The Alchemists: Cinta Abadi

Ren Merindukan Vega



Ren Merindukan Vega

0"Maafkan aku... maafkan aku. Karena aku, mereka membunuh kekasihmu..." tangis Vega sesenggukan. "Kalau bukan gara-gara aku... mungkin sekarang kalian sudah hidup bahagia bersama."     

Ia sungguh merasa bersalah. Mischa yang begitu baik, mengalami kemalangan yang demikian besar akibat dirinya.     

Mischa dan Alaric merasa sangat terkejut melihat Vega yang tahu-tahu datang dan memeluk Mischa sambil berurai air mata.     

"A... apa maksudmu?" tanya Mischa bingung. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. "Kau tidak salah apa-apa. Jangan menangis."     

Vega menggeleng-geleng. "Aku sudah tahu semuanya... Mereka menjebakmu dengan menangkap kekasihmu agar kau pergi dari Paris... Mereka lalu membunuhnya dengan kejam dan melukaimu. Kalau bukan gara-gara aku.. mereka tidak akan menangkapnya dan membunuhnya..."     

Mischa menghela napas. Ia mengangkat wajahnya dan menoleh ke arah Altair yang sedang berjalan ke arah mereka dengan wajah sedih. Ia segera mengerti bahwa Vega sudah mendengar apa yang terjadi dari saudaranya.     

Mischa lalu mengusap-usap punggung Vega dan air matanya mulai menggenang. Ia kembali teringat kepada Lisa dan peristiwa mengerikan yang terjadi enam tahun lalu.     

Semua seolah kembali diputar di depan matanya dengan gerakan lambat. Kepalanya memusing dan dadanya terasa seolah ditindih benda sangat berat.     

"Kau tidak bersalah..." bisiknya. "Aku yang bersalah. Kalau saja aku tidak mengingkari janjiku dan menemuimu di restoran, mereka tidak akan dapat menculikmu. Aku melanggar janjiku kepada ayahmu dan Paman Nicolae. Aku berjanji kepada mereka untuk menjagamu tetapi aku gagal... Maafkan aku. Karena aku.. kau terpisah dari keluargamu dan hidup menderita begitu lama..."     

Ia pun mulai menangis. Selama ini Mischa dihantui perasaan bersalah yang begitu besar karena ia merasa Vega diculik akibat kecerobohannya. Ia tidak berpikir jernih karena melihat Lisa ditangkap penjahat.     

Seharusnya ia segera mengerahkan pengamanan untuk menjaga Vega dan Altair, atau minimal ia dapat mengirim orang untuk menyelamatkan Lisa, alih-alih datang sendiri.     

Ia adalah seorang mantan assassin. Seharusnya ia tahu bahwa kalau mereka sudah menangkap Lisa, mereka tak mungkin akan melepaskannya hidup-hidup. Seharusnya Mischa menggunakan logikanya dan sadar bahwa kedatangannya ke Provins untuk menyelamatkan Lisa sama saja dengan mengantar nyawa...     

Ah.. mungkin ia memang ingin mati. Saat itu ia sedang sangat patah hati karena Lisa ingin berpisah darinya dan Mischa merasa ia tidak punya alasan hidup lagi. Di lubuk hatinya ia tahu bahwa para penjahat itu tidak akan melepaskan Lisa dan malah akan membunuhnya juga, tetapi ia tidak peduli.     

Kalaupun ia harus mati, ia tidak keberatan mati bersama Lisa. Namun, ia tidak mengira bahwa keegoisannya saat itu, hendak mati bersama Lisa, ternyata berdampak sangat buruk. Keselamatan Vega terancam dan akhirnya ia pun berhasil diculik para penjahat.     

Keegoisan Mischa membuat Vega menjadi korban, dan hal itu telah menghantuinya selama bertahun-tahun.     

Tetapi kini.. Vega justru mendatanginya dan meminta maaf karena mengira ia mengakibatkan kematian Lisa, padahal Vega sama sekali tidak bersalah.     

Mischa tak dapat menahan air matanya yang menetes jatuh satu persatu.     

Ia balas memeluk Vega dengan erat.     

"Maafkan aku," bisiknya dengan suara parau.     

Keduanya bertangisan pelan, karena alasan masing-masing.     

Vega merasa bersalah karena mengira ia menjadi penyebab kematian Lisa, sementara Mischa menganggap ia yang bersalah meninggalkan Vega dan menyebabkan Vega terpisah dari keluarganya selama hampir enam tahun.     

Altair dan Alaric berdiri terdiam memandang adegan itu. Alaric mengerti akan rasa bersalah yang ditanggung Mischa selama ini.     

