JURAGAN ARJUNA

BAB 216



BAB 216

0"Jadi bagaimana, kalian sudah ada yang mendapatkan kabar tentang di mana keberadaan Bima?" tanyaku kepada Endru, Bagus, dan Bagas. Ketiga kawan kental Bima yang sedari beberapa bulan yang lalu kupasrahi untuk mencari Bima tepat sebelum aku kehilangan kewarasanku. Ya, beberapa bulan yang lalu. Dan aku sampai sekarang ndhak yakin, apakah informasi dari mereka masih aku butuhkan. Mengingat kata Suwoto jika Bima, dan Rianti hidupnya ndhak jelas karena suka berpindah-pindah.     

Ketiganya tampak saling pandang, dan aku benar-benar melihat mimik keraguan di hati ketiganya. Sudahlah, berharap kepada pemuda yang ndhak ada bakatnya sama sekali ini percuma. Akan tetapi, aku juga sudah berjanji kepada mereka untuk memberikan mereka honda keluaran terbaru yang mereka inginkan. Tapi, kalau informasi mereka sudah ndhak penting itu artinya aku rugi besar. Apakah aku harus menyuruh mereka membantu Ucup untuk mengurusi pabrikku? Hitung-hitung aku ndhak rugi-rugi sekali karena telah memberi upah yang ndhak murah kepada mereka.     

"Ke mana saja, Bang Arjuna selama ini? Kami pikir Abang telah membodohi kami. Karena hilang tanpa jejak dan secara tiba-tiba begitu saja," ucap Endru setengah mencemooh.     

Aku sama sekali ndhak tersinggung dengan ucapan Endru kali ini. Sebab siapa pun, atau bahkan jika aku di posisi mereka, maka aku juga akan mengatakan hal yang sama. Orang bodoh mana, memang yang akan percaya begitu saja dengan seseorang yang baru dikenal yang tiba-tiba membual akan memberikan sebuah honda dengan harga mahal hanya sekadar untuk mencari informasi atas seseorang, dan dengan kemudian hilang dengan cara tiba-tiba.     

"Maaf, selama beberapa bulan aku mengalami sedikit masalah. Jadi, aku terkesan tiba-tiba menghilang begitu saja. Jadi, apa yang telah kalian dapatkan? Aku di sini untuk bertanya, kenapa kalian mencariku beberapa waktu yang lalu?"     

"Jadi, seperti ini, Bang,"     

"Eh, jangan, Gas... jangan dulu. Belum tentu, kan, kalau Bang Arjuna akan benar-benar memberi kita motor keluaran terbaru. Kita tahan dulu informasinya, kita tunggu Bang Arjuna memenuhi janjinya itu dulu,"     

Aku tersenyum mendengar penuturan dari Endru itu. Benar, ya, tentu saja benar. Apa yang dikatakan oleh Endru adalah perkara masuk akal untuk dipikirkan oleh seorang manusia.     

"Sebelum aku ke sini, aku sudah menyuruh abdiku untuk menyiapkan motor keluaran terbaru yang kalian inginkan itu. Namun, jika kalian tidak puas, kalian bisa meminta abdiku untuk menggantinya," jelasku.     

Ketiganya langsung melonjak kegirangan, membuatku kembali hendak tertawa dibuatnya. Dasar, pemuda. Darah muda memang benar-benar luar biasa.     

"Jadi begini, Bang!"     

"Tidak usah, aku saja yang bicara!"     

"Aku saja!"     

"Aku!"     

Duh Gusti, mereka... kenapa mereka malah jadi debat seperti ini, toh? Aku kan hanya ingin informasi, toh salah satu di antara mereka saja yang mengatakannya.     

"Sudah... sudah, tidak usah debat. Informasi dari kalian pasti sama, kan? Jadi, kenapa kalian harus ribut hanya perkara mengatakan informasi yang sama itu?"     

