The Alchemists: Cinta Abadi

Bulan Madu Tuan dan Nyonya Harenberg



Bulan Madu Tuan dan Nyonya Harenberg

3Keesokan harinya Ren mengajak Fee untuk berwisata ke Eze. Ini adalah desa kuno dari abad pertengahan yang berada di puncak tebing, menghadap ke lautan di kawasan French Riviera. Di sana ada banyak bangunan-bangunan kuno yang cantik dan membuat Fee merasa seolah ia dibawa ke masa lalu.     

Ren menyetir sendiri dan Fee merasa kedekatan mereka menjadi semakin erat. Mereka mampir di sebuah restoran cantik di pusat desa dan menikmati makan siang yang menyenangkan. Setelah itu mereka menjelajah desa dengan berjalan kaki, menikmati udara sejuk musim gugur.     

Dari Eze, mereka melanjutkan perjalanan ke beberapa desa kecil lainnya dan melihat-lihat pemandangan sambil berpegangan tangan. Fee belum pernah sebahagia itu. Dengan gembira ia bercakap-cakap dengan para pedagang souvenir dalam bahasa Prancis yang sempurna, dan mereka semua sangat menyukainya. Malam harinya, mereka tiba kembali di Monte Carlo dan berkemas untuk perjalanan berlayar selama beberapa hari.     

Keesokan harinya, Ren dan Fee turun ke pelabuhan dan berlayar dengan yacht untuk menikmati pemandangan laut. Keduanya banyak menghabiskan waktu dengan bersantai sambil berjemur di tengah lautan. Kapal mereka mendarat di Cannes dan keduanya menikmati pemandangan kota resort yang terkenal sebagai pusat festival film dunia itu.     

Mereka berjalan-jalan di sepanjang boulevard di tepi laut di Cannes dan kemudian menikmati makan malam di restoran Italia yang menghadap ke laut. Di sini Fee bisa menggunakan bahasa Italianya yang fasih untuk mengobrol dengan pelayan dan memesan makanan mereka.     

"Besok kita akan berlayar ke Cinque Terre. Itu adalah lima desa di pinggir tebing di Italia yang cantik sekali. Kau akan terpesona melihat warna-warni bangunannya. Di sana sangat sulit untuk menyetir, jadi kita akan ke sana dengan menggunakan kapal," kata Ren sambil memotongkan steak untuk istrinya. Tindak-tanduknya terlihat sangat mesra dan membuat orang-orang yang ada di restoran tak lepas memperhatikan kemesraan pasangan muda yang rupawan ini.     

"Oh ya? Aku sudah pernah mendengar tentang Cinque Terre, tetapi belum pernah ke sana," kata Fee dengan antusias. "Apakah kau sudah pernah ke sana sebelumnya?"     

Ren menggeleng. "Belum. Aku terlalu sibuk, tetapi aku selalu ingin ke sana."     

"Ahh.. berarti itu akan menjadi tempat kita pergi bersama untuk pertama kalinya. Aku sudah tidak sabar!"     

Fee sudah melihat begitu banyak foto-foto cantik dari Cinque Terre dan tidak sabar ingin segera mengunjunginya. Cannes tempat mereka berada sekarang cukup menarik dengan cuacanya yang cukup hangat dan atmosfer yang membuat relaks, namun baginya Cinque Terre lebih menyenangkan dan penuh dengan pemandangan cantik.      

Di Cannes, hanya ada pantai dan resort-resort sejauh mata memandang. Cinque Terre menawarkan petualangan, dan Fee ingin bertualang bersama Ren di sana.     

Cinque Terre adalah serangkaian desa tepi laut yang berusia berabad-abad di garis pantai Riviera Italia yang berbatu-batu. Di masing-masing dari 5 desa ini ada berbagai rumah-rumah penuh warna dan kebun-kebun anggur yang menempel di teras curam. Pelabuhan dipenuhi dengan perahu nelayan dan kapal pesiar.     

Di sana ada berbagai trattoria (restoran) menghasilkan spesialisasi makanan laut bersama dengan saus pesto yang terkenal di kawasan Liguria. Pengunjung dapat melakukan hiking di rute Sentiero Azzurro menghubungkan desa-desa tersebut dan melihat pemandangan laut yang luar biasa cantik.     

Riomaggiore     

Desa ini merupakan desa pertama jika pengunjung datang dari La Spezia, kota yang sangat dekat jaraknya dengan Cinque Terre. Mereka bisa menikmati berbagai kafe dan restoran di Riomaggiore. Namun demikian mereka harus siap menggunakan sepatu karet dan stamina yang bagus karena jalan-jalan di desa ini penuh tanjakan curam.     

