JURAGAN ARJUNA

BAB 339



BAB 339

0Aku seperti ditampar tatkala mendengar ucapan Pandu yang seperti itu. Seorang pemuda yang memiliki pemikiran yang benar-benar sangat matang jauh ke depan dan sangat mandiri. Aku ndhak tahu jika ini mungkin akan melukai harga dirinya sebagai seorang laki-laki. Sebab bagaimana pun apa yang diucapkan adalah benar adanya. Jika laki-laki yang benar, mereka akan memikirkan seendhaknya sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang meskipun dalam jumlah yang kecil, tapi pekerjaan tersebut bisa untuk modal tanggung jawabnya terhadap sang istri. Justru aku sangat menghormati keputusan Pandu saat ini, terlebih saat dia begitu memikirkan tentang bagaimana tanggung jawabnya kepada putriku kelak. Dan aku akan selalu mendukungnya seratus persen apa pun keputusan yang akan diambil. Entah itu dia bersedia menerima tawaran ku untuk menikah dengan Putri ku satu tahun lagi, atau pun dia menolak tawaran ku karena dia memikirkan banyak hal untuk masa depannya. Sebagai seorang laki-laki yang penuh dengan tanggung jawab atas keluarganya kelak, pemikiran ini adalah wajar. Sebab jika aku yang berada di posisinya mungkin aku akan melakukan hal yang sama.Aatau bahkan aku akan tersinggung karena tawaran yang seolah melecehkan harga diriku itu.     

"Sebelumnya aku minta maaf, Juragan. Jika mungkin perkataanku tadi melukai hati Juragan. Tapi sungguh ndhakada niat ku sedikit pun untuk menyinggung atau ndhak menghormati sama sekali tentang apa yang juragan sarankan kepadaku titik akan tetapi sebagai seorang laki-laki tentunya Aku memiliki pemikiran sendiri. Aku tahu bahwasanya Putri juragan lahir dengan sangat kecukupan. Bahkan, penghasilanku nanti ndhak akan pernah sebanding dengan apa yang dia peroleh setiap harinya dari juragan. Namun demikian, sebagai seorang laki-laki seandainya aku harus memiliki pegangan untuk bisa ku pertanggungjawabkan nanti di depan anak dan istriku. bagaimana bisa nanti aku memandang mereka dengan percaya diri, jika untuk mencukupi istriku saja aku ndak mampu. Terlebih Aku hanya bisa mengandalkan uang dari mertuaku. Itu benar-benar sangat mengganggu pikiranku juragan pitik Aku harap juragan bisa mengerti dan memaklumi apa yang ada di dalam pikiranku saat ini. tapi aku berjanji kepada juragan jika dalam waktu dekat ini aku akan mencari pekerjaan yang layak yang bisa ku banggakan didepan juragan. "     

"ekerjaan apa, Pandu? Bukankah kau sekarang di sini telah bekerja untukku? lantas pekerjaan apa yang kamu inginkan sebenarnya? apa kamu berniat untuk mencari pekerjaan lain dan pergi dari sini? jujur aku sedikit tidak setuju dengan hal itu. "     

Kulihat Pandu tampak tersenyum maklum dengan ucapanku yang mungkin agak terpancing amarah, karena mendengarkan ucapannya yang ingin mencari pekerjaan baru. entah pekerjaan baru apa yang dia maksud sebenarnya, bukankah sedari kemarin aku sudah melarangnya untuk bekerja? Toh selama ini dia sudah cukup bekerja menjadi penjual dagangan orang tuanya. lebih-lebih ih dia itu masih sekolah, bagaimana bisa dia membebankan semua urusan pada dirinya sendiri.     

