The Alchemists: Cinta Abadi

Seandainya Ren Dapat Membalikkan Waktu



Seandainya Ren Dapat Membalikkan Waktu

2Ren merasa seperti disambar petir ketika ia mendengar kata-kata Linda.     

Nyonya sudah datang...?     

Apakah yang dimaksud Linda adalah Vega, istrinya?     

Bagaimana mungkin? Bukankah saat ini Vega sedang ada di Targu Mures bersama keluarganya? Apakah ia memang datang ke Almstad?     

"Ren?"     

Suara lembut itu seketika menggugah Ren dari keterkejutannya. Ia dapat segera mengenali suara khas istrinya yang demikian lembut dan menenangkan. Tanpa terasa air bening mulai menggenang di pelupuk mata Ren.     

Ia baru menyadari betapa ia sangat merindukan wanita ini.     

Ren segera menghambur ke arah suara itu dan menemukan Vega berdiri di belakang Linda. "Vega, kau di sini?"     

Vega mengangguk. Wajahnya terlihat lelah dan matanya cekung. Sepertinya ia banyak menangis.      

Melihat Vega tampak demikian menderita, rasanya hati Ren seolah tercabik-cabik. Ia segera memeluk Vega dengan erat dan mencium rambutnya berkali-kali.     

"Kau terlihat tidak sehat," bisiknya. "Seharusnya kau tidak usah melakukan perjalanan. Aku baru akan pergi menyusulmu ke Targu Mures."     

"Aku tidak apa-apa," kata Vega dengan suara serak. "Aku ingin bertemu denganmu."     

Linda yang tahu diri segera menyingkir dan membiarkan pasangan suami istri itu melepas kerinduan. Ren segera mencium bibir istrinya begitu mereka hanya berdua. Ia lalu mengangkat tubuh Vega ke udara dan memutarnya. Ia sangat bahagia.     

Mereka baru berpisah selama dua minggu, tapi entah kenapa rasanya seperti sudah sangat lama. Ren merasa terkejut melihat Vega tiba-tiba hadir di Almstad tanpa pemberitahuan, tetapi rasa herannya kalah oleh rasa senang yang ia rasakan karena melihat Vega, saat hatinya tengah diliputi rasa rindu dan frustrasi akibat perseteruannya dengan Karl.     

"Kau tidak tahu, betapa aku sangat merindukanmu," bisik Ren dengan suara serak. Ia kembali memeluk Vega erat ke dadanya setelah menurunkan wanita itu ke lantai.     

Vega mengangguk, tetapi ia tidak berkata apa-apa.      

"Baiklah... kau sepertinya lelah. Apakah kau sudah makan siang? Kau mau beristirahat?" tanya Ren setelah melonggarkan pelukannya kepada Vega. Ia menatap wajah gadis itu dengan penuh kasih sayang.      

Vega mencoba tersenyum, tetapi matanya yang tampak berkaca-kaca membuat Ren sangat sedih.     

"Apakah ada yang menyusahkan hatimu?" tanyanya dengan nada kuatir.      

Dalam hati, Ren bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi kepada Vega. Semuanya terasa begitu misterius. Kenapa Vega bisa tiba-tiba ada di Almstad? Apakah Alaric tahu bahwa anak perempuannya ada di sini? Atau...     

Apakah terjadi sesuatu di Targu Mures yang menyebabkan Vega kabur dari sana? Lalu ia menuju ke sini sendirian?     

"Sayang.. apa yang terjadi? Apakah ayahmu tahu kau di sini?" tanya Ren sambil menyentuh dagu Vega dengan lembut.     

Barulah Vega menjawab sambil menggelengkan kepalanya. "Tidak... ayah tidak tahu. Aku ke sini tanpa sepengetahuannya."     

Dada Ren seketika menjadi berdebar-debar mendengar jawaban Vega.     

Berarti memang terjadi sesuatu di Targu Mures sehingga Vega memutuskan untuk datang kemari tanpa memberi tahu ayahnya.     

"Aku sudah bertemu ayahmu dan kami bicara banyak," kata Ren sambil menatap Vega dalam-dalam. "Ia sangat menyayangimu. Kurasa tidak bijak jika kau pergi diam-diam tanpa memberitahunya. Ia sudah menyuruhku untuk mengundurkan diri dari posisiku sebagai putra mahkota Moravia dan kembali ke Targu Mures untuk bersamamu. Aku baru akan mempersiapkan keberangkatanku. Tadinya, aku ingin mengajakmu bicara tentang masa depan kita."     

"Ayah menyuruhmu ke Targu Mures? Benarkah?" tanya Vega. "Apa katanya?"     

