JURAGAN ARJUNA

BAB 204



BAB 204

0"Manis, kenapa kamu menjauh, Ndhuk? Apakah kamu ndhak rindu dengan Kangmas?" tanyaku. Rasanya benar-benar sangat rindu melihat wajah istriku, rasanya aku ingin sekali melihatnya bermanja-manja denganku. Namun tampaknya, apa yang kuinginkan berbeda dengan apa yang diinginkan oleh Manis, sambil menangis dia diam. Bahkan seolah ndhak ingin berjanak dari tempatnya.     

"Arjuna, biarkan Manis sendiri dulu. Setelah apa yang kamu lakukan, apakah menurutmu pantas bagimu untuk mengatakan hal seperti itu? Manis butuh waktu, beri dia waktu, dan kamu meminta maaflah kepadanya. Meski Biung rasa, meminta maaf seribu kali pun ndhak akan pernah bisa mengobati hatinya yang lara," Biung tampak tersenyum getir, kemudian dia menunduk. "Kamu tahu, Arjuna. Cobaan terbesar bagi seorang perempuan yang telah berumah tangga bukanlah perkara besok kita makan apa, akan tetapi tatkala orang yang dia cinta berkhiat dengan cintanya. Itu benar-benar hal yang sangat menyakitkan bagi kamu, Arjuna, kami para perempuan."     

Aku langsung menangis sejadi-jadinya, terlebih tatkala aku mengingat kejadian demi kejadian yang kulalui dengan Widuri, tidur dengan Widuri tetap di depan istriku sendiri. Gusti, untuk apa kamu beri aku hidup, Gusti? Bahkan tubuhku sudah berlumur dosa. Aku adalah penghianat paling jahat dalam perkara rumah tangga. Bahkan, rasa cinta dan setia yang kuberiakan kepadanya, begitu mudahnya aku melalaikannya, aku benar-benar bukan seorang pemuda yang baik untuk istriku sendiri.     

"Juragan, apa yang terjadi biarlah terjadi. Sekarang, Juragan bisa bertemu dengan Widuri. Sengaja kukunci kamarnya dari depan, agar dia ndhak bertingkah sesuka hati. Dan saya pun ingin melihat bagaimana pandangan Juragan kepada perempuan itu. Mungkin jika Juragan masih mencintainya, itu berarti yang kami duga adalah keliru. Sebab kami mengira jika Juragan telah diguna-guna. Itu berarti cinta Juragan kepadanya benar-benar ada. Namun, jika rasa itu telah luntur, cepatlah kembali, sebab ritual penyembuhan Juragan masih sangat dini. Saya akan melakukan apa saja agar Juragan bisa terlepas dari guna-guna semacam itu, Juragan."     

"Sepertinya sebentar lagi saja. Aku masih benar-benar bingung dengan semua ini. Aku butuh waktu untuk sendiri," pintaku pada akhirnya.     

Agaknya, mereka menghormati keputusanku. Mereka lantas pergi dari kamarku. Sementara Manis memilih membisu, sembari duduk di atas kursi. Mungkin, dulu, tatkala dia sedang sedih seperti itu aku akan mendekat dan memeluknya dari belakang, agar istriku bisa tersenyum lagi. Namun sekarang, jangankan memeluknya, bahkan untuk mengenggam tangannya pun aku merasa benar-benar ndhak pantas. Aku adalah seorang pengkhianat, dan pengkhianat ndhak akan pernah pantas untuk mendekati perempuan yang telah tulus mencintaiku sampai seperti ini.     

Manis, maafkan aku. Aku terlalu bodoh dan terlalu mudah terpedaya oleh nafsu. Bagaimana bisa aku seperti ini, Manis? Di saat semua raga dan kewarasanku bisa hilang dengan mudahnya hanya karena selangkangan dari seorang perempuan.     

Dan perempuan itu, entah siapa pun, kenapa dia ndhak ada hati sekali. Apa maksud dari tujuannya selama ini mendekatiku? Ndhak hanya mendekatiku, dia malah terang-terangan menyakiti istriku.     

Aku kembali menghela napas panjang, air mataku kembali ndhak bisa terbendung barang sesaat. Aku benar-benar ndhak bisa membayangkan, bagaimana semuanya bisa sampai seperti ini. Bahkan kilasan-kilasan bayangan tatkala aku bercinta dengan Widuri tampak sangat jelas melintas di otakku, kilasan kenikmatan yang sangat menjijikkan. Sungguh, aku ndhak pernah meyangka, bagaimana semua ini bisa terjadi? Rumah tanggaku, ikrar kesetiaanku, cintaku, dan kesucian hubunganku dengan Manis, telah porak-poranda dengan sangat mudahnya. Terlebih, aku adalah orang yang telah merusaknya.     