"Pandu, bukankah sudah ku beritahukan kepadamu sebelumnya jika saat ini kamu sedang sekolah. dan kamu tentu tahu alasanku membawamu kesini memberimu sebuah pekerjaan yang mungkin menurutmu hanyalah main-main semata. akan tetapi tujuanku hanyalah satu, membantumu dengan memberikan sedikit pekerjaan agar kamu tetap bisa menerima upah dariku dan kamu bisa tetap sekolah dan belajar tanpa harus memikirkan banyak hal. fokus dalam belajar mu adalah hal utama saat ini, jadi jangan pernah sekali-kali kamu memiliki pikiran lain untuk melakukan hal-hal aneh, terlebih berniat mencari pekerjaan di luar sana. karena ndhak ada yang namanya pekerjaan yang ndak memerlukan banyak waktu dan tenaga di dalamnya. "     

"bukannya aku kurang syukur, juragan. atau pun aku terlihat tampak tinggi hati dan seolah ndhak mau menerima semua kemurahan hatimu. hanya saja aku merasa jika aku terus berada ada dalam pengawasanmu, dan bekerja bersamamu malah malah akan membuat pandangan orang lain terhadap ku menjadi sangat buruk. dan hal itu nantinya juga ndhak akan sangat baik untukku . Aku akan menjadi pribadi yang manja dan ndhak bisa mandiri karena selalu tergantung denganmu. ibarat kata, bersamamu itu seperti menggenggam kesuksesan dalam satu waktu yang sangat singkat. sementara aku sangat membutuhkan proses di mana Aku merasakan sakit dan terjatuh atas segala usaha ku sendiri untuk menuju sukses titik bukankah kata orang-orang guru adalah pengalaman yang paling berharga. jadi apa salahnya jika aku ingin merasakannya juga. jadi bolehkah saya tetap dengan pendirian saya juragan?"     

Setelah mendengarkan hal itu, aku pun tersenyum maklum. bagaimana aku akan bisa menolaknya,tentu aku sangat setuju dengan apa pun keputusannya. sebab keputusan itu itu menurutku adalah keputusan yang paling tepat yang dia ambil sebagai seorang pemuda dengan pemikiran yang dewasa, dan memiliki tanggung jawab yang sangat luar biasa. aku bahkan sampai kagum dengan pola pikirnya yang ingin mandiri tanpa membutuhkan bantuan ku sama sekali.     

Aku pun berdiri, kemudian kutepuk bahunya berkali-kali. Lagi, kuhelakan napasku berat tatkala mendengar semua penuturannya itu. Dia ndhak salah, dia adalah laki-laki yang paling bertanggung jawab yang pernah ada. Dan aku sangat bersyukur bisa mengenal pemuda seperti dia. Sifatnya yang cenderung terbuka, dan selalu optimis benar-benar sangat luar biasa.     

"Bagaimana aku ndhak mendukungmu, jika kamu memiliki kemampuan luar biasa seperti itu. Pola pikirmu benar-benar menggambarkan seorang pemuda yang nantinya akan mengecap apa yang dinamakan sebuah kesuksesan. Aku akan selalu mendukung keputusanmu, namun demikian juga aku akan melindungi putriku apa pun yang terjadi. Jadi, bagaimana, kita impas toh?"     

Pandu mengangguk kuat-kuat kemudian matanya memandang ke arahku dengan percaya diri. Bahkan seyum itu tampak sangat nyata tersungging dari kedua sudut bibirnya. Pandu kemudian membalas genggaman tanganku, digenggam tanganku itu dengan sangat erat dan kuat. setekad niatnya untuk membuktikan kepadaku jika benar dia benar-benar ingin menjadi seorang calon suami yang sukses dengan kedua tangannya sendiri.     

"Juragan, Juragan ndhak perlu cemas tentang apa pun. Perkara Ningrum pun Juragan ndhak usah cemas. Aku jamin dan janji akan memberikan yang terbaik untuk putri Juragan, dan secepatnya memenuhi apa yang Juragan minta. Tunggu aku, danpegang niat baikku ini, Juragan!"     

"Sebelum melakukan pembuktian itu semua, kamu juga harus ingat yang terpenting itu adalah doa orangtua dan semangat. Jika semuanya sudah kamu dapatkan, kamu hanya tinggal berjuang. Semoga sukses, aku selalu mendukungmu."     

Setelah mengatakan itu, aku pun pergi, membuka pintu yang ternyata sudah ada Manis yang rupanya telah menungguku dengan cemas. Mata Manis tampak bertanya-tanya, tapi aku ndhak langsung mengatakannya apa yang tadi terjadi di dalam sana.     

"Kangmas, bagaimana? Apa yang terjadi kepadamu dan Pandu? Apakah semuanya baik-baik saja? Atau malah sebaliknya?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.