Langit Sembilan Bintang

Makanku Sangat Banyak



Makanku Sangat Banyak

0

Xuan Qi Ye Chen benar-benar tidak mampu mengatasi hawa dingin yang ada di sana. Tubuh Ye Chen pun diselimuti oleh lapisan tipis yang terasa begitu dingin.

"Kenapa di sini dingin sekali?" Tanya Ye Chen seraya melihat ke dalam gua tersebut. Entah seberapa dalam gua tersebut. Ye Chen yang berdiri di depan mulut gua saja sudah kedinginan, apalagi jika ia masuk ke dalam gua tersebut, pasti akan terasa lebih dingin.

Ye Chen kemudian mengalihkan pandangannya pada A Li. Rubah itu tampak sedang menghirup udara dingin dengan sangat bersemangat. Kitab Kultivasi Siluman mengajarkan teknik kultivasi elemen es, selain itu A Li sudah menyerap Xuan Qi dari dalam tubuh Ye Chen dan sudah mendapat sedikit pencerahan dalam kultivasi Dao, karena itulah rubah tersebut bisa menyerap udara dingin yang ada di gua.

Apakah udara dingin ini dapat dihisap?

Ye Chen berpikir sejenak lalu segera mentransfer Xuan Qi yang ada di dalam tubuhnya menjadi jurus energi es, dan dalam sekejap ia tidak lagi merasa kedinginan. Meskipun udara dingin yang ada di mulut gua itu mengarah ke arah Ye Chen dan berkumpul di sana seperti ratusan sungai yang berakhir di lautan, tetapi Ye Chen tidak merasa kedinginan.

Tubuh Ye Chen seperti sebuah pusaran yang berputar dengan cepat dan menyerap udara dingin tersebut. Lalu tiba-tiba muncul sebuah benda bulat menyerupai mutiara yang muncul di tengah-tengah tubuh Ye Chen yang terlihat bagaikan pusaran energi yang dibuat oleh Xuan Qi elemen es yang ada di dalam tubuh Ye Chen. Sama seperti Xuan Qi api, kini Xuan Qi elemen es telah mengalami perubahan, sedangkan ketujuh pusaran energi lainnya masih belum ada perubahan.

Xuan Qi yang ada di dalam tubuh Ye Chen semakin bertambah banyak dengan cepat. Awalnya Xuan Qi-nya berhenti di tingkat sepuluh pertengahan dan belum mantap, tetapi sekarang setelah menyerap udara dingin itu, ada perkembangan di dalam Xuan Qi-nya. Apabila terus dikondensasi, mungkin Ye Chen dapat mencapai tingkat sepuluh puncak.

Entah apa yang ada di dalam gua itu sampai bisa menghasilkan udara dingin yang begitu banyak. Ular terbang itu seharusnya bersembunyi di dalam gua ini, kalau Ye Chen bertemu dengan ular tersebut, mungkin ia akan kerepotan.

"Kitsu…kitsu." Suara A Li tiba-tiba terdengar. Rubah itu tampak masuk ke dalam gua tersebut.

Ye Chen pun ikut mengikutinya dari belakang.

Di dalam gua tersebut penuh dengan es. Langit-langit gua itu dipenuhi dengan stalaktit. Sekali menghembuskan napas di sana, maka udara yang keluar akan langsung menjadi es. Jika tidak menggunakan Xuan Qi es, maka Ye Chen sekarang pasti sudah membeku. Ia kemudian melihat sudut gua tersebut, ada beberapa binatang kecil seperti kepik, tikus, dan lain-lain yang tak sengaja masuk ke dalam gua dan membeku di sana.

Ye Chen dan A Li melangkah dengan hati-hati saat masuk ke dalam gua tersebut. Lalu tiba-tiba di depan mereka ada gua es yang amat besar dan berjarak ratusan meter dari tempat mereka berdiri. Gua es seperti ini seharusnya tersembunyi di dalam gunung. Kemudian muncul sinar yang entah dari mana, dan membuat gua es yang sejernih kristal itu terlihat seperti istana es yang diselimuti oleh kabut dingin. Hal tersebut membuat mereka seolah sedang berada di dalam dunia mimpi.

Sementara itu, di depan mereka ada dinding batu dan juga gua yang lain. Di dalam sana mungkin masih ada ruangan yang lebih luas dan gelap.

Akan tetapi, di tanah tempat mereka berpijak sekarang, tampak dipenuhi dengan bercak darah. Mungkin itu adalah darah ular bersayap.

A Li lalu menoleh dan menatap Ye Chen. Rubah yang sedang berlutut di pinggiran kolam yang ada di tengah gua tersebut kemudian melambaikan cakar kecilnya.

Ye Chen pun berjalan ke sana untuk menghampiri A Li. Pemuda itu kemudian menatap sebuah kolam dingin berukuran dua meter. Kolam tersebut mungkin memiliki kedalaman sekitar lima hingga enam meter. Kolam tersebut sangat jernih hingga dasar kolam tersebut bisa terlihat. Terkadang ada kabut dingin yang muncul pada permukaan air kolam tersebut.

Ye Chen mengikuti pandangan mata A Li ke dasar kolam tersebut. Di dasar kolam tersebut tampak dipenuhi oleh batu-batu berwarna hijau. Batu-batu tersebut seperti batu zamrud yang tembus pandang dan sangat jernih tanpa noda.

Melihat tingkah A Li yang sangat girang, Ye Chen menduga bahwa batu-batu tersebut adalah harta karun.

