Menantu Laki-Laki Sang Raja Naga

Kecurigaan Sang Nenek



Kecurigaan Sang Nenek

0

Pada saat mereka akhirnya kembali ke kamar asrama mereka, keempatnya merasa sedikit mabuk. Namun Hao Ren masih yang paling sadar.

Setelah kejadian-kejadian yang menimbulkan tekanan seperti itu, Hao Ren seharusnya tinggal di asrama untuk merawat Zhao Jiayi. Akan tetapi, saat ini dia sangat merindukan neneknya yang baru saja keluar dari rumah sakit. Juga dia ingin meminta saran dari Zhao Guang tentang masalah ini. Maka, Hao Ren mengumpulkan bahan-bahannya dan menggunakan bis pergi ke rumah Zhao Yanzi.

Saat dia tiba di rumah Zhao Yanzi, saat itu sudah jam tujuh malam. Zhao Hongyu baru saja selesai membersihkan makan malam dan bergabung dengan nenek Hao Ren untuk berbincang-bincang sambil menonton TV.

Ketika Hao Ren memasuki rumah, dia terkejut melihat sinar sehat di wajah neneknya.

"Ren, kami baru saja membicarakanmu! Aku kira kau tidak datang malam ini." duduk dengan nyaman di sofa, Nenek terkejut bercampur senang melihat Hao Ren.

"Sesuatu terjadi di sekolah, jadi aku tidak bisa pergi sampai agak malam. Bagaimana perasaanmu, Nenek?"

"Haha! Tidak pernah lebih baik! Bahkan tekanan darahku telah kembali ke tingkat yang terbaik!" jawab Nenek dengan keras dan jela.

Memang, Hao Ren berpikir wajah Nenek terlihat bersemangat, tidak seperti seorang pasien yang dalam masa penyembuhan. Bahkan, dia terlihat beberapa tahun lebih muda daripada sebelumnya.

Berdiri di sebelah Nenek, Zhao Hongyu diam-diam tersenyum.

"Lagi pula, Hongyu merawatku dengan sangat baik. Dia membuatkanku sup ayam setiap hari selama dua hari belakangan ini, sehingga tubuhku sembuh lebih cepat dan bahkan menjadi lebih kuat!" Nenek menambahkan sambil menatap Zhao Hongyu dengan penuh terima kasih.

Hao Ren menduga Zhao Hongyu telah memasukkan ramuan abadi dalam sup ayam itu. Semakin dia melihat senyuman Zhao Hongyu, semakin dia mempercayainya. Tentu saja, dapat juga karena Nenek berada dalam suasana hati yang baik, sehingga dia sembuh lebih cepat

Bagaimanapun, melihat neneknya dalam kesehatan yang baik, Hao Ren akhirnya merasa lega. Dia menolehkan kepalanya dan bertanya. "Di mana Zi?"

"Dia sedang mengerjakan pekerjaan rumahnya di atas, pergilah bergabung dengannya. Aku akan bercakap-cakap dengan nenekmu beberapa saat lagi," Zhao Hongyu menanggapi dengan ramah.

"Baik," membawa barang-barangnya, Hao Ren mulai menaiki tangga.

Dalam perjalanannya, dia berbalik melihat Zhao Hongyu dan Nenek yang ada di ruang tamu. Dia mendapatkan keduanya dapat bergaul dengan luar biasa baik dan kelihatannya telah membangun suatu relasi yang bahkan lebih dekat daripada yang Nenek dan menantu perempuannya sendiri. "Betapa menariknya dunia ini," pikirnya.

Tidak lama, dia tiba di pintu kamar Zhao Yanzi. Pelan-pelan, dia mendorong pintu terbuka, dia mendapati Zhao Yanzi duduk di depan mejanya, sibuk dengan pekerjaan rumahnya.

Mendengar pintu terbuka, Zhao Yanzi berbalik dan segera mengeluarkan suara 'humph" pada Hao Ren.

"Apa lagi sekarang? Apa yang kulakukan membuatmu kesal kali ini?" Hao Ren berjalan ke sana dan mengembalikan beberapa buku pelajaran yang dia pinjam darinya terakhir kali.

"Ibuku membuat banyak hidangan kesukaanmu malam ini. Tapi, hanya dengan sebuah telepon saja memberitahukan kepadanya kau tidak datang untuk makan malam. Kau membuat semua maksud baik dan usahanya sia-sia," cemberut, Zhao Yanzi membalas dengan galak.

"Oh?" karena dia baru saja mengetahuinya dari Zhao Yanzi, Hao Ren merasa terkejut dan tersentuh.

