JURAGAN ARJUNA

BAB 210



BAB 210

0"Romo, Romo kenapa, toh? Biung kenapa? Kenapa kalian benar-benar sangat membingungkan?" tanya Ningrum yang rupanya sudah ada di sampingku. Aku langsung memeluknya, sembari mengusap air mataku dengan kasar. Sebab aku merasa, aku benar-benar sudah ndhak kuat lagi bersandiwara di depannya. Aku merasa benar-benar sangat hancur sampai ndhak tahu lagi bagaimana harus berekspresi bahagia di depannya.     

Seharusnya, berita kehamilan adalah berita yang sangat menggembirakan. Yang akan dinanti oleh banyak pasangan juga banyak keluarga di dunia ini. Namun nyatanya, berita kehamilan saat ini seolah menjadi kutukan untukku, yang merobek-robek jantung dan hatiku seolah, kelahran, adanya benih di perut Widuri sebagai tanda, jika aku telah mengotori perempuan lain, jika aku telah mengotori pernikahanku dengan Manis. Dengan sangat nyata dan sangat menyaksikan.     

"Siapa perempuan itu, Romo? Apa dia istri baru Romo?" tanya Ningrum lagi, aku menundukkan wajahku, ndhak bisa menjawabi ucapan putriku. Untuk kemudian, aku menghela napas panjang. "Dia—perempuan itu telah hamil anak Romo, toh? Perempuan itu mengandung calon jabang bayi Romo, toh?"     

Aku kaget luar biasa mendengar ucapan itu keluar dari mulut Ningrum. Hatiku benar-benar terasa sakit karena ucapan Ningrum itu. Tapi, jawaban apa yang harus kuberikan kepadanya? Bahkan untuk sekadar mengangkat kepalaku dengan tegak seperti biasanya pun aku benar-benar ndhak bisa.     

"Aku... Romo... Romo—"     

"Ada apa ini, Romo? Ada apa? Bagaimana bisa ada perempuan lain yang tengah mengandung anak dari Romo? Ada apa ini Romo? Apa yang sebenenarnya terjadi, Romo? Apa?!" Ningrum tampak kecewa kepadaku, dia langsung memandangku dengan tatapan nanarnya. "Romo, aku tahu kalau kamu telah jatuh hati dengan Biung sangat dalam. Tapi bagaimana bisa, kamu melakukan hal ini, Romo? Apakah kalian sudah menikah tanpa persetujuan Biung? Ataukah Romo hanya tergoda kepadanya untuk sesaat sampai perempuan itu hamil, Romo? Tolong jawab, yang mana dari dua tebakanku itu yang benar, Romo? Katakan!"     

"Ndhuk—"     

"Aku patut tahu, toh? Aku patut tahu, toh, Romo? Aku bukan anak kecil lagi, sekarang. Aku bukanlah anak kecil yang bisa kamu bohongi lagi. Jadi apa yang sebenarnya terjadi, Romo. Tolong ceritakan kepadaku, sebab aku ndhak akan bisa melihat biungku menjadi hancur seperti ini. Tatkala dia sedang berusaha sekuat tenaga untuk memberimu momongan, tapi Romo malah memberi perempuan lain hal yang seharusnya menjadi hadiah terindah untuk Biung. Gusti, Romo... aku benar-benar ndhak tahu jika Romo bisa sampai seperti ini, toh. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa, Romo?"     

"Bukan... bukan keduanya, Ndhuk...," kataku pada akhirnya. "Saat itu aku benar-benar lengah, aku melamun dan perempuan itu meniupkan syaratnya kepadaku. Sehingga, pelet yang ia berikan masuk ke dalam tubuhku. Dan selama beberapa bulan kemarin, romomu ini nyaris ndhak pulang ke rumah, romomu yang bodoh dan berdosa ini tinggal bersama dengan perempuan itu tanpa ikatan suami-istri. Sampai pada akhirnya, Eyang Kakung, dan Eyang putrimu datang menjemput, bersamaan dengan biungmu. Setelah itu Romo diobati, sehingga pengaruh pelet itu hilang dari diri Romo. Dan saat itu terjadi, semua hal yang memalukan, semua hal kotor yang seharusnya ndhak kulakukan sudah menjadi sangat terlambat untukku melakukan penyesalan. Romomu yang bodoh ini berkali-kali menyakiti biungmu dengan sangat nyata, di bagian yang benar-benar sangat fatal. Sehingga, tatkala romomu ini sadar dan mulai sembuh dari semua hal yang ada di sini, di saat itu juga sepertinya Gusti Pangeran tengah menghukum romomu ini, dengan memberikan benih kepada perempuan itu, sehingga perempuan itu mengandung. Seolah-olah, bayi yang ada di perut itu merupakan lambang dan bukti, jika romomu ini telah mengkhianati kecuian bahatera rumah tangganya sendiri."     