Ia ingat betapa Mischa bekerja demikian keras selama beberapa tahun pertama untuk melacak setiap petunjuk dan mencari semua orang yang dikabarkan sebagai Vega, dan ia selalu tampak hancur hati saat mengetahui bahwa semua petunjuk itu palsu.     

Setelah tiga tahun, mereka semua telah menjadi sangat lelah. Bukan hanya Alaric dan keluarganya yang merasa menderita akibat peristiwa penculikan Vega, melainkan Mischa juga.     

Ia menarik napas panjang dan memejamkan mata, menahan kesedihannya.     

Bukan kalian yang bersalah, pikirnya dalam hati. Para penculik itulah yang bersalah. Dan aku akan membuat mereka membayar semua hutang ini dengan bunganya. Aku akan membuat mereka menyesal telah dilahirkan ke dunia ini.     

Ia mengepalkan tinjunya menahan amarah.     

***     

Ren sama sekali tidak bisa tidur dalam perjalanan kembali ke Moravia. Ia sangat merindukan tubuh Vega di dekatnya dan suara lembut wanita itu menenangkan pikirannya yang sibuk dan selalu dipenuhi berbagai pemikiran berat.     

Mungkin memang benar, manusia selalu baru menghargai apa yang dimilikinya setelah kehilangan. Ia masih belum dapat melupakan dukanya setelah kehilangan kedua anaknya beberapa bulan yang lalu. Ia tidak mengira rasa kehilangan dan kesedihan yang ia alami bisa demikian mendalam.     

Hingga kini, setiap kali ia teringat peristiwa itu, tubuhnya seolah menjadi lemas dan kepalanya menjadi pusing. Kalau peristiwa mengerikan itu tidak terjadi, sebentar lagi ia akan menjadi ayah, dan Vega menjadi ibu. Mereka akan memiliki dua anak yang sangat lucu. Salah seorang mungkin akan mirip Vega, dan yang seorang lagi akan mirip dirinya.     

Ia kembali membenamkan wajahnya di kedua tangan dan menangis tersedu-sedu. Ia tidak tahu hingga kapan ia akan terus berduka seperti ini. Orang bilang, waktu akan menyembuhkan segalanya... tetapi hingga kini perasaan sedih yang melingkupi dirinya tidak juga berkurang.     

'Oh Tuhan... kumohon berikan aku kesempatan kedua...' bisiknya dalam hati berkali-kali.      

Vega telah kehilangan bayi-bayi mereka beberapa bulan yang lalu dan seharusnya sekarang rahimnya sudah kembali sehat untuk dapat kembali mengandung. Malahan, karena Vega adalah seorang alchemist, pemulihannya berlangsung jauh lebih cepat dari manusia biasa.     

Sejak mereka berkumpul kembali dan berhubungan suami istri, Ren selalu memastikan ia membuahi rahim Vega. Ia berharap istrinya akan kembali hamil. Namun, hingga ia pergi meninggalkan Vega di Pulau F, sepertinya usaha mereka belum membuahkan hasil.     

Dalam hati ia merasa lega karena Vega sudah berkumpul kembali dengan keluarganya. Mereka akan dapat menjaga Vega dengan baik selama ia pergi.     

Sejak Amelia menembak Vega waktu itu, Ren belum sempat membuat perhitungan dengannya. Saat itu prioritasnya adalah merawat Vega hingga sembuh, dan kemudian memulihkan hubungan mereka.     

Tetapi kini, setelah Vega aman bersama keluarga Linden dan Schneider, Ren dapat berkonsentrasi untuk menghukum semua orang yang bertanggung jawab atas kematian anak-anaknya.     

Lihat saja, Amelia. Mata ganti mata, nyawa ganti nyawa, pikir Ren sambil mengeraskan rahangnya menahan amarah.     

Ia tak sabar ingin segera tiba di Moravia dan menghukum Amelia.     

Ia memejamkan mata dan berusaha membayangkan Vega duduk di sampingnya dan menggenggam tangannya. Ia berusaha membayangkan suara istrinya berbicara kepadanya tentang apa saja.     

Ia sangat menyukai suara Vega yang entah kenapa selalu membuatnya merasa bahagia. Ah.. ia baru menyadari, Vega memang istimewa. Ia memang selalu membuat semua yang ada di sekitarnya merasa damai dan bahagia.     

Ia sungguh beruntung bisa menikahi wanita yang demikian istimewa.      

Pelan-pelan pikiran Ren yang kacau dan resah menjadi tenang dan napasnya berubah menjadi lebih lambat. Ia lalu tertidur dan memimpikan Vega.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.