The Alchemists: Cinta Abadi

Terry - Nicolae - Alaric



Terry - Nicolae - Alaric

0Setelah rapat pra-produksi, Terry dan Jean membahas tentang film Terry di penthouse. Jean memberikan beberapa masukan berdasarkan pengalamannya selama 20 tahun di dunia film.     

Keduanya tampak cocok sekali membahas segala sesuatunya bersama. Setelah selesai Jean mengajak Terry untuk minum bersama di Sky Bar. Keduanya benar-benar terlihat seperti kakak adik karena wajah mereka yang mirip dan penampilan yang terlihat seusia.     

Para pelayan di Sky Bar yang mengenali Jean tampak sangat gembira melihat kehadirannya. Mereka berkali-kali berusaha mencari kesempatan untuk lewat dan mengamati pemandangan indah itu.     

Para tamu yang melihat mereka lewat menuju ke meja Jade yang terletak paling eksklusif di ujung ruangan, yang menghadap langsung ke dinding kaca yang menghadirkan pemandangan lampu-lampu kota dari ketinggian 100 lantai, juga hampir menahan napas ketika kedua pria itu lewat.     

"Setelah lulus, kau akan ke Jerman dan membantu Caspar?" tanya Jean sambil menyesap wine-nya. "Kau tidak keberatan?"     

Terry menggeleng. "Aku juga suka bisnis kok, bagiku film adalah seni yang membuatku senang, dan aku menekuninya karena dulu aku ingin lebih dekat dengan dunia ayah. Tapi ayah sendiri akan pensiun, rasanya aku juga tidak terlalu semangat lagi menekuni film."     

"Kau tidak suka ayah pensiun?"     

"Ahahaha... kalau itu membuat ayah bahagia, tentu aku akan mendukung apa pun itu. Aku pikir banyak dari kita memiliki profesi dan minat yang berubah setelah puluhan tahun. Paman Caspar juga sudah pernah menjadi aktor teater di zaman dulu sebelum menjadi dokter, lalu kemudian pelukis, lalu ahli strategi perang, dan lain-lain. Dengan hidup yang kita miliki sekarang, kemungkinannya tidak terbatas."     

Jean mengangguk. "Aku senang mendengarnya."     

Terry melihat Jean beberapa hari terakhir sedikit berubah dan ia sudah ingin bertanya dari lama, tetapi baru malam ini ia mendapat kesempatan.     

"Ayah, apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanyanya kemudian.     

Jean menatap Terry agak lama dan kemudian menggeleng. "Aku senang kau memiliki dua ayah, uhm ... tiga. Ayah kandungmu, aku ayah biologismu dan ayah 'tiri' yang baik seperti Caspar. Menurutku dia adalah laki-laki luar biasa dan aku berharap kau bisa menjadikannya panutanmu.     

Dia dulu memang seorang petualang cinta yang tidak bertanggung jawab, tetapi sekarang ia sudah berubah menjadi lebih baik, Menurutku dia yang sekarang adalah seorang lelaki, suami, dan ayah yang patut dijadikan contoh.     

Ketika kau menjalani hidup dan tiba masanya ketika engkau jatuh cinta, kuharap kau tidak ragu-ragu dan dapat mengetahui apa yang kauinginkan dengan jelas."     

Terry mengerti maksud ayahnya. Pasti Jean masih merasa bersalah karena memutuskan hubungan dengan Billie.     

"Ayah tidak usah kuatir," kata Terry sambil tersenyum menenangkan, "Aku punya pria-pria panutan yang baik, kok. Papa Kendrick sangat mencintai mama dan selama belasan tahun menikah mereka tetap bertahan walaupun tanpa anak, hingga akhirnya aku hadir lewat prosedur IVF. Paman Caspar dan ayah sendiri juga memberiku contoh yang baik. Aku tidak akan berubah menjadi laki-laki brengsek. Aku sudah belajar dari pengalaman."     