Jika ingin mengambil batu-batu itu, mereka perlu menyelam sampai ke dasar kolam. "Jangan-jangan saat aku akan mengambil batu itu, seluruh kolam akan bergetar dengan dahsyat?" Ye Chen mulai berpikir macam-macam. Ia lalu merasakan kehadiran makhluk hidup yang sangat besar sedang mendekat ke tempat mereka.

"Apakah itu ular bersayap?" Pikirnya lagi.

Hati Ye Chen mulai merasa ngeri. Xuan Qi dalam tubuhnya sudah pulih sampai ke tahap puncak, tetapi rohnya belum pulih dengan sempurna. Entah apakah ia bisa mengalahkan ular bersayap itu atau tidak. Ye Chen lalu teringat dengan kekuatan ular bersayap yang amat luar biasa saat bertarung dengan Tantai Ling. Pandangan Ye Chen kemudian terfokus, dan rohnya melihat ke arah sumber suara yang tidak bisa didengar langsung oleh telinga manusia.

"Kitsu...kitsu…" A Li tiba-tiba mengeluarkan suara dan melepaskan pikiran rohnya.

Ular bersayap itu benar-benar datang. Tubuhnya yang memiliki panjang mencapai ratusan meter itu sedang berenang di dalam gua tersebut. Sisik birunya bergesekan dengan batang es yang ada di pinggiran hingga batang es tersebut patah.

Beberapa saat kemudian, siluman ular bersayap itu tiba di kolam es tempat Ye Chen dan A Li berada. Sebuah kepala ular yang sangat besar sekarang sedang menatap Ye Chen dan A Li. "ssss...ssss…" Sebuah suara terdengar saat ular itu mendesis dan menjulurkan lidahnya yang berwarna merah.

Dibandingkan dengan sebelumnya, sekarang ular ini terlihat sangat lemas. Sisiknya yang bersinar terang kini berubah menjadi sangat gelap. Tubuhnya tak berhenti mengucurkan darah segar.

"Manusia, ini adalah wilayahku, cepat pergi dari sini! Kalau tidak, aku akan melahap kalian hidup-hidup!" Ujar ular bersayap tersebut. Mungkin karena ia sedang lemah, maka suaranya yang serak sekarang berubah menjadi lemas. Sekarang suara ular tersebut nyaris terdengar seperti suara anak kecil.

Ye Chen mengernyitkan dahinya, ular bersayap tersebut tampak berbeda dengan ia lihat sebelumnya. Akan tetapi, Ye Chen tak dapat mendeskripsikan perbedaannya.

"Kitsu… kitsu… ." A Li menatap ular bersayap tersebut seraya berteriak seolah sedang mengatakan sesuatu.

"Ssss...sss… ." Ular bersayap tersebut menjulurkan lidahnya dan kembali mendesis seolah sedang berbicara dengan A Li.

Entah apa yang dibicarakan A Li dan ular bersayap tersebut. Di sisi lain, Ye Chen perlahan-lahan sedang mengkondensasi rohnya untuk membentuk seorang prajurit berzirah emas. Sekarang, prajurit tersebut sudah berdiri di belakang tubuhnya. Roh Ye Chen memang tidak berguna untuk menghadapi siluman ular bersayap tersebut, tetapi ia juga tidak bisa berdiam diri saja, ia harus tetap waspada. Ye Chen berharap setelah ular bersayap ini bertarung dengan Tantai Ling kekuatannya akan berkurang. Kalau tidak, meskipun Ye Chen dan A Li berusaha sekuat tenaga, mereka tetap tidak akan bisa mengalahkannya.

Pada saat genting seperti ini, pikiran Ye Chen perlahan-lahan memasuki dunia Dao, dan mengawasi setiap pergerakan dari ular bersayap tersebut.

Ular bersayap itu membuka mulutnya tepat di depan mata Ye Chen. Sekarang pemuda itu dapat melihat cahaya biru yang terpancar dari sisik yang ada di sekujur tubuh ular tersebut. Makhluk yang begitu besar itu memberikan tekanan yang sangat kuat pada makhluk yang ada di sekitarnya.

Mau bertarung? Siapa takut?! Ye Chen kemudian mengeluarkan pedang penghancur nerakanya dari dalam ruangan pelindung lengan, sambil terus menatap ular bersayap tersebut.

Setelah A Li berkomunikasi dengan ular bersayap tersebut, ular itu terlihat sedikit bimbang. Sinar kuning yang ada di matanya tak berhenti berkedip. Sinar itu menyiratkan aura yang aneh. Beruntung siluman ular bersayap tersebut sedang terluka parah, sehingga kekuatannya tidak terlalu mengerikan.

"Tapi, makanku sangat banyak… ." Ujar ular bersayap tersebut dengan suara yang terdengar seperti anak kecil.

Ye Chen merasa terkejut saat mendengar perkataan barusan. Sepertinya ular tersebut ingin memakan mereka berdua.

"Kitsu… kitsu… ." A Li melambaikan cakarnya lagi seolah sedang mengobrol dengan ular tersebut.

"Dalam sehari aku bisa makan tiga ekor sapi dan lima ekor kambing." Ujar siluman ular bersayap tersebut.

Ular itu ternyata bisa memakan tiga ekor sapi dan lima ekor kambing dalam satu hari! Ular itu tidak akan kenyang jika memakan Ye Chen dan A Li. Sementara itu, Ye Chen sedang memikirkan strategi untuk melarikan diri bersama A Li.

Akan tetapi, A Li terlihat tidak peduli. Rubah itu masih mengobrol dengan ular tersebut. Meskipun tidak mengerti, tetapi Ye Chen merasa bahwa A Li bersikap sangat santai. Hubungan di antara dua makhluk tersebut benar-benar tidak bisa dimengerti oleh Ye Chen.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.