JURAGAN ARJUNA

BAB 342



BAB 342

0Merasa kalau ini adalah saat-saat yang ndak tepat. manis lantas terus menarik-narik lengan ku, karena dia ketakutan jika Pandu akan berbuat sesuatu kepada putrinya tercinta.     

"Kangmas apa yang kamu lakukan? Kamu harus segera berdiri dan membantu putrimu. Kalau endak, akan terjadi sesuatu lagi kepada putri kita, Kangmas. "     

Sangat ndhak lucu sekali jika kami ketahuan hanya karena ucapan manis ini.     

"Ndhuk, tenanglah... pelankan suaramu, kamu tahu toh kalau sekarang kita sedang bersembunyi dan kita sedang menguping pembicaraan mereka. Jangan sampai mereka mengetahui keberadaan kita hanya karena ucapanmu yang keras itu. Nanti kalau kita ketahuan kita bisa benar-benar malu. Apa kamu mau mempermalukan dirimu sendiri karena hal ini?"     

"Romo?"     

"Juragan?"     

Ucap Pandu dan Ningrum bersamaan. Aku langsung kaget luar biasa melihat keduanya sudah berdiri tepat di belakang ku dan Manis. Mati aku, kami benar-benar ketahuan oleh mereka. Aku benar-benar sangat malu luar biasa. bahkan aku ndak tahu alasan apa yang kugunakan untuk menyelamatkan harga diriku yang tinggi ini. jangan sampai kedua orang itu berpikir macam-macam atau malah mencemooh kami hanya karena seperti ini benar-benar memalukan sekali.     

"Romo, Biung, apakah jangan-jangan kalian menguping pembicaraan kami?" tanya Ningrum dengan tatapan yang sangat penuh dengan curiga.     

Aku hanya bisa apa selain menelan ludahku dengan susah sambil otak ku terus berusaha mencari alasan terbaik untukmu katakan kepada keduanya ini. Keduanya bukanlah paklek Sobirin ataupun paklek Juned yang bisa langsung percaya dengan ucapanku. Mereka adalah dua orang yang pandai yang tak mungkin percaya jika jawabanku mengada-ngada.     

"kenapa kamu bertanya seperti itu nduk? seolah-olah kamu mencurigai Romo dan bingung sendiri kalau kami diam-diam menguping pembicaraan mu dengan Pandu. Ini adalah rumahku jadi terserah aku mau pergi ke mana pun di mana pun dan kapan pun itu. toh kami berdua berada di sini ini jauh sebelum kalian berada di sini. Kami hanya ingin menghabiskan waktu berdua di sini. "     

Ningrum kembali mengerutkan dahinya dia sepertinya benar-benar ndhak percaya dengan apa yang ku ucapkan tadi. Yang benar saja siapa yang akan percaya dengan ucapanku? sebuah jawaban yang benar-benar ndhak masuk akal yang bahkan membuatku ingin tertawa sendiri ketika mendengarnya.     

"Jadi sebenarnya, jadi bingung dan Romo berada di sini untuk mencari anting biyung yang hilang. Akan tetapi tatkala Romo dan biyung hendak pergi kami melihat kalian berjalan ke arah sini. karena kami ndhak ingin mengganggu kalian, terlebih kami ndhak ingin membuat kalian merasa sungkan itu sebabnya kami bersembunyi di sini. Hal ini bukan karena kami ingin menguping, sungguh! hanya karena kami sendiri ndhak tahu apa yang harus kami lakukan saat kalian ada di sini. Langsung berdiri dan pergi pun rasanya kok ndak enak. Jadi kami memutuskan untuk duduk dari dulu sampai kalian pergi namun nyatanya kenyataanya ndhak seindah itu, kalian malah tahu keberadaan kami dengan cara seperti ini. bahkan ini terkesan seperti kalian memergoki kami yang sedang diam-diam menguping pembicaraan kalian. Padahal sebenarnya ndhak seperti itu," jelas Manis, sepertinya otaknya cukup cerdas juga untuk memikirkan sebuah jawaban yang paling logis di waktu sesingkat ini. atau jangan-jangan ketahuan adalah salah satu dari pemikirannya itu sebabnya dia sudah memikirkan jawaban dengan masa-masa.     

"Anting-anting milih Biung masih lengkap 2 di telinga kiri dan kanan bingung, lantas anting mana yang bingung cari sebenarnya?"     

