The Alchemists: Cinta Abadi

Apakah Vega Menyukai Mischa?



Apakah Vega Menyukai Mischa?

3"Bagaimana wawancaranya tadi?" tanya Altair saat melihat adiknya datang menghampirinya di salah satu counter Holodeck. Vega hanya mengangkat bahu dan tersenyum. Altair menarik tangannya mendekat dan menyerahkan sebotol minuman kepadanya. "Ini untukmu."     

"Terima kasih," kata Vega sambil menerima minuman itu dan meneguknya.     

"Sama sekali tidak ada hal yang istimewa?" tanya Altair lagi, masih berusaha mengorek keterangan dari adiknya. Ia dan seisi keluarganya sangat ingin tahu bagaimana tanggapan Vega saat bertemu dengan Ren. Namun demikian, ia berusaha menahan diri dan tidak terkesan memaksa.     

"Hmm... apa ya?" Vega tampak mengingat-ingat. "Tadi wawancara saat makan siang dengan Mischa, semuanya berlangsung menyenangkan. Kau tahu sendiri Mischa orangnya ramah, hangat dan terbuka. Tatiana sungguh bersenang-senang tadi. Dan Mischa juga menjawab semua pertanyaan Tatiana, bahkan yang personal sekalipun."     

"Oh ya?" Altair mengangguk-angguk. "Dia memang begitu."     

"Lalu wawancara berikutnya, sambil minum teh di sebuah lounge yang cantik. Mereka menyajikan teh dan kue-kue yang enak. Entah kenapa Tatiana tiba-tiba menjadi canggung dan takut untuk mewawancarai Professor Neumann. Jadi dia menjebakku untuk menggantikannya." Vega melanjutkan sambil memutar matanya. Tatiana pura-pura tidak mendengar dan menyibukkan diri.     

"Hahaha.. takut kenapa?" tanya Altair. "Aku belum pernah bertemu dengan Professor Neumann sejak ia kembali ke SpaceLab, tapi sepengetahuanku, orangnya tidak semenakutkan itu."     

"Kupikir juga begitu. Ia cukup ramah dan sangat, sangat pandai. Kau bisa mendengar dari caranya bicara dan apa yang ia bicarakan... Wahhh... tidak heran ia disebut genius," Vega menambahkan. "Aku merasa simpati kepadanya karena ternyata hidupnya sangat malang..."     

"Malang kenapa?" tanya Altair dengan ekspresi sangat tertarik.     

"Jadi... tidak banyak yang tahu hal ini, ternyata sejak kecelakaan tahun lalu itu, Professor Neumann mengalami kehilangan ingatan yang sangat parah. Ia tidak dapat mengingat apa pun tentang dirinya sejak ia lahir hingga peristiwa kecelakaan itu. Kasihannya lagi, ia juga sama sekali tidak dapat mengingat apa pun tentang istrinya..." Wajah Vega tampak sangat kasihan ketika membicarakan Ren.     

"Oh, ya? Dia mengalami kecelakaan kapal pesiar kan?" tanya Altair, berpura-pura tidak tahu.     

Vega mengangguk. "Benar. Ketika kami menanyakan kapan ia bertemu istrinya dan bagaimana mereka bisa jatuh cinta... ia tidak bisa mengatakan apa pun karena ia tidak mengingatnya. Sungguh malang..."     

Altair merasa lega mendengar penjelasan Vega. "Jadi ia sama sekali tidak ingat apa pun? Hmm.. lalu, apakah ia tidak berusaha mencari tahu tentang istrinya itu agar ia dapat mengumpulkan ingatannya kembali? Kau tidak bertanya ke arah sana?"     

Vega menggeleng. "Aku sengaja tidak bertanya ke situ, karena aku tidak ingin membuatnya merasa bahwa ia telah mengambil keputusan yang salah."     

"Keputusan yang salah? Aku tidak mengerti."     

"Begini... kurasa Professor Neumann sengaja tidak berusaha mencari tahu lebih mendalam tentang istrinya, karena ia tidak ingat apa pun tentang wanita itu. Kau mengerti maksudku? Ia pasti sudah mencari tahu tetapi karena apa yang ia dengar dan semua informasi yang ia peroleh tetap tidak membangkitkan apa pun dalam ingatannya, ia memutuskan untuk mengubur semuanya sebagai bagian dari masa lalu," kata Vega menjelaskan.     

"Ia sama sekali tidak ingin tahu?" tanya Altair lagi. Ia sangat tertarik mendengar kata-kata adiknya ini. Rupanya, bahkan walaupun Vega sama sekali tidak mengingat Ren, gadis itu masih sangat mampu memahami Ren.     

Adik perempuannya ini memang sangat luar biasa. Ia memiliki empati yang besar dan dapat memahami orang lain dengan sangat cepat.     

"Dari apa yang kutangkap, Professor Neumann sudah merelakan kenyataan bahwa ia melupakan seluruh hidupnya dan memutuskan untuk melihat ke depan, dan menjalani hidupnya yang baru."     

"Kurasa, ini bukanlah keputusan yang mudah dan ia pasti sudah memikirkannya untuk waktu yang lama, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk memulai hidup baru dan bergabung dengan SpaceLab."     

"Ia sudah berusaha memulihkan ingatannya dan gagal.. lalu mau apa lagi? Berkutat pada masa lalu dan memaksakan dirinya mencari tahu semua yang sudah ia lupakan? Kalau terus berfokus pada masa lalu.. bagaimana ia bisa melanjutkan hidup?" kata Vega melanjutkan penjelasannya.     