""Sesuatu terjadi di sekolah hari ini, sehingga aku tidak bisa datang," Hao Ren menjelaskan sambil duduk di sebelahnya dan mulai mengeluarkan bahan-bahan dari tasnya.

Zhao Yanzi mengabaikan ucapan Hao Ren sambil terus mengembungkan pipinya, terlihat seperti ikan buntal.

"Ujian tengah semestermu Jumat ini, bukan?" Hao Ren bertanya.

" Ya…" Zhao Yanzi menganggukan kepalanya dengan ringan.

Dia mengenakan atasan dengan kerutan yang dicetak berlapis dan sepasang celana selutut berwarna khaki, yang terlihat bagus dan bersemangat. Namun pakaian itu juga membuatnya kelihatan sangat manis. Tubuh kecil mungilnya yang mengeluarkan aroma samar setelah mandi, sedikit merangsang indera penciuman Hao Ren.

Dia tak diragukan lagi putri seorang perancang yang terkenal bahkan pakaian padu padan santainya terlihat sempurna tanpa cela.

"Mari kita membahas pelajaran untuk pertengahan semester," Hao Ren menyarankan saat dia membuka bahan-bahan itu.

Setelah membaca buku pelajaran yang Zhao Yanzi pinjamkan, Hao Ren sekarang mendapat pemahaman yang jelas mengenai kemajuan belajar Zhao Yanzi dan dapat menentukan daerah-daerah mana yang seharusnya dia perhatikan. Karena itu, sekarang dia dapat membimbing Zhao Yanzi dengan cara yang lebih baik membantunya untuk mempersiapkan ujian tengah semesternya.

Dengan mengejutkan, kali ini Zhao Yanzi tidak berusaha berdebat tetapi hanya mengikuti petunjuk Hao Ren dan segera memulai sesi peninjauan itu. Pada akhirnya, sesi bimbingan kali ini adalah sesi yang paling produktif yang pernah Hao Ren punya dengannya.

Hao Ren merasa Zhao Yanzi benar-benar berusaha belajar. Dia dapat mengatakan Zhao Yanzi menganggap serius ujian tengah semester kali ini.

Setelah Hao Ren selesai mengatur dan menyegarkan pemahaman yang penting dari setiap mata pelajaran sebanyak satu kali, dua jam telah berlalu.

Hao Ren tiba-tiba berhenti mengajar dan berbalik kepadanya sambil berkata, "Kau sebaiknya tidur sekarang. Aku akan memeriksa nenekku."

"Baik," Zhao Yanzi mengangguk sementara kepalanya masih menunduk sibuk mengatur catatan dari pelajaran hari ini.

Kepatuhannya yang tidak disangka-sangka membuat Hao Ren terkejut. Selama satu detik, dia sempat curiga apa benar Zhao Yanzi di depannya benar-benar Zhao Yanzi sejati.

Diam-diam dia meninggalkan kamar dan pindah ke kamar sebelah untuk mengunjungi neneknya.

"Apakah kau sudah selesai membimbing Zi?" berbaring di ranjang, Nenek masih terjaga seolah -olah sedang menunggu Hao Ren

"Ya. Kami belum selesai membahas semua, tetapi kami akan membahasnya dalam beberapa hari ke depan." Hao Ren duduk di tempat tidur Nenek sambil menjawab.

"Ren, aku rasa hubunganmu dengan keluarga Zi tidak sesederhana yang kau katakan. Saat aku bertanya pada Hongyu tentang hal itu, dia terus memberitahuku kau guru pembimbing Zi," Nenek memusatkan perhatiannya pada Hao Ren dan berkata, "Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"

"Uh..tidak," Hao Ren menggelengkan kepalanya, "aku hanya menjadi sangat dekat dengan keluarganya.

Baiklah. Bagaimanapun juga, aku sangat berhutang budi dengan Hongyu dan keluarganya yang telah menyelamatkan hidupku, jadi kau harus melakukan yang terbaik untuk membimbing Zi." Nenek dengan lembut meletakkan tangannya di bahu Hao Ren saat dia berkata.

Dalam beberapa hari yang dia habiskan di rumah Zhao Hongyu, Nenek merasa keluarga Zhao memperlakukannya seolah-olah dia anggota senior dari keluarga mereka sendiri. Cara mereka yang begitu sopan dan perhatian kepadanya membuatnya percaya keluarga Zhao benar-benar keluarga dengan standar moral yang tinggi

Sebagai contohnya, Zi memberi Nenek salam setiap pagi dan malam. Di pagi hari, Zi akan datang untuk membangunkan Nenek untuk makan pagi, dan setelah Zi pulang sekolah setiap malam, dia akan memeriksa Nenek dan melihat bagaimana keadaannya. Nenek semakin menyukai Zi karena dia merasa Zi penuh perhatian dan pengertian.

