JURAGAN ARJUNA

BAB 309



BAB 309

0"Oke, aku setuju!" jawab Setya mantab. "Setidaknya dengan seperti itu. orangtuamu juga pasti akan lebih percaya kepadaku. Dan itu bisa digunakan sebagai jaminan yang bernilai hukum yang sangat kuat serta terang benderang. Aku setuju, aku akan melakukannya!"     

Setelah melakukan peranjian dan tetek bengek, akhirnya kami pun pamit dari rumah Wangi. Rencannya setelah ini, orangtua Wangi akan bertandang ke tempatku guna membahas rencana pernikahannya lebih lanjut. Jadi ceritanya kali adalah, Romo Nathan yang akan menikahkan Setya, bukan orangtuanya lagi. Ya ndhak apa-apa, jika orangtua Setya lepas tanggung jawab untuk itu. kami sama sekali ndhak akan masalah. Anggap saja jika kami menikahkan anggota keluarga kami yang paling kecil.     

"Jadi, tempat asri, nyaman, dan aman itu di mana Setya? Aku sama sekali tidak pernah berpikir, jika di Jakarta akan ada tempat yang seperti itu," kutanya kepada Setya, saat kami ada pada perjalanan pulang.     

Setya tampak tertawa kemudian dia memandang ke arahku dengan tatapan hangatnya itu.     

"Siapa yang bilang kalau tempat itu ada di Jakarta? Kamu terlalu percaya diri, Arjuna."     

"Lantas di mana? Apa kamu punya cita-cita akan hidup dan menetap di luar Jakarta?" tanyaku yang semakin bingung. Aku benar-benar heran dengan manusia satu ini. dia rela melepas pekerjaannya yang sudah enak-enak di Jakarta lantas dia mau ke mana?     

"Apa Dokter Setya hendak menetap di Kemuning?" tanya Manis tiba-tiba. Aku langsung menoleh, kemudian memandang ke arah Setya yang sudah tersenyum lebar. Kemudian, dia mengangguk kuat-kuat menjawabi pertanyaan Manis itu.     

"Apa?!" kataku ndhak percaya. Duh Gusti, tambah lagi bebanku kalau ada orang jelek ini menetap di Kemuning. Aku benar-benar ndhak bisa membayangkan bagaimana dia berada di sini dalam waktu... selamanya?     

"Aku dan Paman Nathan telah memiliki sebuah rencana besar untuk membangun sebuah klinik untuk Manis. Dan karena Manis dilarang keras oleh suami tercintanya itu untuk mengurus sendiri klinik itu. jadinya, Paman Nathan menyerahkan tanggung jawab itu kepadaku. Jadi, rencana menetapku di Kemuning ini sebenarnya sudah diketahui oleh Paman Nathan lama. Meski beliau sendiri tidak tahu, jika aku sudah punya kekasih hati di sini. Itu sebabnya dia tidak pernah bertanya kapan aku kembali ke Jakarta, sebab dia tahu kalau aku akan tinggal. Kamu saja, Jun, yang tidak peka-peka. Bagaimana bisa seorang dokter sibuk sepertiku bisa berada di sini selama ini. memangnya kamu pikir, adakah tempat kerja yang bida cuti sampai selama ini? memangnya itu pekerjaan punya keluargaku?"     

"Kenapa aku tidak setuju, ya," kataku pada akhirnya. Setya malah tertawa. Kemudian dia merangkul bahuku.     

"Hey, bagaimana? Sahabat baikmu ini akan tinggal bersamamu selamanya. Pasti kamu akan bahagia sekali, kan?"     

"Tidak, aku sama sekali tidak bahagia. Mendengarmu akan menetap saja sudah membuatku tertimpa sial tujuh turunan apalagi jika kamu benar-benar akan tinggal!" marahku.     

Duh Gusti, ndhak kebayang sama sekali aku pasti akan direpotkan olej manusia satu ini. bagaimana bisa, Romo ndhak mengatakan kepadaku, perihal yang penting satu ini. aku benar-benar ndhak bisa kalau harus berlama-lama dengan manusia menyebalkan seperti Setya.     

