The Alchemists: Cinta Abadi

Lauriel Meminta Maaf



Lauriel Meminta Maaf

1Acara makan siang bersama anggota keluarga besar itu terlaksana dengan hangat. Mereka makan dan berbincang-bincang serta mengagumi ketiga bayi yang ada di tengah-tengah mereka. Suasana berlangsung sangat menyenangkan dan berkesan. Aldebar dan Jean mengirimkan hadiah ulang tahun untuk Aleksis karena mereka tidak dapat hadir dalam acara kali ini.     

Aldebar sedang mengikuti konferensi sains di Swiss sehingga ia tidak bisa hadir sementara Jean harus menunggui Marion yang ternyata sedang mengandung anak kedua mereka dan mengalami trimester pertama yang sangat berat sehingga ia tidak dapat meninggalkan rumah sama sekali.     

Ketika Terry menyampaikan hadiah titipan dari ayahnya dan berita kehamilan Marion, Caspar mencubit istrinya pelan, seolah menyinggung bahwa bahkan Jean sekarang sedang menikmati masa-masa menjadi ayah lagi.     

"Kau ini apa-apaan, sih? Anakmu sudah empat dan cucumu ada lima," omel Finland sambil balas mencubit suaminya.     

Ia masih tidak mau menyerah pada bujuk rayu Caspar untuk melahirkan anak lagi. Ia mengerti situasi Jean yang masih menjadi ayah muda, karena sahabatnya itu memang terlambat menikah dan mempunyai anak.     

Sementara Caspar dan dirinya sudah menjadi orang tua sejak 31 tahun yang lalu. Bahkan dengan kehadiran Terry dalam keluarga mereka, total anak mereka sekarang sudah menjadi empat. Angka ini sungguh sangat banyak untuk ukuran di zaman modern seperti sekarang di mana manusia biasa bahkan sangat sulit diyakinkan untuk memiliki anak lebih dari satu.     

Beberapa negara malahan sampai memberikan insentif bagi setiap keluarga yang mau melahirkan bayi karena tingkat usia rata-rata warga negaranya sudah menjadi semakin tua, seperti Singapura dan Jepang.     

Caspar hanya tersenyum mendengar jawaban istrinya yang masih belum bisa digoyahkan. Ia akan terus berusaha. Ia mengerti saat ini Finland pasti merasa malu jika ia melahirkan bayi lagi, sementara cucu-cucunya masih sangat kecil.     

Tetapi beri Finland waktu beberapa puluh tahun, atau bahkan seratus tahun lagi, pasti kerinduan itu akan kembali dan naluri keibuannya terusik. Istrinya itu pasti ingin memiliki anak-anak kecil lagi di rumah mereka. Bila nanti Altair, Vega, Ireland, Scotland, dan Lily sudah dewasa, Caspar yakin Finland tidak akan merasakan kecanggungan itu lagi.     

Karenanya, ia akan menunggu dengan sabar.     

Tim musisi dan beberapa orang penyanyi yang sangat terkenal di dunia menjadi pengisi acara hiburan saat keluarga berpengaruh itu sedang makan bersama di tengah suasana akrab di antara mereka.     

Dalam hati London merasa agak lega L tidak ikut ke acara ulang tahun kakaknya ini karena gadis itu pasti akan kembali kuatir menjadi bahan gosip bila artis-artis yang diundang ke acara ini menyebarkan berita tentang kehadirannya.     

Walaupun para artis dunia itu disuruh menandatangani surat pernyataan kerahasiaan, tidak ada yang dapat menjamin seratus persen mereka tidak akan membocorkan apa-apa yang mereka lihat dan dengar di acara tersebut secara sengaja atau tidak.     

"Setelah acara makan siang, kita akan beristirahat sebentar dan kemudian melanjutkannya dengan berburu rusa di hutan. Jumlah rusa-rusa di sini sekarang sudah di atas ambang batas, sehingga kami mengadakan kegiatan perburuan setahun sekali untuk mengendalikan populasinya. Semuanya sudah disiapkan." Mischa mengumumkan ketika acara makan siang telah hampir selesai.     

Ia lalu berdiri dan mengangkat gelasnya untuk memberi ucapan selamat kepada Aleksis sebelum acara ini sungguh-sungguh berakhir. Semua orang diam dan memperhatikan ke arahnya.     

Pemuda itu menatap Aleksis dengan senyum manisnya dan untuk sesaat Aleksis kembali teringat pada pemuda berusia 20-an yang berpenampilan flamboyan dulu yang ditemuinya di Singapura. "Nyonya Aleksis, selamat ulang tahun. Terima kasih kau telah kembali ke dalam kehidupan Tuan Alaric yang sangat kami sayangi. Kami akan selalu mendoakan kebahagiaan Anda berdua."     

"Terima kasih, Mischa." Aleksis tersenyum haru. Ia lalu berdiri dan mengangkat gelasnya.     

Semua yang hadir ikut mengangguk dan mengangkat gelas wine masing-masing, dan secara bersamaan meneguk wine mereka sambil mengucapkan. "Sekarang dan selamanya."     

Alaric tampak senang melihat sikap Mischa yang selalu penuh hormat dan penghargaan kepada Aleksis. Setelah menghabiskan wine di gelasnya, Ia lalu memberi tanda kepada Kara dan semua pengisi acara yang bukan bagian dari kaum Alchemist lalu disuruh pergi meninggalkan mereka. Sekarang tibalah saat yang ditunggu-tunggu olehnya dengan mengundang semua anggota keluarganya untuk hadir ke acara ini. Orang luar tidak boleh menyaksikannya.     