Mendengar hal itu Ningrum langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia langsung menangis sejadi-jadinya di hadapanku. Aku tahu, sejatinya dia pun ndhak akan menyangka jika kejadian seperti ini bisa terjadi kepada orangtuanya. Kemudian, dia tampak menunduk lesu, dengan tatapan kosongnya itu.     

"Sungguh, ini adalah perkara yang sangat pelik, Romo, seolah-olah semua bagian dari masa laluku ditarik lagi dengan sangat nyata. Dulu, Bapak dan Emak juga seperti ini. Tatkala Bapak melakukan perselingkuhan secara nyata dengan seorang perempuan di depan Emak. Dan setelah Emak mulai menerima dan memaafkan semuanya, selang beberapa tahun kemudian, Emak lah yang malah terjerat oleh pesona laki-laki lain, sehingga menjadikan semuanya hancur. Dan membuat Bapak menghabisi keluargaku. Romo... jatuh hati memang perkara sederhana, sesederhana sebuah kalimat yang cukup singkat itu. akan tetapi, imbas dari jatuh hati itu benar-benar sangat luas. Bukan hanya kita dilatih siap untuk terluka, siap untuk kecewa, siap untuk jatuh. Tapi, sebuah pengkhianatan dari jatuh hati dan tentang cinta yang dikecewakan, benar-benar memberikan dampak yang sangat besar. Sampai saat ini, berapa banyak saudara saling bunuh, orang-orang saling bunuh hanya karena cinta, hanya karena cemburu. Dan sampai saat ini berapa banyak orang-orang yang hatinya hancur, yang bahkan sekarang ndhak lagi percaya dengan namanya cinta karena sebuah pengkhianatan itu, Romo? Banyak... banyak sekali hal buruk yang terjadi karena rasa cinta itu sendiri. Terlebi sekarang, hal yang kukhawatirkan itu terjadi kepada orangtuaku ini. Aku benar-benar ndhak tahu harus membela siapa, aku benar-benar ndhak tahu harus memberitahu apa. Sebab kurasa, di sini... benar-benar titik yang sangat buram, ndhak ada kejelasan atas semuanya."     

"Romo juga tahu itu, Ndhuk, itu sebabnya selama Romo berada di sini, bahkan sampai detik ini Romo sama sekali ndhak berani untuk menyapa biungmu. Romo ndhak berani untuk sekadar menyentuh tubuh biungmu, sebab Romo merasa jika tubuh Romo benar-benar sangat kotor karena apa yang telah Romo lakukan. Benar jika Romo telah kepincut dengan perempuan lain karena guna-guna, bisa dikatakan jika perbuatan Romo saat itu karena Romo ndhak sadar sama sekali dengan akal sehat, dan pikiran Romo. Akan tetapi Romo juga tahu betul, jika dampak dari keteledoran Romo itu sangat nyata. Ini, bukan seperti mimpi tatkala kita khilaf maka kita bisa memperbaiki semuanya. Ini adalah hal, yang sebenarnya ndhak ingin Romo lakukan, telah terjadi tanpa keinginan Romo. Tapi, Romo sendiri yang telah melakukannya sampai seperti ini. Ndhuk, Romo benar-benar ndhak bisa harus mengatakannya seperti apa. Bahkan Romo rasa, mati sekarang untuk biungmu adalah perkara yang sia-sia dan percuma. Biungmu tetap ndhak akan pernah mengharapkan itu terjadi, seba luka di hatinya benar-benar sangat dalam. Bahkan obat apa pun ndhak akan ada yang mampu untuk menyembuhkannya, obat apa pun itu."     

Ningrum ndhak mengatakan apa-apa lagi, tapi tangan kecilnya mengelus punggungku pelan. Untuk kemudian dia mencoba tersenyum, seolah dia sedang menenangkanku.     

"Romo, tenanglah... Romo ndhak boleh seperti ini. Karena Romo melakukan itu tanpa kehendak Romo, maka percayalah jika waktu akan membantu Biung untuk menerima semuanya dengan lapang dada."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.