"Kangmas ini bagaimana, toh, punya sahabat yang akan tinggal bersama selamanya kok ya ndhak suka sama sekali. Justru Dokter Setya ini akan sangat membantu. Terlebih pada klinik kita nantinya. Setelah mendapatkan seorang dokter ahli, kita tinggal mencari beberapa perawat dan juga bidan. Dan aku benar-benar ndhak menyangka, jika Romo telah merencanakan semua ini dengan sangat matang."     

Lihatlah, betapa bahagianya Manis sekarang. Tatkala mendengar rencana Romo yang akan membuatkannya sebuah klinik. Padahal ini adalah rencana rahasia kami, meski Manis mengatakan impiannya itu berkali-kali. Tapi karena Setya rahasia yang ingin kujadikan kejutan harus terbongkar saat ini juga. Awas saja dia, kalau sampai macam-macam kepadaku aku ndhak akan segan-segan untuk membuat perhitungan dengannya.     

"Jangan tinggal di tempatku, aku tidak mau tinggal satu atap denganmu. Aku tidak mau kamu akan bangun dari tidurmu di tengah malam kemudian mencari keberadaanku, itu benar-benar sangat menjijikkan!" kataku ketus.     

"Tenang saja, itu tidak akan terjadi. Setelah aku pacaran dengan Wangi, aku sudah tidak tidur berjalan lagi. lagi pula Paman Nathan sudah mendapatkan tempat untukku dan Wangi tinggal nanti. Sebelum rumah kami dibangun dengan sempurna."     

"Memangnya di mana kamu akan tinggal sampai rumahmu selesai dibangun? Kamu mau membangun rumah di mana?" selidikku lagi.     

Setya tampaknya sangat benar-benar telah merencanakan semuanya dengan sedemikian rupa. Pantas saja kalau dia ndhak ingin pulang. Dasar, pemuda tua yang ndhak tahu diri sama sekali.     

"Di rumah nenekmu. Karena paklikmu jarang pulang dan lebih suka menginap di rumahmu. Rumah nenekmu menjadi sepi. Aku boleh tinggal di sana dengan Wangi selama proses pembangunan rumah kami selesai. Dari pada tidak ada yang menempati, kami bisa merawat rumah itu dengan baik, kan? Dan masalah di mana tempat tinggal kami nanti. Ada sebuah tanah yang baru saja kubeli dari penduduk kampung. Tempatnya tidak jauh dari rumahmu dan tidak jauh dari rumah pintar. tepatnya, di sebelah klinik itu nanti akan dibangun. Jadi, kalau ada hal mendesak sewaktu-waktu, aku bisa dengan cepat berada di klinik. Semuanya sudah kususun dan kurencanakan dengan baik, Arjuna. Dan aku juga Paman Nathan tinggal menjalankannya saja. Bahkan bulan depan, rencanaku ingin mengajak Paman Nathan membeli material untuk pembangunan rumahku. Kemudian menyewa beberapa pekerja bangunan dan lain sebagainya. Tapi, karena ada masalah seperti ini. sepertinya, pembangunan rumah kami akan lebih cepat selesai jauh lebih baik. Agar setidaknya hal itu juga bisa membuat hati dan pikiran orangtua Wangi tenang. Aku tidak mau membuat mereka terbebani, karena anak mereka telah kucintai. Aku ingin menunjukkan kepada mereka tentang keseriusanku ini, dan aku akan membuat mereka merasa aman karena anaknya berada di tangan orang yang tepat."     

Aku mengangguk saja mendengar ucapan dari Setya itu. ternyata, cinta benar-benar membuat pikiran orang berubah dengan sangat cepat sekali. Sejak kapan orang ini menjadi dewasa seperti ini? padahal kurasa, selama ini yang dia tahu hanyalah main-main semata. Aku ndhak protes lagi, biarkan dia sibuk menggapai mimpinya, mewujudkan apa yang menjadi angannya. Asal dua sahabatku bahagia, maka aku juga akan bahagia karena mereka. Aku kembali menghela napas panjang, kemudian kulihat Manis yang sudha tersenyum ke arahku. Kurengkuh tubuhnya untuk berada dalam dekapanku. Kemudian aku mulai menutup mata, sembari menunggu mobil kami berhenti di rumah. Dan setelah itu, aku pasti akan bertanya banyak hal kepada Romo. Karena aku merasa menjadi anak tiri dari pada Setya ndhak tahu diri ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.