Langit Sembilan Bintang

Kebenaran dan Kebaikan



Kebenaran dan Kebaikan

0

Peng! Peng! Peng!

Ular-ular kecil itu terbelah saat terkena sutra putih yang menari-nari seiring dengan angin yang bertiup. Ternyata sutra putih panjang tersebut juga merupakan sebuah harta karun spirit!

Tantai Ling kemudian mengulurkan tangan kanannya, dan lengannya yang bagaikan giok putih pun terlihat. Lalu, tiba-tiba trisula yang melayang di udara itu sudah berpindah ke dalam genggamannya. Kemudian, aura yang lebih kuat dari ular bersayap itu tiba-tiba meledak dalam sekejap mata.

"Mengecewakan. Siluman legenda kuno seharusnya tidak selemah ini. Cepat keluarkan kemampuanmu." Tantang Tantai Ling dengan ekspresi dingin yang terpancar dari wajah cantiknya. Ekspresi wajahnya membuat orang lain tak bisa menebak perasaannya yang sebenarnya.

Mendengar perkataan Tantai Ling, ular bersayap tersebut menjadi sangat kesal. Di kedua sisi tubuhnya kemudian muncul enam lengan. Masing-masing dari tiga lengannya memegang garpu besar, tombak, kapak, dan berbagai senjata lainnya. Siluman ular tersebut lalu menyerbu ke arah Tantai Ling dengan ganas.

Hong! Hong! Hong!

Peng! Peng! Peng!

Suara pertarungan yang sengit pun menggema di seluruh desa bagaikan guntur yang menyambar.

Kabut abu-abu terus berputar di udara dan berusaha menelan Tantai Ling, tetapi tubuh Tantai Ling tetap bercahaya seterang matahari. Sedangkan ular-ular kecil yang berada di udara tak ada satupun yang berhasil menyentuh tubuh Tantai Ling. Mereka akan hancur berkeping-keping saat mendekat dalam radius beberapa meter darinya.

"Makan anak panahku!" Tiba-tiba muncul busur besar dalam genggaman ular bersayap tersebut. Setelah itu, ada tiga anak panah yang melesat ke arah Tantai Ling.

Tiga anak panah itu mengenai sutra putih Tantai Ling.

Peng! Peng! Peng! Tetapi anak panah itu hancur dan sama sekali tak melukai Tantai Ling yang tetap terlihat tenang dengan wajahnya yang tampak sedingin es.

"Mainan anak kecil." Ujar Tantai Ling sambil memegang tombak trisulanya.

Roh Ye Chen melihat bahwa semua orang tua yang ada di desa sedang bersembunyi di dalam rumah mereka masing-masing. Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi di luar terjadi, tetapi mereka sedang ketakutan setengah mati.

Bagi mereka, hal ini mungkin seperti hari kiamat yang akan datang.

Ye Chen lalu melihat ke atas, kabut hitam dan cahaya tujuh warna terus beradu, dan mengeluarkan suara ledakan energi yang sangat mengerikan. Suara tersebut membuat Ye Chen merasa seperti sedang berdiri di pinggir lautan dan menghadap ke sebuah ombak yang sangat besar. Suara tersebut membuatnya seolah menjadi tidak berdaya.

Ye Chen masih sangat lemah dibandingkan dengan Tantai Ling ataupun ular bersayap. Mereka berdua dapat dengan mudah membunuhnya. Hal ini membuat Ye Chen semakin ingin meningkatkan kekuatannya.

Peng!

Lalu tiba-tiba terdengar suara ledakan. Sekarang cahaya tujuh warna itu telah membungkus kabut tersebut, dan menuju ke arah rumah warga.

Roh Ye Chen lalu melihat ke dalam rumah tersebut. Di dalamnya ada sepasang suami istri tua yang sedang memeluk seorang anak berusia sembilan tahun. Mereka bertiga sedang bersembunyi di sudut kasur dengan tubuh gemetaran.

"Kakek, Nenek, apa yang sedang terjadi di luar?" Mata indah anak perempuan itu menunjukkan ketakutan dan rasa penasaran.

"Ada ksatria yang sedang membantu kita mengusir siluman ular. Mulai besok, tidak akan ada lagi siluman ular di tempat kita." Meskipun kakek tua itu sedang dalam kondisi ketakutan, tetapi ia tetap berusaha untuk menenangkan anak perempuan itu seraya mengelus kepala anak tersebut.

"Benarkah?" Tanya anak perempuan itu dengan girang. "Apakah kita tidak perlu membantunya?"

"Ksatria itu sangat hebat, ia tak memerlukan bantuan kita." Ujar sang nenek sambil memandang cucunya.

"Tunggu aku besar nanti, aku juga ingin menjadi ksatria." Ujar anak perempuan itu dengan yakin. Ia ingin menjadi seorang ksatria yang bisa menumpas siluman.

"Gawat!" Pekik Ye Chen. Ia kemudian melihat ke langit, cahaya itu mengarah semakin dekat dengan rumah anak kecil tersebut. Ye Chen sangat tahu betapa kuatnya cahaya tersebut. Orang biasa sama sekali tidak dapat melawannya.

Pasangan tua dan cucunya itu pasti akan mati jika terkena energi mematikan dari cahaya tersebut!

