Menantu Laki-Laki Sang Raja Naga

Tidak Bersedia Mengakui Kekalahan



Tidak Bersedia Mengakui Kekalahan

0Keduanya tetap diam.     

Untuk Hao Ren, dia merasa menyesal membuat Xie Yujia menunggu begitu lama; juga, dia merasa tidak pantas ditunggu olehnya. Oleh karena itu, dia tidak tahu bagaimana menanggapinya.     

Di lain pihak, Xie Yujia bertanya pada dirinya sendiri, "Apa yang kulakukan?"     

Setelah meletakkan mangkuk dan sumpit ke dalam laci, mereka keluar dari dapur.     

Berbaring di sisinya di sofa, Nenek terkantuk-kantuk dengan pengatur remot di tangannya. Dia hampir tertidur.     

Sebagai orang yang perhatian, Xie Yujia mendekat, mengambil jaket di samping, dan menyampirkannya dengan lembut di atas Nenek. Xie Yujia khawatir Nenek menjadi terlalu kesepian sendirian karena Hao Zhonghua dan Yue Yang terlalu sibuk dengan karir mereka. Itulah mengapa dia menyediakan waktu untuk mengunjungi Nenek hari ini.     

Melihat Nenek hampir tertidur sambil menonton TV, Xie Yujia bisa membayangkan bagaimana Nenek biasa menghabiskan kesehariannya sendirian di rumah. Dia merasa sedikit sedih hanya memikirkan itu.     

"Ah, apa kau sudah selesai membersihkan piring?" Menggosok matanya, Nenek bertanya ketika dia menguap panjang, "Bagaimana jika kalian pergi dan istirahat lebih awal?"     

Entah bagaimana, ucapan Nenek kelihatannya sedikit bermakna ganda dan mencurigakan bagi Hao Ren.     

Merasakan pandangan yang sama dengan Hao Ren, wajah Xie Yujia memerah mendengar perkataan Nenek.     

Namun, Nenek tidak menyadari perasaan canggung yang ditimbulkan akibat perkataannya sebelumnya kepada mereka. Malah, dia lebih jauh menambahkan, "Aku baru saja bermimpi. Dalam mimpiku, Ren punya banyak anak, dan mereka semua memanggilku nenek buyut!"     

"Nenek, aku seorang pria, bagaimana aku bisa melahirkan?" Menolong neneknya bangun dari sofa, Hao Ren merasa mimpi neneknya lucu dan aneh.     

"Haha … " Nenek tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia memalingkan kepalanya pada Xie Yujia yang masih tersipu malu dan menyarankan, "Nenek mengantuk, jadi Nenek akan pergi tidur sekarang. Karena masih terlalu awal, bagaimana kalau kalian berdua berjalan-jalan sepanjang pantai?"     

"Eh." Xie Yujia mengangguk asal-asalan mendengar saran Nenek.     

"Kau, kau seharusnya lebih sering berbicara dengan Wortel Kecil. Sekarang setelah kalian berdua bertemu, mengapa kalian kelihatannya semakin jauh?" Nenek berbalik dan bertanya pada Hao Ren.     

"Akan kulakukan. Nenek, pergilah beristirahat." Memberikan sokongan pada Nenek di lengannya, Hao Ren membantunya ke kamar tidurnya di lantai satu.     

Melihat Hao Ren, Xie Yujia menemukan satu lagi kelebihan yang Hao Ren miliki - hormat pada orang tua.     

Xie Yujia menyadari semenjak tahun pertama universitas,pembawaan Hao Ren yang lembut dan terus terang yang selalu membuatnya tertarik. Tidak pernah ada hubungannya dengan apa dia tampan atau tidak.     

"Ayo, jalan-jalan di sekitar pantai." kata Hao Ren ketika dia keluar dari kamar nenek.     

"Ayo." Xie Yujia mengangguk kecil.     

Pantai hanya beberapa meter jauhnya dari rumah. Pasirnya sangat lembut, sehingga enak untuk berjalan di atasnya dengan telanjang kaki. Xie Yujia melepaskan sepatunya dan mulai berjalan.     

Suara ombak juga sangat lembut. Terlebih lagi, laut berkilauan disinari cahaya bulan. Karena mereka berada di daerah pinggiran dari Kota Lautan Timur, udaranya segar dan bintang-bintang cemerlang.     

Setelah berjalan di pantai beberapa menit, tidak seorang pun dari mereka berbicara.     

"Bagaimana dengan ujianmu hari ini?" Hao Ren bertanya. Karena dia seorang laki-laki, dia yang seharusnya memecah keheningan.     