Alaric bangkit berdiri dan menatap satu persatu orang yang hadir dengan pandangan lembut. "Terima kasih atas kehadiran kalian semua. Kalian adalah keluargaku, baik dari istriku, Aleksis, dan dari pihakku sendiri. Karena ini adalah saat pertama kita semua berkumpul bersama, aku hendak memperkenalkan masing-masing orang yang ada di sini. Mulai sekarang kita adalah keluarga."     

Ia tersenyum dan menggandeng Aleksis berdiri. "Ini adalah istriku, Aleksis, dan kedua bayi kembar yang tampan ini adalah anak kedua kami, Ireland dan Scotland. Kedua anak pertama kami sedang dalam perjalanan kemari dan mereka akan tiba nanti malam dengan kakakku, Nicolae Medici."     

Ia lalu berjalan menghampiri Lauriel yang duduk di sebelah Aleksis dan menyentuh bahu ayahnya dengan lembut. Senyumnya tampak nyata ketika ia memperkenalkan ayahnya yang mengesankan. "Ini adalah Lauriel Medici, ayah kandungku..."     

Tiba-tiba terdengar suara tercekat dari meja di sebelah kanannya dan semua segera menoleh ke arah asal suara.     

Rosalien yang sedari tadi sering melempar pandangan ke arah Lauriel dengan kening berkerut akhirnya berhasil mengingat di mana ia pernah bertemu Lauriel sebelumnya.     

Wajah gadis itu diisi ekspresi shock dan kemarahan pada saat yang sama. Ia akhirnya mengingat Lauriel adalah pria yang dulu menawannya dan memaksanya meminum Veritaserum untuk mengkhianati Rhionen Asasssins. Peristiwa itulah yang membuat Rosalien nekat menggigit lidahnya sendiri sampai hampir putus dan membuatnya kesulitan berbicara selama bertahun-tahun. Ia menyimpan dendam sangat besar sejak saat itu.     

Rosalien belum mengetahui apa yang terjadi sebenarnya sepuluh tahun lalu dan ia masih mengira Lauriel adalah pihak lawan yang berniat jahat kepada Alaric.      

Ia sungguh tidak mengira hari ini Alaric justru memperkenalkan pria itu sebagai ayah kandungnya. Wajah Rosalien tampak pucat tetapi rona kemerahan karena marah telah menjalari pipinya.     

Lauriel memperhatikan baik-baik gadis cantik berambut kemerahan yang menatapnya dengan pandangan benci itu dan perlu waktu beberapa lama baginya untuk dapat menduga-duga siapa Rosalien sebenarnya dan mengapa gadis itu menatapnya dengan penuh kebencian.     

Keduanya saling bertatapan.     

"Rosalien?" tanya Alaric dengan suara lembut. Ia segera mengerti apa yang dirasakan Rosalien dan ia sadar bahwa gadis keras hati itu sedang berusaha keras untuk bersikap sopan dan tidak meluapkan kemarahannya di tempat. Kedua tangannya mengepal, dan tubuhnya menjadi gemetar. Alaric sangat mengenal Rosalien dan tahu betapa mudahnya gadis itu membunuh orang yang membuatnya marah, tetapi di sisi lain Rosalien sangat setia dan akan melindungi keluarganya dengan nyawanya sendiri. "Apa yang terjadi sebelas tahun lalu adalah kesalahpahaman. Aku berharap kau bersedia melupakannya."     

Lauriel menatap Rosalien lekat-lekat, dan tanpa sadar bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Ia sudah mengingat betapa keras hatinya gadis mungil itu saat berada dalam tawanannya. Saat itu sebenarnya Lauriel kagum karena Rosalien lebih memilih memotong lidahnya sendiri daripada mengkhianati Alaric dan saudara-saudaranya.     

Sungguh gadis yang sangat keras kepala, pikirnya.     

'Kau... Rosalien?" Tanpa diduga-duga Lauriel maju dari mejanya dan menghampiri Rosalien. Gadis itu tanpa sadar memasang sikap siaga dan menatap Lauriel yang berdiri di hadapannya dengan mata disipitkan.     

"Lauriel," balas Rosalien dengan sikap dingin.     

"Peristiwa itu memang suatu kesalahpahaman, tetapi aku mengaku salah. Aku minta maaf karena saat itu aku memaksamu meminum veritaserum." Lauriel tidak mempedulikan sikap acuh Rosalien dan mengulurkan tangannya untuk meminta maaf.     

Ia adalah seorang laki-laki dewasa yang telah melangkah di atas bumi ini selama hampir 600 tahun. Baginya, meminta maaf atas kesalahan yang pernah dilakukannya bukanlah hal yang memalukan, dan ia tidak ingin hubungan di antara mereka semua sebagai keluarga besar menjadi rusak karena rasa canggung dan kesalahpahaman di masa lalu yang mengakibatkan dendam.     

Rosalien tampak tidak menduga Lauriel akan mendatanginya dan meminta maaf secara langsung. Kepalan tinjunya pelan-pelan mengendur dan tubuhnya menjadi lebih relaks. Wajahnya yang dingin perlahan terlihat dijalari rona merah segar saat kemarahannya menipis dan akhirnya menjadi hilang sama sekali.     

Gadis itu akhirnya mengangguk tetapi tidak membalas uluran tangan Lauriel. Lauriel tahu gadis itu terlalu bangga untuk memaafkannya di muka umum maka ia pun tidak memaksa. Yang penting ia sudah meminta maaf dan Rosalien memaafkannya, walaupun tidak secara langsung.     

Terdengar desah kelegaan di antara yang hadir karena pertikaian yang hampir terjadi dapat padam sebelum dimulai. Semua orang memuji kebesaran hati Lauriel yang mendatangi Rosalien dan meminta maaf, walaupun ia jauh lebih tua dan posisinya sangat dihormati. Sungguh seorang laki-laki yang patut dikagumi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.