Consumed by You (21+)

Pemuasan (21+)



Pemuasan (21+)

0Kemudian, Ken menarik tubuh Rika hingga tegak berdiri, dua tangan menahan semua tangan Rika untuk dibawa ke atas kepala pinknya, lalu mulut Ken rakus menyesap puting pink yang sedari tadi telah menggoda, tanpa peduli apakah Rika akan protes atau tidak. "Slurpphh... sllrrpphh... eerllmmpphh..." Decapan dari Tuan Muda menggema di ruang lembab tersebut, menandakan betapa bersemangat sang pelaku.     

Lumat, sedot, hisap, lomot. Semua dilakukan Ken sebagai bentuk tergila-gilanya dia pada oppai Rika. Semua oppai yang pernah ia jamah sebelum ini serasa raib tak berbekas di memori otak Ken. Seolah, oppai Rika adalah satu-satunya dan pertama baginya.     

Untuk memudahkan aksinya, Ken membawa tangan Rika ke belakang tubuh si gadis yang sekaligus ia pepet ke tembok di situ sambil tetap berdiri di dalam bathtub. Dengan begitu, ia lebih leluasa menikmati oppai kenyal Rika.     

Ken tak peduli. Tak peduli jika ini disebut pelecehan atau apalah. Ia hanya sedang mengungkapkan perasaan dan apa yang mendesak di otaknya. Rika telah membuatnya menjadi majikan mesum. Yah, walau sebelumnya sudah mesum sih, tapi ini lebih dari itu.     

Salahkan Rika! Salahkan Rika!     

Tentu saja perilaku tiba-tiba majikannya membuat Rika amat terkejut. Bukankah tugasnya hanya menyabuni semua bagian tubuh Ken tanpa adanya perlakuan khusus lagi?     

Sudah dibilang untuk tahan sebentar, kan? Tapi, sepertinya seorang lelaki macam Ken apalagi batang kebangaannya itu seolah distimulasi secara tak langsung, kontan saja bereaksi sedemikian rupa.     

"Nnhhh... Yamette... a-ahhh... K-Ken-sama... mmhh~" Rika gigit bibir bawahnya cukup kuat, menahan suara desah yang pasti akan mengudara akibat jamahan mulut nakal pria muda bermarga Fujisaki tersebut.     

Rika berusaha berontak dalam pepetan Ken. Ini benar-benar terpepet, dimana tubuh seksi Rika antara dinding kamar mandi dan juga tubuh maskulin lelaki tersebut.     

"Ken...sa-samma—ngahh~"     

Putingnya membengkak dalam balutan mulut Ken. Yang pasti akan terasa nyeri kembali usai ini. Dan sialannya, Rika tersentak tiba-tiba kala tak sengaja perut bawahnya menyentuh sesuatu yang terasa kenyal.     

Penis Ken. Astaga!     

Yah, wajar sih karena perbedaan tinggi. Meski Ken itu lebih muda 5 tahun dari Rika tapi tubuhnya sudah seperti lelaki dewasa. Tinggi, berisi. Hot. Nona muda itu sendiri malah sebaliknya—seperti masih anak SMA saja.     

Gadis Tadashi sontak busurkan dadanya tatkala mulut Ken dengan semangat menghisap lomot puting miliknya, seolah-olah ia adalah bayi yang tengah mendamba ASI—meski tak akan ada yang bakal keluar, sih.     

Dan... berontakan Rika tersebut nampaknya sedikit disesali oleh si empu nama. Pasalnya, benda yang menggantung di selangkangan Ken itu selalu tersentuh tiap kali ia bergerak.     

Rasanya seperti makan buah simalakama saja. Diam salah, berontak juga salah.     

Ken tambah terangsang mendengar lenguhan erotis Rika. Mulutnya makin liar. "Oummccphh! Ermmcpphh! Aahmmmhh!"     

Dan disebabkan dia yang lebih tinggi beberapa puluh centi dari Rika, penis tuan muda bisa tepat mengenai selangkangan Rika ketika ia sedang merunduk.     

Tuan Muda Ken menggerakkan pinggul sehingga penis itu terus mengusap pangkal paha sang gadis.     

Ingin mencoba kenikmatan lainnya, Ken pun menghentikan jajahan mulut pada puting Rika. Berdiri agak menekuk kaki dan tetap menahan tangan Rika di belakang sambil pepet tubuh si Pinky seperti sebelumnya, Ken memasukkan penis ke sela-sela pangkal paha Rika.     

"Rapatkan kakimu dan jepit penisku di antara kakimu, sayank. Itu kalau kau masih ingin perawan," bisik Ken nakal di depan wajah Rika.     

Setelahnya, Ken bergerak maju mundur menggesekkan penis tegang tersebut ke bibir luar kewanitaan Rika, tidak sampai masuk vagina. Hanya menggesek saja sambil dijepit paha dalam Rika.     