Manarola     

Di pemberhentian kedua ada Desa Manarola. Di sekitarnya terdapat kebun anggur. Kebun anggur inilah yang menghasilkan minuman anggur khas Cinque Terre, Sciacchetra.     

Selain menikmati keindahan pemandangan laut dari atas tebing, turis juga bisa mengagumi keindahan Gereja Gothic Nativita di Maria Vergine atau dikenal juga dengan nama gereja San Lorenzo. Gereja yang dibangun pada 1338 ini terkenal dengan keindahan desain jendelanya yang berbentuk bunga mawar dan terbuat dari marmer Carrara.     

Corniglia     

Berdiri di atas tebing setinggi 100 meter, desa ini merupakan satu-satunya desa di Cinque Terre yang tidak memiliki akses langsung ke laut. Namun pengunjung tetap bisa menikmati berjalan-jalan di desa ini karena deretan toko kecil yang menawarkan suvenir dan hasil laut tetap memesona para turis yang datang.     

Vernazza     

Adalah desa yang terletak tepat di pinggir pelabuhan. Ciri khas dari desa ini adalah caruggi atau jalan sempit, yang dipenuhi deretan kios kecil, tangga-tangga terbuat dari batu, dan diakhiri dengan dengan pemandangan laut biru yang indah.     

Monterosso     

Desa kelima adalah Monterosso. Satu satunya desa di Cinque Terre yang memiliki pantai. Di sinilah para turis senang menghabiskan waktu untuk berjemur di bawah sinar matahari dan bermain di pinggir pantai.     

Jika dibandingkan dengan desa-desa lainnya, desa ini tidak memiliki banyak spot foto menarik. Namun, pengunjungnya tetap bisa menikmati berbagai kuliner khas Italia, mulai dari es krim gelato hingga pasta seafood yang lezat.     

"Kau terlihat sangat bersemangat," komentar Ren. "Kalau begitu aku juga menjadi bersemangat. Kita bisa tinggal di Cinque Terre lebih lama sebelum kembali ke Monte Carlo."     

"Aku akan senang sekali..." kata Fee dengan gembira.     

"Kau juga bisa bicara dalam bahasa Italia sepuasmu."     

"Ah.. benar juga." Fee mengangguk. Ia tidak pernah berbincang-bincang dalam bahasa Italia selama ia di Moravia karena tidak ada satu pun orang yang dikenalnya yang mengerti bahasa Italia. Selama ini ia hanya menggunakan bahasa Jerman dan sesekali bahasa Inggris.     

"Kalau mau, kau bisa berbicara denganku menggunakan bahasa apa pun yang membuatmu nyaman. Kita tidak harus berbicara dalam bahasa Jerman," kata Ren mengingatkan. "Kau tidak lupa kan, bahwa aku juga bisa banyak bahasa?"     

"Ah, kau benar. Aku akan melakukannya," kata Fee. Ia merasa sangat beruntung menikahi seorang pria genius yang tahu begitu banyak hal.     

Mereka lalu membahas sedikit tentang rencana mereka mengunjungi Cinque Terre dan beberapa kota lainnya di Italia setelah menikah. Sayangnya, karena keterbatasan waktu, mereka harus kembali ke Monte Carlo dalam 4 hari untuk menghadiri jamuan makan malam yang diadakan Johann dan kemudian pulang ke Moravia.     

"Nanti kapan-kapan kita bisa ke Italia lagi. Ada beberapa kota menarik yang juga ingin kukunjungi," kata Ren. "Dan jangan lupa, kau juga ingin mengunjungi Rumania."     

"Aku mengerti. Kau sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu. Aku juga harus mencari sekolah dan belajar. Nanti kita bisa kembali saat liburan sekolah," kata Fee membenarkan.     

"Aku senang kau mengerti." Ren tidak menyukai posisinya sebagai penerus takhta Moravia, karena itu berarti kehidupannya dibatasi dan ia tak dapat melakukan begitu banyak hal yang menjadi tujuan hidupnya. Tetapi demi keluarga besarnya dan konstitusi Moravia yang sudah berlangsung sejak berabad-abad, ia terpaksa mengalah.     

Hingga saat itu tiba, ia hanya dapat melakukan tugasnya. Untunglah ia menemukan seorang wanita yang bukan saja dapat membantunya menenangkan diri dan menikmati hidup, tetapi juga sangat mengerti posisinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.