"Ia bilang ia tidak menyukaiku, tetapi ia mengerti bahwa kita sudah menikah. Karenanya ia menyuruhku untuk mengajakmu bicara tentang masa depan kita bersama. Ia pikir aku sebaiknya kembali bekerja di SpaceLab," kata Ren. Ia lalu menggandeng Vega dan mengajaknya masuk ke kamar mereka. "Sebaiknya kita bicara di dalam. Kulihat kau tampak lelah."     

Vega mengangguk. Mereka berjalan ke kamar dan duduk di sofa nyaman di dalamnya. Tidak lama kemudian Linda mengetuk pintu. Setelah Vega mempersilakannya masuk, wanita separuh baya itu datang membawa nampan berisi sepoci teh dan dua buah cangkir.     

"Silakan diminum, Tuan," kata Linda. "Tadi Nyonya membawakan teh khas dari Rumania."     

"Terima kasih, Linda," kata Ren.     

Linda menuangkan teh ke dua cangkir lalu merapikan poci dan nampannya di atas meja, kemudian ia pamit keluar.     

"Kau membawa teh khas dari Rumania?" tanya Ren sambil tersenyum. "Aku belum pernah mencobanya."     

"Rasanya menenangkan," kata Vega. "Kurasa ini baik untuk meredakan stress. Aku sangat menyukainya."     

Ren mengambil cangkir tehnya dan menyesap teh itu pelan-pelan. Wangi teh ini memang khas. Ia menciuma aroma chamomile dan beberapa jenis rempah di dalamnya. Ren menyukai teh ini.     

Vega menatap Ren menikmati tehnya dengan pandangan sendu. Setelah teh di cangkir suaminya hampir habis, ia mengambil poci dan menawarkan untuk menuang lagi. Dengan senang hati Ren memberikan cangkirnya.     

Sambil menuangkan teh lagi ke cangkir Ren, Vega akhirnya menceritakan alasan kenapa ia datang sendiri ke Almstad.     

Suaranya yang serak tetap terdengar merdu di telinga Ren. Pria itu memperhatikan baik-baik setiap kata yang keluar dari bibir Vega. Setelah cangkirnya terisi kembali, Ren kembali menyesap tehnya.     

Vega benar saat mengatakan teh ini dapat meredakan stress. Entah kenapa, setelah meminumnya, Ren merasa tenang dan pikirannya yang resah kini menjadi kalem.      

Ahh.. apakah jangan-jangan ini bukan karena tehnya, melainkan karena kehadiran Vega.     

Benar juga. Ren ingat bahwa sejak ia bersama Vega, ia dapat beristirahat dengan tenang, pikirannya tidak terlalu sibuk, dan ia merasa begitu nyaman hingga ia dapat tidur dengan baik tanpa obat tidur.     

"Aku menjalani beberapa proses terapi dan pengobatan di Targu Mures untuk memulihkan ingatanku," kata Vega. "Kakekku mengatakan bahwa aku mengalami proses cuci otak yang berat dan mungkin ingatanku tak akan dapat pulih sepenuhnya..."     

"Oh..." Ren menghentikan cangkirnya di udara saat mendengar kata-kata Vega yang diucapkan dengan sangat sedih.     

Tentu saja ia mengetahui hal ini dengan baik. Ialah yang bertanggung jawab menghilangkan ingatan Vega waktu itu dengan berbagai teknik cuci otak termutakhir.     

Mereka menggunakan obat-obatan dan berbagai metode hipnotis untuk menekan ingatan Vega selama enam belas tahun hidupnya, dan kemudian mencekokinya dengan ingatan palsu.     

Walaupun keluarga Vega berusaha keras memulihkan ingatannya, mereka akan mengalami kesulitan dan kemungkinan besar ingatan gadis itu tidak akan kembali sepenuhnya. Ren paling tahu hal ini, dan ia merasa sangat bersalah.     

Karena itulah, ia telah bertekad akan menebus semuanya dengan menjaga dan membahagiakan Vega seumur hidupnya. Mulai sekarang, seluruh hidupnya akan ia abdikan kepada istrinya...     

Ren ingin menebus dosanya kepada wanita yang tidak bersalah ini.     

"Oh, sayang... aku sangat sedih mendengarnya," kata Ren dengan suara bergetar.     

Ia tidak berbohong. Kondisi Vega memang membuatnya sangat sedih dan menyesal.     

Ren sungguh berharap ia dapat membalikkan waktu dan membatalkan semuanya... Namun, apa daya. Ia adalah manusia biasa yang tidak berkuasa atas waktu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.