"Urrghh... kimochii... kimochii, Rika... Rika-chan kau juga merasa enak, kan?" Suara mendayu Ken namun bermuatan kemesuman akut menggema di ruang lembab itu bersahutan dengan bunyi tabrakan paha Ken dan Rika.     

Dan tentunya Rika juga menyumbangkan suara erotisnya, kan?     

Apalagi tuan penis lama-kelamaan menggesek klitoris dengan posisi demikian. Tenang saja, Rika... keperawananmu masih aman, kok. Semoga....     

Tak ada pilihan lain selain menurut, bukan? Jadi jangan berpikir jika Rika juga... menginginkan hal demikian. Ia masih sayang keperawanannya, tentu saja.     

"Nghhh... anhh... nhh... aahh~" Rika gelengkan kepalanya seolah ia adalah makhluk tsundere (lain di mulut, lain di hati) yang tengah berhadapan dengan seorang pria mesum. Bagaimana bisa mengatakan 'tidak' disaat dirinya sendiri sangat menikmati betul gesekan penis sang majikan?     

Tentunya sensasi permukaan kenyal namun tegang penis Ken terasa nikmat kala menggesek mutiara mungil spesialnya. Berkali-kali Rika menahan diri untuk tak membuka kaki atau seringaian Ken semakin menjadi-jadi.     

"K-Kimochi... anghh~" Tanpa sadar sama sekali, mulut Rika menyerah, lantas mengudarakan sahutannya. Dan tentu meski hanya berbisik, tapi Ken bisa mendengar dari jarak seintens itu.     

Rasanya setiap kenikmatan yang Rika rasakan sekarang membuat kakinya gemetar dan... basah. Lalu pasrah.     

Pemberontakan yang Rika lakukan sudah berhenti. Ia nampak tenang, sesekali gerakkan pinggul seolah merespon atas tindakan Ken pada bagian intim dari kewanitaannya.     

Ken mengabadikan semua pemandangan itu dengan matanya untuk dia save and lock di otak. Iya, otak mesumnya.     

Rika yang terpejam sambil mendesah membuka mulutnya, wajah merah ranum, oppai berayun indah, Ahh... benar-benar pemandangan surga.     

"Rika! Rika-chan! Ermgh! Rika-chan!" Ken terus menyuarakan nama sang gadis karena ia hampir sampai di limitnya.     

GREPP! !     

Akhirnya Ken memeluk erat Rika, melepaskan cekalan di pergelangan tangan Rika sambil dirinya bergerak makin cepat. Dadanya menekan dada montok Rika dan pinggulnya bergerak seirama dengan si Pinky.     

"Rika-chan! Rika-chan! Sasugaa (hebat)! Sasugaa! Orrgghhh... yes... yes...! Hampir... hampir sayank... mana bibirmu..." racun Ken sambil dongakkan dagu Rika dan raup bibir di depannya.     

"Hoummcchh... oummchh... kimoc—mmcchh..." Mulut rakus Ken melumat bibir nona Pinky seolah sebagai pelampiasan atas libido yang terus merayap naik.     

Setelah kepala Rika patuh mendongak tanpa perlu ditahan, tangan Ken pun turun untuk meremas oppai Rika dari gerakan lembut ke kuat, dan tak lupa menggoda puting merah muda tersebut.     

Rika sendiri patuh tanpa sadar. Tangan yang sudah bebas tadi bukan ia gunakan untuk mendorong tubuh Ken, namun mengalungkannya pada leher pria muda tersebut. "Mmchh... ahhmch... nghmmh~" Dengan berani, Rika membalas lumatan bibir Ken sedang pinggulnya semakin intens mengikuti gerakan penis Ken.     

Rika remas rambut belakang sang majikan kala merasa jika ia juga merasa hampir di batas limit.     

Vagina nona Pinky sudah basah sejak tadi. Klitorisnya juga nampak membengkak akibat gesekan nikmat penis kebanggaan Ken. Ia ingat seberapa besar ukurannya karena tadi sempat memegang dengan dua tangan langsung, lho!     

"Ehmmch... aahhgmch... hhhmmh...." Dada Rika naik turun. Napasnya semakin memberat, lebih cepat dari ketika dia bernafas normal biasanya.     

Tatkala merasa semakin mencapai limit, Rika buka kakinya dan jauhkan wajah hingga cumbuan bibir keduanya berhenti.     

"Mmhaanghhh~" Kala si nona muda itu orgasme, matanya terpejam erat menyembunyikan sepasang iris biru miliknya. Tubuh Rika gemetar sesudah pasca orgasme seraya berbisik amat pelan, "Hhh... Ki-Kimochi~ urgh..."     

===BERSAMBUNG===     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.