"Kami sempat membahas hal itu sedikit... aku membagikan pengalamanku sendiri yang kehilangan enam tahun dalam hidupku... Awalnya aku memang sangat frustrasi karena tidak dapat mengingat masa enam tahun itu."     

"Tetapi, setelah beberapa lama, aku memutuskan untuk mengganti pola pikirku dan menerima kenyataan. Aku memilih untuk bersyukur bahwa aku masih hidup dan bisa melanjutkan hidupku dengan baik bersama keluarga yang sangat menyayangiku."     

"Kadang aku bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang begitu buruk di masa enam tahun itu yang harus aku lupakan... atau jangan-jangan ada sesuatu yang sangat indah yang seharusnya aku ingat..." Vega menghela napas panjang.     

Suaranya terdengar bergetar saat ia melanjutkan kata-katanya. "Tetapi, daripada aku terus memikirkan hal-hal yang aku tidak akan pernah ketahui.. bukankah lebih baik jika aku mengambil sisi baiknya saja? Bayangkan, jika dalam masa enam tahun itu terjadi peristiwa yang sangat buruk dan membuat trauma... bukankah lebih baik jika aku melupakannya?"     

Altair menatap Vega dengan pandangan berkaca-kaca. Ini adalah kali pertama ia mendengar isi hati adiknya tentang perasaannya sendiri mengenai kehilangan ingatan yang ia alami.     

"Kau.. sangat bijak," katanya sambil mengusap rambut Vega. ia mengangguk-angguk.     

"Kurasa, Professor Neumann juga berpikir seperti itu. Kami sempat membicarakan itu, tentu saja aku tidak bilang bahwa aku juga kehilangan ingatanku.. dan dari caranya bicara, aku dapat mengambil kesimpulan bahwa ia pun memutuskan untuk berdamai dengan kenyataan dan memulai hidup baru. Ia mempunyai sangat banyak mimpi yang ingin ia wujudkan bersama SpaceLab, jadi kurasa, itu cukup membuatnya sibuk."     

Altair merasa sangat lega. Rupanya, Vega memang sangat mengerti Ren, walaupun mereka sudah bukan suami istri dan bahkan sudah saling melupakan. Gadis itu dapat memahami situasi yang dihadapi Ren dan isi hati pria itu.     

"Sepertinya kalian sangat banyak membahas hal personal," komentar Altair. "Setahuku Professor Neumann itu orangnya dingin dan tertutup. Aku tidak mengira ia akan begitu terbuka kepadamu."     

Tatiana segera menyeletuk saat mendengar kata-kata Altair. "Kurasa Professor Neumann sangat menyukai Vega. Orang buta saja bisa melihat betapa ia memperlakukan Vega dengan sangat baik."     

"Benarkah itu?" tanya Altair. Ia menatap adiknya lekat-lekat, berusaha mencari perubahan ekspresi pada gadis itu. Ia ingin tahu bagaimana kesan Vega terhadap Ren, sebagai orang yang baru saling mengenal. Apakah Vega merasa tertarik kepada laki-laki itu? "Apakah kau menyukai Professor Neumann?"     

Dadanya terasa berdebar-debar sambil menanti jawaban dari bibir Vega.     

Gadis itu tertawa kecil dan meggeleng-geleng. "Kalian ini berlebihan dan terlalu penasaran pada perasaan orang lain. Kurasa Professor Neumann hanya terkesan saja karena kebetulan belum pernah bertemu orang sepertiku. Kami belum mengenal sejauh itu untuk bisa saling menyukai."     

"Tapi Professor Neumann mengajaknya makan malam secara terang-terangan," bantah Tatiana. "Apa itu namanya kalau bukan ia memiliki perasaan tertarik kepadamu?"     

Vega mengangkat bahu. "Hmm... sebaiknya kita tidak usah membahas itu lagi, ya. Aku tidak tertarik kepadanya dan tidak mau memberi harapan palsu kalau aku menerima ajakannya makan malam. Aku tidak mau menyakitinya, laki-laki itu baru kehilangan istrinya dan seluruh kehidupannya. Biarkan dia memulai hidup baru dan menjadi bahagia."     

Sepasang mata biru Altair berkilauan karena haru saat mendengar jawaban adiknya. "Kau sungguh-sungguh? Kenapa kau tidak tertarik kepadanya? Apakah kau sudah menyukai orang lain?"     

Vega membuka mulutnya hendak menjawab, tetapi tiba-tiba ia mengurungkan niatnya. Wajahnya yang cantik tertunduk. Altair yang keheranan segera menoleh ke belakang, karena menyadari perubahan sikap Vega pasti karena ia melihat seseorang.     

Saat ia menoleh, Altair menemukan Mischa berjalan mendekati mereka dengan wajah tersenyum. Pemuda itu terlihat lebih tampan dari biasanya. Altair tidak tahu apa yang membuat Mischa terlihat sangat menarik hari ini.     

Apakah karena suasana hatinya yang begitu cerah?     

Altair menoleh kembali ke arah adiknya dan menemukan wajah Vega bersemu kemerahan. Sebentar... apakah Vega menyukai Mischa? Itukah sebabnya ia tampak tersipu-sipu ketika Mischa datang? Apakah Vega menolak ajakan makan malam dari Ren karena ia sudah menyukai Mischa?     

Semua pertanyaan ini memenuhi pikiran Altair.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.