"Tapi cara penyampaian kami jelas berbeda, Bang!" keras kepala Bagas. "Terlebih, siapa yang mengatakan benar-benar sangat berpengaruh dengan siapa yang paling berjasa untukmu,"     

"Ya sudah, apa pun terserah kalian, asal kalian segera mengatakan kepadaku apa yang sebenarnya kalian ketahui. Sebelum, aku mengurungkan niatku untuk memberi kalian motor yang kalian sukai,"     

"Baik, aku yang akan bercerita. Nilai Bahasa Indonesiaku dapat sembilan puluh, lebih tinggi dari kalian berdua. Jadi, cara berceritaku cukup detil, dan meyakinkan...," putus Endru pada akhirnya. Kemudian dia menghela napas dalam-dalam, dan menata duduknya dengan begitu tegap. Kurasa, mereka ini cukup berlebihan. Mereka hanya hendak mengatakan sebuah informasi tapi lagaknya seperti mereka akan presentasi skripsi mereka kepada dosen-dosen mereka. "Beberapa hari setelah Abang Arjuna menemui kami. Kami bersepakat untuk benar-benar mencari tahu di mana keberadaan Bima. Karena bagaimanapun, kami juga cukup sangat penasaran dengan siapa perempuan yang bisa membuat seorang Bima terikat dalam sebuah hubugan pernikahan. Sebelum aku menceritakan bagaimana perjalanan kami mencari Bima. Bang Arjuna juga harus tahu, garis besar mengenai siapa Bima itu sendiri. Bima adalah anak semata wayang dari keluarga berada, pengusaha sukses di sini yang bahkan perusahaannya sedang maju-majunya. Dia bukan hanya memiliki paras tampan yang menjadi gilaan banyak perempuan, tapi otak cemerlangnya selalu membuat semua orang iri. Salah satu alasan kenapa dia sering berpindah-pindah jurusan saat kuliah adalah, karena dia selalu menyelesaikan belajarnya sebelum waktunya. Dan merasa bosan, kemudian dia mencari jurusan baru untuk dipelajari. Sebab katanya, yang menjadi pokok utama yang dia inginkan bukanlah sebuah ijazah. Akan tetapi, pengalaman, dan ilmunya itu sendiri. Itu juga salah satu yang menjadikan dia menerima dengan suka rela berada di Jawa Tengah, yang pasti dia akan benar-benar kerepotan tinggal di kampung. Ya, kamu tahu sendirilah, Bang, siapa Bima. Anak orang kaya yang dari lahir hidup di Jakarta dengan segala fasilitas yang ada. Kemudian dia harus hidup di kampung, bayangkan saja? Lagi pula, Bang, Bima itu kalau sama orang ucapannya cenderung ketus, dan kasar. Apalagi kalau sama perempuan, terkesan tidak peduli. Nah, kenapa sampai kami penasaran dengan berita pernikahannya, itu karena kami tahu kalau sosok seperti Bima ini tidak mungkin cepat-cepat menikah. Bahkan sampai tua pun, kami ragu kalau dia akan jatuh cinta atau akan meminang perempuan."     

Aku tersenyum mendengar ucapan panjang lebar dari Endru. Duh Gusti, aku hanya ingin tahu informasi apa yang mereka dapatkan. Tapi kenapa aku malah harus mendengar Endru bercerita perihal latar belakang Bima. Apakah itu penting untukku? Aku benar-benar ingin menangis karena mereka ini. Sebenarnya mereka ini benar-benar seorang mahasiswa atau endhak, toh? Kenapa otak mereka lebih kecil dari pada otak ikan teri.     

"Jadi kami memutuskan untuk berkunjung di rumah Bima, untuk sekadar berbasa-basi kepada orangtuanya, dan mencari beberapa petunjuk di kamarnya. Tapi, kami tidak menemukan apa-apa, Bang. Orangtua Bima bilang kalau Bima telah menikah dengan anak dari sahabat karibnya, dan memutuskan untuk tinggal beberapa lama di Jawa Tengah sebelum dia benar-benar siap dan kembali ke Jakarta untuk meneruskan bisnis ayahnya. Akan tetapi, di sana kami menemukan beberapa keanehan,"     

"Keanehan apa itu, Ndru?" tanyaku yang agaknya penasaran.     

"Waktu kami berpisah dengan Bima, sebulan kemudian kami main ke rumahnya, mobil kesayangan Bima masih ada di rumah. Tapi, beberapa bulan yang lalu kami ke sana, mobil Bima sudah tidak ada. Aku coba tanya kepada ibunya Bima, katanya tangan kanan Bima membawa mobil itu untuk diantar ke tempat Bima, karena Bima butuh kendaraan. Dan, kami pun akhirnya mencari tangan kanan Bima yang dimaksud oleh ibunya itu. kebetulan kami juga kenal dengan tangan kanan Bima itu," jawab Endru dengan hati-hati, matanya memandangku dengan serius, seolah dia ingin meyakinkanku jika apa yang dia katakan adalah sebuah kebenaran. Aku benar-benar sangat penasaran, untuk apa Bima sampai meminta tangan kanannya membawakan mobil? Dan di mana sebenarnya keberadaannya saat ini?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.