Sebagai hasilnya Nenek telah memutuskan bahwa setelah dia sembuh dan kembali ke pondok dekat pantai, dia tidak akan memutuskan hubungan dengan Zhao Hongyu dan keluarganya. Terlebih lagi dia berencana untuk mengenalkan anaknya pada keluarga Zhao. Tak masalah betapa sibuknya, mereka akan berusaha mempertahankan hubungan yang baik dengan keluarga Zhao, dan dia harap persahabatan di antara kedua keluarga dapat bertahan sampai generasi-generasi selanjutnya.

Disisi lain, Nenek berpikir sangat disayangkan Zi beberapa tahun lebih muda dan kelihatannya tidak memiliki perasaan romantis pada Hao Ren. kalau tidak, kedua anak muda ini dapat menjadi pasangan yang hebat… Pelan-pelan, saat imajinasi Nenek berlari liar, idealisme kunonya muncul kembali. .

Dia terus berpikir karena tidak mungkin Zhao Hongyu menjadi menantu perempuannya, masih akan hebat jika kedua keluarga dapat menjadi kerabat melalui perkawinan. Jika itu terjadi, ikatan di antara keluarga-keluarga ini akan lebih kuat dan sepenuhnya.

"Sayang sekali, Zi terlalu muda untuk menjadi pacar Ren," pikir Nenek dengan kecewa.

Hao Ren tentu saja tidak punya ide tentang imajinasi Nenek yang liar yang sesuai dengan cara berpikir tradisionalnya. Dia memfokuskan menceritakan padanya tentang kehidupan sekolah dalam percakapan, sama seperti yang dia lakukan saat mereka tinggal dekat lautan.

Hanya seperti itu, setengah jam telah berlalu dan tiba waktunya Hao Ren untuk kembali ke sekolah.

Meskipun Hao Ren siap untuk kembali ke sekolah, Nenek belum bersedia untuk berpisah dengan cucu laki-laki kesayangannya. " Hongyu berkata kau dapat menginap di sini malam ini. Kau dapat menggunakan kamarku atau studio di loteng."

"Tidak apa-apa, Nenek. Aku harus kembali ke sekolah. Akan sangat tidak baik jika aku terlalu sering menginap." Hao Ren berusaha menghiburnya. Sebenarnya, dia masih khawatir mengenai Zhao Jiayi dan ingin kembali untuk bersamanya.

"Benar. Terlalu sering menginap mungkin dapat berpengaruh buruk pada pelajaran sekolahmu. Kau sebaiknya berangkat sekarang." Nenek telah berharap Hao Ren dapat tinggal malam ini, tetapi dia juga tidak ingin nilainya jelek di sekolah.

"Ya. Kau juga istirahatlah yang baik, Nenek. Aku akan datang menemuimu lagi besok," sambil melihat sekeliling kamar neneknya yang bersih, Hao Ren berdiri dari tempat tidur dan berjalan keluar.

Dari koridor menuju lantai dua, Hao Ren dapat melihat cahaya masih menyala di ruang kerja yang terdapat di sebelah ruang tamu di lantai satu, dia beranggapan Zhao Guang belum pergi tidur. Setelah berjalan menuruni tangga, seperti yang sudah diperkirakan, dia menemukan pintu kamar kerja terbuka lebar, dan Zhao Guang dengan kaus besar tersampir di bahunya sedang membaca beberapa berkas.

Hao Ren berjalan ke pintu dan mengetuk.

Zhao Guang mengangkat kepalanya. Saat dia melihat Hao Ren, dia mengangguk sedikit dan berkata, "Masuklah."

"Paman, aku ingin meminta pendapatmu akan sesuatu hal," sambil dia memasuki ruang kerja, Hao Ren melihat ke arah jam dinding dan melihat sekarang hampir jam sepuluh.

Hao Ren berpikir ayah Zi selalu serius baik dalam perkataan maupun tindakan. Namun, Hao Ren dapat mengetahui Zhao Guang memang memiliki pekerjaan yang sangat banyak untuk dikerjakan. Dia diam-diam berharap Zhao Guang tidak menjadi kesal saat diminta untuk terlibat dalam masalah sekolah yang kecil seperti ini.

"Ya?" Zhao Guang meletakkan berkas-berkas di tangannya dan menatap Hao Ren dengan tajam.

"Yah, jadi ini yang terjadi. Teman sekelas ku berkelahi dengan tim basket sekolah hari ini… "

Hao Ren menceritakan seluruh kejadian kepada Zhao Guang, termasuk apa penyebabnya dan akibat-akibat yang mungkin terjadi. Duduk di kursinya dan menghadap Hao Ren, Zhao Guang mendengarkan dengan diam dan tenang, tidak menunjukkan pemikiran apa pun yang mungkin dia punyai.