Ia kemudian tertunduk, mengenang Rosemary yang bertanggung jawab atas kecelakaan Aleksis adalah gadis terakhir yang ia sakiti. Hingga sekarang tidak ada yang tahu apa yang terjadi di antara mereka, kecuali Aleksis, dan Terry masih merasa sangat bersalah.     

Ia merasa setelah peristiwa kemarin, ia tidak akan bermain api lagi dengan perempuan mana pun.     

"Minggu depan Billie akan konser di Singapura. Ia akan menyisakan beberapa tiket untuk kita, kau bisa membawa teman-temanmu untuk ikut."     

"Wahh... serius? Ada berapa tiket?" tanya Terry antusias. "Aku bisa memberikannya sebagai insentif untuk kru yang paling berdedikasi."     

"Tanya saja kepada Billie."     

"Wah, asyik!" seru Terry kegirangan. "Ayah juga datang kan?"     

"Tentu saja."     

Mereka terus saja mengobrol sampai malam larut, tidak melihat ada seorang lelaki berkepala plontos yang sedang menikmati brendi di sudut ruangan mengamati mereka secara tidak kentara.     

***     

Lauriel terbawa kenangan akan kejayaan masa lalu keluarga Medici setiap kali ia pulang ke rumahnya di Grosetto. Dulu mereka sangat terkenal dan menguasai seluruh Italia, tetapi setelah abad ke-16 perlahan-lahan kejayaan keluarga Medici memudar dan mereka mulai menghilang. Ini sebagian adalah akibat kesalahan Lauriel yang lebih banyak menghabiskan waktunya menjelajahi dunia dan tidak mau memberikan keturunan penerus bagi keluarganya.     

Lauriel selalu menganggap tanggung jawab sebagai penerus keluarga adalah suatu beban. Untuk menghindarkan diri dari beban itulah ia sengaja menghilang dan membiarkan adik-adiknya yang menjadi penerus nama Medici. Baginya nama keluarga tidak penting.     

Lauriel kemudian menjadi Alchemist pertama yang dikenal hanya dengan nama depannya saja. Sepak terjangnya yang menggetarkan membuat nama Lauriel hanya diasosiasikan dengan dirinya seorang. Ratusan tahun kemudian para alchemist menjadi lebih suka dipanggil dengan nama depan tanpa embel-embel nama keluarga karena mengikuti kebiasaannya.     

Sayangnya adik pertamanya meninggal begitu saja karena kecelakaan berkuda yang membuat kemudian kedua orang tuanya menjadi sedih berkepanjangan dan akhirnya memutuskan mengambil kematian. Adiknya yang masih tersisa kemudian meninggal beserta seisi keluarganya dalam perang dunia 2. Maka tinggallah Lauriel sendiri di dunia ini.     

Ia mengira dirinya sebatang kara, sampai ia bertemu dengan Nicolae, anak kandungnya yang ternyata sempat terlahir dari rahim kekasihnya, Putri Luna, sebelum meninggal.     

Istana keluarga Medici masih dipelihara dengan baik oleh staf kepercayaan keluarganya selama turun temurun dan Lauriel menyempatkan diri mampir sewaktu-waktu. Kali ini, ia kembali pulang setelah 3 tahun. Perasaannya sangat haru ketika mobil yang menjemputnya masuk melewati gerbang istana yang terletak di puncak bukit itu.     

Nicolae yang duduk di sampingnya memandang sekelilingnya dengan perasaan kagum. Ternyata ini adalah rumah ayahnya. Ayah angkatnya dulu merupakan seorang dokter kepercayaan raja Michael dari Rumania yang diasingkan dan ia tidak terlalu asing dengan kemegahan, tetapi kini melihat sendiri istana peninggalan keluarganya secara turun temurun, ia turut merasakan keharuan yang sama yang dirasakan Lauriel.     