Brak! Brak! Brak!     

"Buka pintunya! Aku mau Arjunaku kembali! Buka pintunya!"     

Aku kaget, mendengar suara kesetanan itu dari luar. Bukankah, itu suara Widuri, bukankah kata Suwoto Widuri telah dikunci dari luar? Lantas, untuk apa dia ada di depan kamarku dan membuat kerusuhan di sini?     

Kulihat Manis dengan malas melirik ke arahku, untuk kemudian dia membuka pintu kamar. Dengan sangat kasar, sampai tubuh Manis yang baru membuka pintu itu separuh, Widuri langsung menerobos saja dari luar, kemudian dia langsung menubruk tubuhku. Ya, dia ambruk tepat di atasku dan memelukku erat-erat.     

"Arjuna... Arjuna... semua orang yang ada di sini jahat. Aku diperdaya, aku disuruh untuk menjauhimu. Mereka... mereka itu ingin kita berpisah, Arjuna. Aku tidak mau itu terjadi. Ayo pergi dari sini, ayo lanjutkan kisah cinta kita yang abadi, Arjuna. Ayo!" teriaknya kesetanan.     

Aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan pelukannya, tapi dia malah memandangku dengan mata nanarnya itu, untuk kemudian dia memandangku dengan tatapan bingungnya itu.     

"Kamu kenapa? Kenapa kamu berubah?" tanyanya.     

Tapi, aku hanya diam, ndhak mengatakan apa-apa kepada Widuri. Berubah? Apa benar aku berubah? Apa dia melihat perubahanku? Dari mana? Toh sedari tadi yang kulakukan hanyalah diam, sebab aku ingin mengetes diriku sendiri, aku memiliki perasaan apa dengannya. Namun, tatkala diperlakukan seperti ini, aku sama sekali ndhak merasakan apa pun. Jangankan perasaan cinta yang menggebu seperti yang kuingat dulu, rasa kasihan atau memandangnya sebatas seorang kawan pun, aku benar-benar ndhak bisa.     

Jadi, apa benar kata dari semua orang yang ada di sini jika aku ini telah diguna-guna atau dipelet oleh Widuri? Sampai-sampai aku ndhak bisa menyadari diriku sendiri. Jangankan diriku sendiri, aku yakin jika aku sudah benar-benar tertipu olehnya. Sebab dulu, yang kurasakan kepadanya adalah nafsu... nafsu... dan nafsu. Nafsu untuk selalu ingin melumat bibirnya, nafsu untuk selalu ingin meremas dadanya, dan nafsu untuk memasukkan milikku pada dirinya. Bahkan aku smpai merasa, jika aku benar-benar ndhak bisa hidup tanpanya. Jangankan ndhak bisa hidup, tinggal dia barang sedetik saja sepertinya otakku benar-benar lumpuh. Seolah-olah doa adalah candu, candu yang benar-benar telah memabukkanku. Namun sekarang....     

Kenapa semua yang kurasakan langsung berbanding terbalik dengan sangat mudahnya? Kenapa bahkan untuk menyentuh kulitnya saja aku benar-benar ndhak minta untuk melakukannya. Sebenarnya, apa yang terjadi di sini? Atau lebih tepatnya adalah, apa yang telah terjadi kepadaku? Bagaimana bisa, sebuah perasaan cinta bisa berpindah-pindah dengan begitu mudahnya.     

Aku kembali kaget, tatkala Widuri melepas bajunya, sampai dadanya yang besar itu menggantung, dan tampak dengan sangat nyata. Dia mendekat ke arahku, menarik tanganku untuk menyentuhnya, kemudian dia tersenyum. Namun, aku langsung buru-buru menarik tanganku, dan ekspresi senyumnya itu tiba-tiba berubah dengan sangat drastis.     

"Arjuna...."     

"Sebenarnya kamu telah melalukan apa kepadaku waktu itu, Widuri? Kenapa bisa kamu membuatku bercinta denganmu, dan membuat semuanya menjadi lebih rumit. Apakah kamu tidak merasa jijik dengan hubungan yang seperti itu, Widuri? Aku sudah punya istri, dan tega-teganya kamu melakukan semua ini. Aku benar-benar tidak menyangka, jika ada perempuan sepertimu. Tapi aku lebih tidak menyangka, jika ada laki-laki lemah sepertiku hidup di dunia ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.