"Hanya itu saja? Kau juga ikut dalam perkelahian itu?" Setelah Hao Ren, Zhao Guang akhirnya membuka mulutnya.

Hao Ren menanggapinya dengan anggukan. Merupakan hal yang janggal baginya meminta Zhao Guang untuk ikut campur dan membantunya karena Zhao Guang bukanlah ayahnya.

Di atas semuanya itu, Hao Ren pernah sekali menyulitkan mereka dengan kejadian sang Nenek, dan sekarang Nenek tinggal di rumah mereka. Hao Ren selalu mudah merasa malu dan sekarang dia takut dengan meminta bantuan Zhao Guang kembali yang membantunya, dia akan terlihat tidak tahu malu.

"Kamu tidak perlu datang padaku untuk masalah seperti ini," Zhao Guang melihat kepada Hao Ren dan berkata dengan dingin.

Hao Ren merasa kecewa. Dia merasa dia telah mengecewakan Zhao Guang, seperti yang telah dia antisipasi.

"Bicaralah dengan Lu Qing besok," Zhao Guang menambahkan.

Wajah Hao Ren merah padam karena malu. Saat dia siap untuk mengucapkan selamat tinggal, Zhao Guang berkata lagi, "Aku akan menghubungi kepala sekolah sebentar lagi. Teman sekelasmu bernama Zhao Jiayi, benar?"

Sepotong harapan berkembang dalam diri Hao Ren. Menatap Zhao Guang yang penyendiri tapi selalu bersedia membantu, Hao Ren dengan sepenuh hati mengungkapkan rasa terima kasihnya. "Ya, terima kasih, Paman!"

"Tidak masalah. Berdasarkan ceritamu terhadap kejadian tersebut, kesalahan kalian tidak terlalu serius. Aku juga berharap sekolah dapat mengatasi masalah ini dengan tidak memihak. Bagaimanapun, berhati-hatilah di masa depan." Zhao Guang melihat ke arah jam dinding dan melanjutkan, "Kau menginap di sini malam ini, bukan?"

"Tidak, aku harus kembali ke sekolah sekarang," jawab Hao Ren.

"Masih banyak yang harus aku kerjakan di sini, apakah tidak ada masalah bagimu untuk kembali sendiri?" tanya Zhao Guang.

"Aku akan baik-baik saja! Sekali lagi, Terimakasih, Paman!" Hao Ren berbalik dan dengan gembira berjalan keluar dari ruang kerja.

Saat dia kembali ke lantai dua dan berusaha mengambil kembali bahan-bahan pengajaran dari kamar Zhao Yanzi, dia melihat Zhao Yanzi jatuh tertidur di meja.

Hao Ren berjingkat-jingkat ke meja dan diam-diam mengamati wajah dan tangan Zhao Yanzi yang berubah merah karena menekan meja. "Dia pastinya berusaha yang terbaik untuk mempelajari ujian tengah semester ini," Hao Ren berpikir, dia tidak pernah melihat Zhao Yanzi bekerja sekeras ini sebelumnya.

Sambil menatapnya tertidur begitu manis, Hao Ren tidak mau membangunkannya. Namun, dia juga khawatir Zhao Yanzi mungkin kedinginan atau terbangun dengan punggung yang sakit. Oleh karena itu setelah berpikir beberapa saat, Hao Ren membungkuk, dan meletakkan satu tangan di bawah lututnya dan tangannya yang lain di punggungnya, dengan lembut mengangkatnya.

Zhao Yanzi terlihat tidur nyenyak karena tindakan Hao Ren sama sekali tidak membangunkannya. Matanya tetap tertutup dan nafasnya tetap tenang.

Saat menggendong Zhao Yanzi yang lembut seperti boneka, Hao Ren tenggelam dalam aromanya yang manis. Segera, dia meletakkan Zhao Yanzi dengan hati-hati di tempat tidur dan menyelimutinya dengan selimut. Kemudian dia mengangkat bahan-bahannya dan berjinjit ke pintu lagi. Sebelum dia berjalan keluar dan menutup pintu, dia mematikan lampu besar dan membiarkan lampu yang kecil menyala.

Saat pintu tertutup, Zhao Yanzi yang "tertidur nyenyak" perlahan-lahan membuka matanya saat semburat merah menutupi wajahnya.

"Si sialan itu… " dia diam-diam berbisik dalam hatinya.

  1. khaki = berwarna kuning kecoklatan

Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.