"Selamat datang kembali di rumah, Tuan Lauriel." Antonio, staf kepercayaan Lauriel yang sudah berumur 70 tahun tampak sangat gembira menyambut Lauriel di depan pintu. Ia segera memeluk tuannya dengan kehangatan khas orang-orang dari Toscana. Setelah melepaskan Lauriel ia tampak terkesima sesaat ketika matanya menangkap kehadiran Nicolae. Pemuda itu terlihat sangat mirip dengan Lauriel. Antonio mengerutkan keningnya, "Uhm ... ini siapa, Tuan?"     

Lauriel yang sangat jarang tersenyum, kali ini tampak mengembangkan senyum lebar seperti seorang ayah yang bangga. Ia menepuk bahu Nicolae dan mendorongnya ke depan, "Antonio, ini anakku, Nicolae Medici. Penerus keluarga Medici yang baru."     

Antonio tampak terkejut tetapi ekspresi senang terlihat jelas di wajahnya. Ia buru-buru merangkul Nicolae dengan hangat dan tidak bertanya-tanya lagi. "Selamat datang di rumah, Tuan Nicolae!"     

"Terima kasih, Antonio." Nicolae seketika merasa kerasan di rumahnya yang baru.     

***     

Alaric sedang sibuk dengan pekerjaannya ketika Pavel meneleponnya untuk melaporkan bahwa ia melihat kakak Aleksis di Sky Bar. Akhir-akhir ini ia bekerja seperti orang gila karena setiap momen ia diam tidak melakukan sesuatu, Alaric akan merasa stress dan marah. Ia perlu menyalurkan semua energi negatif yang memenuhi kepalanya dan melupakan kesedihannya.     

Staf terdekatnya merasakan perubahan yang demikian kentara ini. Dulu Alaric adalah seorang perwujudan zen, ketenangan yang tidak terusik. Aura yang keluar dari dirinya selalu teduh dan tidak terganggu, sama seperti taman bonsai yang dipeliharanya selama ini. Tetapi sekarang ia terlihat kejam dan dipenuhi kemarahan. Tidak banyak yang mau dekat-dekat dengannya dalam kondisi seperti ini.     

"Tuan, Terry Chan sudah kembali ke Singapura. Kami tidak tahu apa hubungan yang pasti antara mereka berdua, tetapi di kampus beredar kabar bahwa Nyonya Aleksis dan Terry Chan ini memiliki hubungan darah. Terry adalah anak hasil donor embrio prosedur IVF, jadi kemungkinan mereka memiliki hubungan darah lewat prosedur itu. Apakah Tuan mau saya mengambil keterangan dari Terry?" tanya Pavel.     

Alaric termenung mendengar pertanyaan Pavel. Ia merasa sangat terpukul saat mendengar kabar kematian Aleksis dan ia ingin sekali mencari informasi di mana gadis itu dimakamkan. Menurutnya, sebagai suami Aleksis, ialah yang berhak menentukan di mana tempat tinggal Aleksis yang terakhir kali.     

Ia sudah menyiapkan untuk memindahkan makam ibunya dari Rumania ke Inggris, di tepi hutan kecil yang cantik di belakang istana keluarga Linden di Yorkshire, dan ia ingin Aleksis dimakamkan di sebelah ibunya.     

"Aku tidak mau menggunakan kekerasan, kau tahu apa yang terjadi terakhir kali," kata Alaric kemudian. "Kau bisa mengirim seseorang untuk mendapatkan informasi itu, tetapi jangan sampai menyentuhnya."     

"Baiklah, Tuan. Aku akan berhati-hati," jawab Pavel. "Tuan baik-baik saja?"     

Ia tahu pertanyaannya sudah menjurus ke urusan pribadi, sesuatu yang hampir tidak pernah ia lakukan, tetapi akhir-akhir ini ia mulai merasa kuatir melihat keadaan Alaric. Ia telah mengikuti Alaric selama 25 tahun dan selalu setia kepadanya.     

Walaupun ia tidak begitu menyukai Aleksis, ia harus mengakui bahwa gadis itu memang membuat tuannya bahagia dan setelah Aleksis tiada, Alaric merasa sangat kehilangan.     

"Aku tidak baik-baik saja, Pavel," jawab Alaric pendek.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.