"Oh, ujian hari ini tidak terlalu sulit. Ku rasa tidak akan sulit memperoleh paling sedikit nilai 90 untuk setiap ujian," Xie Yujia membalas.     

Hao Ren tersenyum pasrah; dia akan sangat berterima kasih jika dia dapat memperoleh nilai 70 pada setiap mata pelajaran.     

Ketika mereka masih anak-anak, mereka biasa berjalan di sepanjang pantai, seperti sekarang. Namun, meskipun terasa hanya beberapa saat yang lalu, mereka sekarang di usia dua puluhan awal.     

"Ow!" Xie Yujia tiba-tiba membungkuk.     

"Ada apa?" Hao Ren bergerak mendekat.     

Dalam cahaya bulan, Xie Yujia bisa terlihat mengerutkan alisnya. "Aku mungkin telah menginjak serpihan kaca atau sesuatu."     

Hao Ren segera membantu Xie Yujia duduk dan menundukkan kepalanya untuk mengamati kaki kanannya. Bagian bawah kakinya sedikit berdarah saat dia menginjak kulit kerang yang pecah.     

"Kulit Xie Yujia pasti sangat lembut hingga bisa terluka oleh kulit kerang …. "     

Dalam keadaan terburu-buru, Hao Ren meraup air laut dengan tangannya untuk membantu Xie Yujia mencuci lukanya. Setelah itu, untuk mencegah Xie Yujia terluka lagi, dia berlari untuk mengambil sepatunya dan membantunya memasangkannya.     

Memperhatikan setiap gerakan Hao Ren dengan sungguh-sungguh, Xie Yujia merasa tersentuh. Saat mereka masih kecil, Hao Ren selalu suka berpura-pura menjadi lelaki besar dan mengabaikan semua tangisannya. Hanya ketika keadaannya sudah di luar kendali dia akan mendekat dengan enggan dan berusaha menenangkannya. Sekarang setelah Hao Ren menjadi lebih dewasa, entah bagaimana dia menjadi sangat lembut dan teliti.     

"Kelihatanya baik-baik saja. Ayo. " Hao Ren meraih lengan Xie Yujia dan membantunya bangun dari tanah, "Pasir menjadi sangat dingin di malam hari, jadi kau mungkin akan sakit perut jika duduk di atasnya terlalu lama."     

"Ya." Xie Yujia merasakan sedikit rasa sakit dari telapak kakinya. Namun, dia menahannya karena tidak mau terlihat lemah.     

"Aku ingat saat kita masih kecil, aku melompat dari batu raksasa beberapa kali. Aku selalu berpikir karena di bawah semuanya pasir maka tidak akan menyakitkan jika aku terjatuh. Kalau dipikir-pikir lagi sekarang, aku tidak mengerti bagaimana aku seberani itu saat kecil." Hao Ren berkata saat dia menunjukan sepotong batu hitam yang sangat besar yang tidak terlalu jauh.     

"Aku tahu, kan? Aku bahkan mengikutimu dan melompat dari batu itu sendiri. Akan tetapi, pergelangan kakiku akhirnya terkilir dan menghabiskan dua hari penuh menangis keras di rumah!" Xie Yujia mengeluh.     

"Haha. Saat kau masih kecil, kau tidak pernah mau mengakui kekalahan dan jarang menyerah." Hao Ren mengingat.     

Xie Yujia tidak menanggapi. Dia yakin Hao Ren benar. Ke mana pun Kakak Laki-laki Kecil pergi, dia mengikuti. Apa pun yang Kakak Laki-laki Kecil kerjakan, dia juga akan berusaha melakukannya juga.     

Mereka tidak lagi membicarakan apa yang terjadi di sekolah. Melainkan, mereka mulai mengingat kembali kenangan yang mereka miliki bersama saat anak-anak. Saat mereka menggabungkan bersama kenangan mereka satu demi dsatu, mereka bisa mengingat kembali kejadian-kejadian yang terjadi satu demi satu dengan jelas. Semua cerita kecil yang mereka tidak ingat ditemukan pada ingatan yang lain. Satu demi satu, pengalaman mereka bersama menjadi berbentuk dan jelas.     

Embusan angin dengan ringan mengelus wajah Xie Yujia dan meniup helaian rambutnya. Bermandikan cahaya bulan, sosok cantik Xie Yujia terlihat sangat lembut dan damai. Sulit bagi Hao Ren untuk membayangkan dia dulu si Wortel Kecil yang menolak menerima kekalahan apa pun dan selalu melesat ke sana kemari seperti anak tomboi.     

