Consumed by You (21+)

Pencarian (21+)



Pencarian (21+)

Sebagai jawaban atas pertanyaan Ken, nona Tadashi menggeleng tegas seraya gigit bibir bawahnya. Pria muda ini salah paham atas apa yang ia ucapkan.     

Yang ia maksud hanya melihat telanjang—dan itu pun mereka masih sama-sama bocah—bukan semacam sentuh-menyentuh atau bahkan tahap... you know what it is.     

''K-kau salah paham! Bukan mma—nghh... ya-yamete (hentikan)... a-ahh~'' Serius, Rika merasa bagai seorang kekasih yang tengah menjelaskan kesalahpahaman antara keduanya.     

Rika berusaha berontak, namun cengkraman pada dua pergelangan tangannya terlalu kuat. Belum lagi, pergerakan dia benar-benar terkunci.     

Majikan brengsek! Dia sangat tahu cara untuk membuat seorang gadis dapat dia kuasai dengan mudah.     

Bermaksud berontak, gerakan tubuh Rika malah jadi terlihat sensual dalam penglihatan Ken. Ini semacam terpenjara dalam sarang serigala kelaparan dan tak bisa keluar lagi.     

''Mmhh... ahh, yadaa (jangan)~'' pintanya dengan wajah merah karena merasa malu kala area kewanitaan masih sucinya itu tersentuh tangan pria se-sialan Ken.     

"Honto ka (benarkah)?" Ken menaikkan alisnya dengan raut menggoda. Kokoro (perasaan)-nya mendadak lega seketika saat Rika memberi klarifikasi. Tapi sayangnya libido sudah terlanjur naik, susah diturunkan.     

Apa boleh buat. Musti dituntaskan, ya kan?     

Maka dari itu tangan Ken makin nakal, dan kini satu jarinya menyusup ke dalam celana bikini dari samping.     

"Basah. Kau sungguh basah, cantik," ucap Ken mengumandangkan kata-kata vulgar.     

Usai berkata seperti itu, Ken menyambar tali sweater yang di tengkuk Rika, melepasnya, dan mengikat dua tangan Rika memakai tali tersebut hingga akhirnya tangan itu harus rela terkunci ke atas.     

"Nah, dengan begini aku bisa lebih leluasa memberimu hukuman, sweetie... fufuu... kau pasti juga setuju itu, kan?"     

Ken melebarkan kaki Rika, menahan kaki itu tetap membuka sedangkan ia merunduk untuk membaui selatan sang gadis.     

"Humm... aroma yang sedap, Rika-chan. Rasanya tak sabar mencicipinya."     

Ken kembali mengelus daerah yang telah basah tersebut. Kentara jelas dari luar celana. Dan celana kecil itu makin dibuat basah dengan lidah Ken yang menyapu di sana.     

"Enak kah? Kalau tak enak maka aku akan menggunakan cara lain. Ayo jawab, sweetie... enak kah jilatanku tadi?"     

Wohoho... seperti makan buah simalakama, kan Rika-chan?     

Iris biru Rika melirik tangannya yang kini terikat tali sweater. Ia lirik wajah sialan sang majikan yang tengah menyeringai ke arahnya seolah ia adalah domba kecil siap dimangsa.     

Sialan! Apa Dewi Fortuna sedang malas berdekatan dengannya? Kenapa seorang Rika harus terjebak bersama Ken di dalam satu ruangan, dengan kondisi pergerakan terkunci?     

Apapun yang pria muda itu lakukan sudah membuat Rika bagai gadis tak berkutik lagi. Semua kekuatan, serta sikap kasar itu seolah lenyap hanya dengan satu sentuhan di area sangat sensitifnya.     

Klitoris.     

Rika menggeleng kencang entah itu sebuah jawaban, atau maksudnya tidak tahu. Pinggul nona muda tersebut bergerak tak tenang seolah apa yang Ken lakukan malah membangkitkan gairahnya tanpa ia sadari.     

''Mnghh... Uru—sai (diam!/jangan banyak bacot),'' sahut Rika lirih namun bisa di dengar oleh Ken. Well, meski ia bereaksi seperti menolakpun, apa yang Tuan Muda Kenkichi itu lakukan akan lebih menyiksanya jika terhenti ditengah jalan.     