Aku dan manis kembali terdiam saat kami memperhatikan jika benar anting-anting milik manis masih lengkap.     

" Memangnya kamu pikir Romo ini siapa, yang hanya bisa membelikan sepasang anting-anting untuk biungmu. ini adalah anting-anting yang baru saja Romo berikan kemarin," dustaku. sepertinya pepatah lama memang benar, kalau sekali kita berbohong, maka kita akan melakukan kebohongan-kebohongan lain untuk menutupi kebohongan lainnya.     

"lalu, kenapa hilangnya di sumur toh Romo? Memangnya apa yang kalian lakukan sampai kalian ada di sumur?" tanya Ningrum yang agaknya masih sangat penasaran dengan apa yang kukatakan. atau malah, dia ini ndhak percaya dengan apa yang telah aku katakan.     

"Pacaran. kenapa? Apa ada yang salah? Kalian juga pernah muda, toh. Kalian juga kenapa berada di sini? Pacaran? Atau nyari jangkrik?" tanyaku pada akhirnya.     

Mereka berdua tampak menunduk, dengan wajah merah merona mereka. Ah, apakah mereka pikir apa yang mereka lakukan adalah pacaran? Itu sebabnya mereka sangat malu-malu seperti itu? Melihat wajah mereka seperti itu benar-benar membuatku ingin memakan mereka saja, toh.     

"Kalian ini di sini, apa yang kalian lakukan? Berduaan segala? Apa jangan-jangan kalian hendak melakukan kesalahan yang sama seperti apa yang kalian lakukan kemarin, iya, toh?"     

"Endhak, kok!!!" jawab keduanya kompak.     

"Buaya dikadalin," kubilang. "Ndhak usah berpura-pura seperti itu. Karena Romo paling ahli dalam hal seperti ini."     

"Ini benar-benar ndhak seperti yang Juragan bayangkan, toh. Kami hanya membahas masalah kemarin agar Ningrum ndhak salah paham, kemudian membahas masalah apa yang Juragan sarankan beberapa waktu lalu," jelas Pandu, seolah dia ingin meyakinkanku kalau benar dia ndhak melakukan apa pun kepada putriku. Cih, kalau sampai aku ndhak ketahuan tadi, maka apa yang akan mereka lakukan? Mereka pasti akan melakukan sesuatu diluar batas lagi. aku paling tahu mereka, apalagi gelora anak muda zaman sekarang ini.     

"Ndhak usah kebanyaka cing cong seperti itu. Memangnya kamu pikir aku siapa sampai mau kamu kadalin? Memangnya kamu pikir aku ndhak tahu kalau kalian sudah saling tatap-tatapan seperti tadi?"     

"Romo--"     

"Ningrum kamu akan tetap kuliah di Purwokerto, ndhak peduli Pandu akan kuliah di manapun terserah yang dia mau. Bulik Wangi akan menjagamu di sini untuk sementara waktu. Agar kalian ndhak melakukan hal-hal di luar batas nalar lagi."     

seolah perintah telah mereka ndak bisa berkata apa-apa lagi selain menuruti semua perintah dariku. dan akupun ndak akan berbaik hati kepada mereka lagi. aku harus bertindak tegas sebelum apa-apa akan terjadi jauh lebih mengerikan daripada apa yang aku bayangkan. Sebagai seorang Romo, kurasa apa yang kulakukan bukanlah sesuatu yang aneh melainkan adalah sesuatu yang wajar untuk melindungi harga diri dari anakku sendiri. Sekarang, kulirik Manis yang agaknya memandang ke arahku dengan tatapan bingung nya. untuk kemudian dia menampilkan seulas senyum seakan-akan dia sangat setuju dengan apa yang telah kukatakan, Aku yakin dia akan setuju tanpa membantah apa pun, sebab bagaimanapun dia adalah seorang biyung. Yang pasti akan selalu mendukung keputusan suaminya jika itu menyangkut tentang masalah putrinya, apalagi ini masalah tentang masa depan putrinya yang mungkin dia sendiri ndhak akan mau kalau sampai putrinya kenapa-napa. Dan Pandu kurasa dia cukup paham untuk mengerti akan situasi ini kalau sampai dia ndak tahu maka dia akan benar-benar menjadi sosok laki-laki yang sangat bijak menurutku.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.