tidak ingin membully Yuna tapi kami mengabaikan mu. Kau ingin membawa kita kejalan yang lebih baik tapi kami menolak.     

Kami menjauhi mu dan menyakiti hati mu..Kami salah..Aku salah..Kami menyesal dan kami meminta maaf..Maafkan kami semua, Himawari.     

Aku yakin..Di lihat dari kondisi di sini..Dari orang-orang yang sudah menyempatkan untuk datang..Mereka semua berduka atas kepergian mu.     

Bahkan'dia' pun pastinya juga sama.     

Lagi pula selama kami menjauhi mu..Dia selalu bersama mu.     

Benar begitu kan-     

Zuka menoleh ke seseorang yang dia maksud.     

Yu-...     

APA YANG!?     

Di saat Zuka menolehkan kepalanya ke arah seseorang, Zuka sekejap terkejut.     

Matanya terbuka lebar. Mulutnya ditutup rapat. Giginya di gertakan sangat kuat dan amat keras. Matanya yang sebelumnya berkaca-kaca kini berubah menjadi merah. Zuka seketika menajam kan matanya tajam seperti seekor singa yang marah dan melihat mangsanya.     

Zuka menegakkan tubuhnya yang sebelumnya menunduk tajam kebawah. Dia mengepalkan kedua tangannya kuat.     

"Maaf Himawari..Aku tidak jadi mengantarkan kepergian mu dengan air mata. Aku akan menjadi diriku yang seperti biasanya"     

"....Zuka??? Hiiieeekkk?!?!" Salah satu teman Zuka disebelahnya terkejut melihat raut wajah Zuka.     

"Aku tarik kembali ucapan ku yang sebelumnya..Tidak semua orang disini memiliki perasaan yang sama..Bodohnya aku yang dapat lupa akan hal itu.."     

Zuka lebih mengeraskan kepalannya dan lebih menajamkan tatapan matanya yang tertuju pada satu orang.     

"Tidak semua orang disini memiliki hati yang baik..Tidak untuknya...Dasar rubah yang menjijikan..."     

"AKU AKAN MEMBUNUH MU!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.