"Urusai? Benarkah itu jawaban yang kau pilih? Fufufuu... baiklah. Sepertinya kau tak puas hanya dengan jilatan tadi. Oke sweetie... kau akan mendapatkan yang lebih baik. Bersiaplah..."     

Ken menyibakkan ke samping segitiga mungil yang melekat di selangkangan Rika hingga kini terpapar jelas bentuk kewanitaan Rika.     

"Basah, mulus dan berwarna merah muda segar seperti rambutmu, waow... lucky!" Mata Ken berbinar senang mendapati bahwa Rika sudah mencukur bulu pubisnya. "Apakah kau mencukurnya untukku? Ahaha... Rika-chan sungguh perhatian padaku!" seloroh Ken seenaknya sambil mengelus area yang tak berbulu itu.     

Tak menunggu menit berganti, lidah Ken sudah mengusap labia mayora Rika dan dua tangannya membantu membuka labia tersebut hingga nampaklah sebuah benda yang pastinya pusat segala sensitif di tubuh Rika.     

Klitoris.     

"I've found you, cutie..." ucap Ken pada klitoris-chan dan langsung saja lidah itu bergulir agresif di benda mungil tersebut. Saking agresifnya hingga decapannya kentara.     

SLERPCHH! CERPH! CLEPRSH!     

'N-NANI (apa)??!! I-IIE (tidak)!' batin Rika langsung syok hebat. Ia tak menyangka jika melamar pekerjaan di tempat ini ternyata salah besar. Dirinya yakin, ini bukanlah perjalanan takdir apa-adanya.     

Ini jebakan dari seorang bajingan untuknya!! Je-ba-kan.     

''Mnghh... ahhahng~ya-yamettee... anghh~K-Ken-samaa—hangh~yametehh...'' Tubuh si gadis pinky mengeliat seolah ingin berontak meski usaha itu bakal percuma.     

Sesekali, punggungnya membusur kala lidah sialan itu mencecap kuat klitorisnya. Itu bagian tersensitif, dan ia akui—meski tak bakalan gamblang—sangat nikmat.     

Hey! Ia serius akan bilang jika pria ini orang pertama yang mampu menyentuhnya sampai seintim ini. Serius. Dua rius? Kakaknya? Pftt! Jangan bercanda.     

Wajah Rika sudah merah tak karuan. Ia benar-benar super malu dengan kondisinya sekarang. Yah, mungkin setiap gadis bakal merasa malu tatkala bagian kewanitaannya dijamah seintens ini, bukan?     

''Aahhh~ yaddaa... yah-yadaa... mmhh... hhh... hahnghh!'' Rika kepalkan dua tangannya erat. Sepasang kelopak mata tertutup, menikmati tanpa sadar jamahan Ken pada bagian intim miliknya. Terlebih, hal yang gila dari itu, dirinya malah mendesah karena bajingan satu itu.     

Ini benar-benar hari terburuk untuk Rika! Apakah dia lupa menengok ramalan bintang dia hari ini?     

Area selatan sana sudah basah, hanya tinggal menunggu dirinya membasahi mulut bajingan tampan usai ini. Yang jelas... Rika merasa jika gara-gara itu, berahinya jadi muncul. Apa ia bakalan meminta lebih pada Ken?     

Meminta...?     

Ken senang. Bahagia. Riang gembira mendengar desah erang Rika, gadis yang ia incar hingga melakukan banyak kegilaan demi bisa menjerat gadis itu.     

Sambil mencecap klitoris Rika, Ken melirik ke wajah cantik Rika. Wajah itu merona parah dan menambah ranum untuk lekas dipetik.     

Tak mau hanya memberi itu saja, kini satu tangan Ken maju dan menyusupkan satu jarinya ke dalam liang istimewa Rika.     

Vagina.     

Rika tersentak seketika kala merasakan benda asing masuk tiba-tiba ke dalam liang spesialnya. Benda asing pertama kali yang berhasil menjamah bagian dalam vaginanya dengan sangat kurang ajar.     

Perlahan, Ken memutarkan jari tengahnya di dalam sana dan sesekali menekan bagian dinding atas lobang vagina Rika. Tau kah apa yang dicari Ken? G-spot.     

''Yame—aahhh~!'' Tiba-tiba saja, desahan Rika makin nyaring. Benda asing sialan milik Ken nampaknya telah sukses menohok titik ter-spesial milik Rika.     

G-spot.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.