Karena kaki Xie Yujia tidak lagi sakit, mereka telah berjalan sangat jauh. Sekarang mereka perlahan-lahan berjalan santai sepanjang pantai menuju rumah     

Saat mereka tiba di rumah, Nenek yang berada di lantai pertama sudah tidur pulas. Hao Ren dan Xie Yujia berjinjit-jinjit naik ke lantai kedua; mereka masing-masing beristirahat di kamar mereka sendiri.     

Xie Yujia tidak memberitahukan satu pun dari temannya bahwa sebenarnya Hao Ren adalah Kakak Laki-laki Kecilnya. Begitu juga Hao Ren, dia tidak menyebutkan apa-apa pada temannya. Dengan merahasiakannya, mereka semakin mengerti satu dengan yang lain meskipun mereka bertindak lebih hati-hati di antara mereka sendiri.     

Hao Ren tahu banyak mahasiswa pria yang mengejar Xie Yujia di sekolah. Lagi pula, Xie Yujia cantik dan baik. Entah berapa banyak pria yang menggambarkan gadis impian mereka seperti Xie Yujia?     

Meski begitu, Xie Yujia selalu mempertahankan kesederhanaannya dan tidak pernah berusaha membuat ketenarannya menjadi asetnya, tidak seperti Lin Li, yang suka mempertunjukkan kepopulerannya dengan membuat jumlah pengagumnya diketahui di sekolah. Terlebih lagi, sebagian besar pakaian Xie Yujia sederhana dan tidak mencolok, sedangkan pilihan pakaian Lin Li biasanya mencolok dan menarik perhatian.     

Jika mereka berdua dibandingkan, sebagian besar pria di sekolah akan setuju bahwa Xie Yujia lebih cantik dan anggun daripada Lin Li.     

Juga, Hao Ren sadar banyak mahasiswa senior di Dewan Mahasiswa berusaha menemukan cara untuk mendekati Xie Yujia, tetapi sebagian besar pria ini takut terhadap Xie Wanjun dan tidak akan secara terbuka mengekspresikan kekaguman mereka terhadap Xie Yujia.     

Namun, sudah diketahui secara luas di antara mahasiswa senior bahwa tahun ini setelah Liga Basket Perguruan Tinggi Nasional, Xie Wanjun akan bersekolah di Amerika ….     

Perlahan-lahan, seluruh rumah kembali ke kedamaian dan ketenangan asalnya.     

Saat pasang kembali, Hao Ren bangun dari mimpi yang menyenangkan dan menyadari saat ini sudah jam sepuluh pagi.     

Dia merangkak keluar dari tempat tidur dengan cepat dan pergi ke kamar sebelah untuk memeriksa. Dia melihat pintu kamar tebuka, dan Xie Yujia tidak ada di mana-mana.     

"Dia belum pergi, bukan?" Hao Ren tiba-tiba menjadi cemas. Masih mengenakan piamanya, dia segera turun.     

Di bawah dia menemukan, Xie Yujia menggunakan pakaian bersih, pakaian yang dia tinggalkan di sini terakhir kali. Juga, dia mengenakan sarung tangan karet.     

Saat ini, dia berjinjit di atas bangku kecil di balkon, berusaha menggantung selimut tebal ke batang bambu.     

Nenek duduk di dalan dan menikmati roti yang Xie Yujia panggang dengan senyuman sepenuh hati di wajahnya.     

"Nenek, apa yang dia kerjakan?" Hao Ren bertanya pada Nenek sambil menunjuk ke arah balkon.     

"Apa yang dia kerjakan?" Nenek memutar matanya kepada Hao Ren. "Yujia bangun pagi-pagi sekali dan pergi bersamaku menyusuri pantai. Kemudian dia membuatkan makan pagi untukku dan bahkan membantuku mencuci seprai dan penutup tempat tidurku. Nenek hendak membangunkanmu, tetapi Yujia berkata Nenek harus membiarkanmu tidur lebih lama lagi karena kau sudah belajar sangat giat untuk ujianmu akhir-akhir ini!"     

"Oh …. " Hao Ren menjawab dengan muram. Sekali lagi, tatapannya bergerak ke arah Xie Yujia yang menyibukkan dirinya di balkon. Kali ini, dia merasa bersalah dan malu.     

Dia tidak pernah melakukan hal-hal ini untuk neneknya.     

"Ah, Yujia gadis yang baik. Siapa pun yang menikah dengannya di masa depan akan sangat diberkati!" Menatap Xie Yujia memercikkan tetasan air di bawah sinar matahari, Nenek memuji dangan desahan yang penuh emosi.     