Di dunia yang mengutamakan kemampuan bela diri seperti ini, pasti akan ada orang yang mati tak berdaya. Orang lain pasti akan membiarkan pasangan tua dan cucunya itu mati, tetapi hati Ye Chen meronta-ronta. Kalau ia tak menolong tiga nyawa itu, Ye Chen pasti akan dihantui rasa bersalah seumur hidupnya.

Mungkin kebaikannya ini tak berharga di dunia ini, tetapi Ye Chen enggan menyimpan rasa bersalah terhadap siapapun!

Ada kebenaran di dalam pemahaman Dao, ada kebaikan di dalamnya!

Dao adalah kebenaran dan kebaikan!

Ye Chen tiba-tiba mendapatkan sebuah pencerahan di dalam hatinya. Setelah itu, Xuan Qi yang ada di sekitarnya pun terkumpul dengan cepat. Sedangkan Xuan Qi yang ada di dalam pisau terbangnya mengalir dengan deras bagaikan banjir bandang. Sementara kesembilan bintang yang ada di dalam tubuhnya berputar dan menyerap pemahaman Dao Ye Chen. Kemudian terdengar suara yang sangat keras saat Dantian Ye Chen meledak dan berubah menjadi lebih luas.

Jumlah Xuan Qi-nya pun meningkat, dari tingkat sepuluh awal kini sudah menerobos hingga ke tingkat sepuluh pertengahan, dan nyaris mencapai puncak. Ye Chen yang berada di tingkat sepuluh pertengahan kini sudah setara dengan ahli tingkat sepuluh puncak!

Ye Chen kemudian membuka matanya, ada cahaya yang berputar dalam matanya. Ia lalu mendengus penuh amarah. Roh yang ada di dalam tubuhnya kemudian melayang di udara. Sesosok prajurit berzirah emas dengan tubuh dipenuhi dengan kobaran api pun muncul dan mengarah ke cahaya tersebut.

"Berhenti!" Prajurit berzirah emas itu berteriak lalu mengeluarkan satu serangan berupa bara api yang menyembur keluar.

Hong!

Terdengar suara dahsyat saat kobaran api itu beradu dengan cahaya tersebut.

Gawat! Energi dari prajurit berzirah emas milik Ye Chen sama sekali tidak dapat menandingi cahaya tersebut!

Tidak, tidak boleh menyerah! Ye Chen lalu meraung dengan buas dan mengeluarkan seluruh energi yang ada di dalam tubuhnya.

Peng! Cahaya itu menembus prajurit berzirah emas milik Ye Chen dan membuat Ye Chen yang sedang berada di dalam penginapan memuntahkan darah segar. Rohnya belum berbentuk padat, sehingga tidak dapat menandingi energi yang terkandung di dalam cahaya tersebut. Kabut hitam yang dibungkus oleh cahaya tersebut telah menyerang roh Ye Chen dan membuat pemuda itu kesakitan!

Gagal!

Hong! Setelah itu, suara yang sangat keras kembali terdengar. Cahaya itu telah menelan rumah yang ada di belakang prajurit berzirah emas. Rumah itu telah menjadi lautan api dalam sekejap.

"Tidak!" Jerit Ye Chen. Pada akhirnya ia tak berhasil menyelamatkan keluarga kecil itu.

Dalam lautan api itu, tiga jiwa telah melayang pergi. Bayangan mereka bertiga yang tampak ketakutan kemudian kembali terbesit di dalam pikiran Ye Chen.

Ye Chen merasa tidak rela saat melihat jiwa mereka menghilang di udara. Hatinya menjadi sangat sakit. Meskipun ia sudah pernah membunuh orang, tetapi kali ini ia melihat manusia yang tidak bersalah harus mati dalam ketidak berdayaan. Hal tersebut benar-benar membuat hati Ye Chen seperti teriris-iris.

Kenapa begini? Mereka adalah orang-orang tak berdosa!

Terutama anak perempuan itu, ia masih memiliki masa depan yang panjang, tetapi ia harus mati. Apakah bagi para ahli, orang-orang seperti mereka benar-benar tidak berarti? Mereka adalah manusia, seharusnya mereka juga memiliki hak untuk bertahan hidup!

Prajurit berzirah emas pun tampak meraung dengan marah sambil menatap langit. Ia kemudian menembus awan, dan prajurit itu tampak semakin memudar hingga akhirnya menghilang tanpa jejak.

Di dalam penginapan, Ye Chen sedang kesakitan di atas kasur. Di dalam hatinya ada banyak sekali pertanyaan, dan rasa tidak rela serta amarah yang memuncak.

A Li yang merasakan kesedihan hati Ye Chen pun datang ke samping pemuda itu, lalu mengusap-usap wajah Ye Chen dengan kepalanya.

Sekarang, hati Ye Chen sedang diliputi perasaan sedih yang begitu mendalam. Di dunia yang menjalankan hukum rimba seperti ini, ia tidak akan bisa berbuat apapun. Kekuatannya masih belum cukup mampu untuk mengubah aturan yang ada dunia ini!

"A Li, aku tidak apa-apa." Ujar Ye Chen lalu menghembuskan napas panjang. Ia tak punya waktu untuk berlarut-larut dalam kesedihan. Ye Chen kemudian mengumpulkan Xuan Qi-nya untuk memulihkan luka yang ada di dalam tubuhnya sambil berkata dengan penuh keyakinan. "A Li, aku harus menjadi yang paling kuat!"


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.