Hao Ren mengangguk, setuju dengan pernyataan Nenek. Xie Yujia pintar, cakap, berbudi luhur dan seorang koki yang berbakat. Memang, dia hampir seperti versi Zhao Hongyu yang lebih muda.     

"Ahh, betapa menyenangkannya jika Yujian menjadi cicit menantu perempuanku … " Nenek terus mengekspresikan dirinya.     

Perkataan Nenek membuatnya tidak nyaman. Hao Ren bergegas mengambil satu potong roti dan meletakkannya di tangan Nenek. "Nenek, kau makan saja. Aku akan memeriksa Yujia di luar," kata Hao Ren.     

Dia kemudian berlari menuju balkon, menarik pintu, dan berjalan keluar.     

Xie Yujia masih berdiri di kursi kecil dan berusaha menyeimbangkan seprai tempat tidur dengan jepitan. Melihat Hao Ren keluar, dia tersenyum kepadanya.     

"Kau sudah bangun!"     

Menggaruk kepalanya, Hao Ren merasa sedikit malu. "Yah. Kau sudah sangat baik mengunjungi Nenek. Kau tidak perlu membantu dengan tugas-tugas rumah."     

"Ini bukan masalah. Lagi pula, orang tuamu tidak di rumah, tidak seorang pun di sini merawat Nenek." Melompat turun dari bangku kecil, Xie Yujia menepuk-nepuk seprai tempat tidur yang masih sedikit menetes sebelum meletakkan bangku kecil kembali ke sudut balkon.     

Dia melepaskan sarung tangan karet dan memperlihatkan jari-jarinya. Tetesan air terlihat tinggal di ujung jarinya, membuat jarinya terlihat seperti batu giok putih yang ramping.     

"Sejak saat ini, kau tidak perlu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah ini. Aku akan mengurusnya" kata Hao Ren lagi.     

Xie Yujia tersenyum dan melirik Hao Ren ketika dia berkata, "Kau? Aku sangat meragukan kau pernah memikirkan untuk membantu pekerjaan seperti ini?"     

Hao Ren tertawa canggung. Memang, saat dia datang untuk menemui Nenek setiap akhir pekan, dia tidak pernah berpikir membantu Nenek untuk mencuci seprai ataupun penutup tempat tidurnya. Memang benar hanya gadis-gadis yang bisa sangat perhatian.     

"Aku menyediakan makan pagi untukmu juga. Kau sebaiknya memakannya sekarang. Masih ada kemeja dan celana Nenek di sini yang perlu aku gantung," Xie Yujia menambahkan.     

"Oke." Hao Ren membalikkan badannya dan masuk.     

Makan pagi yang sangat rapi diletakkan di meja makan. Terdiri dari susu, hamburger, dan telur rebus matang; sederhana dan sehat.     

"Nenek, aku akan kembali sekarang," setelah selesai menggantungkan semua cucian, Xie Yujia berjalan masuk untuk memberitahu Nenek.     

"Begitu cepat?" Nenek tidak ingin berpisah dengannya.     

"Ya, sekarang hampir siang. Masih ada ujian minggu depan, jadi aku harus kembali dan belajar," Xie Yujia menerangkan.     

"Bukankah kau satu kelas dengan Ren? Mengapa kau tidak tinggal di sini dan belajar bersama Ren?" Nenek memikirkan alasan yang baik.     

"Tidak apa-apa. Hao Ren mungkin akan terganggu jika aku tinggal di sini." Xie Yujia tersenyum. Nenek, jaga dirimu baik-baik. Aku pasti akan datang mengunjungimu jika ada waktu."     

"Ah …. Baiklah." Tahu dia tidak dapat meyakinkan Xie Yujia untuk tinggal, Nenek bangun dan mengantarkannya ke pintu.     

"Aku akan memberimu tumpangan!" Hao Ren bergegas bangun sambil berusaha menelan susu di mulutnya.     

"Tidak apa-apa. Kau sebaiknya memusatkan perhatianmu untuk belajar. Lagi pula, tidak butuh waktu lama untuk berjalan ke halte bus. Akan menjadi olahraga yang bagus." Melihat Hao Ren dengan mata berkaca-kaca, Xie Yujia tersenyum, berbalik dan berjalan keluar pintu.     

Nenek berdiri di pintu dan melihat Xie Yujia perlahan-lahan menghilang dari pandangannya. Tiba-tiba, dia berbalik ke arah Hao Ren, yang masih memegang hamburger di tangannya, dan berkata, "Ren, apa pun yang kau pikirkan, Nenek harus menjelaskan sesuatu. Jika kau tidak memperlakukan Wortel Kecil sesuai dengan yang pantas dia dapatkan, Nenek tidak akan memaafkanmu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.